[caption id="attachment_275967" align="aligncenter" width="677" caption="(ilustrasi pribadi)"][/caption]
"Ah...."Terdengar desah di bilik asmara.
Sekarang pukul 19.00 jadwalnya bung Tonah dan istri cantiknya masuk bilik asmara, bilik yang sekarang sudah resmi ada di penjara dan diijinkan peraturan karena permintaan resmi istri-istri para pesakitan kasus penyalahgunaan uang negara.
Rata-rata pesakitan kasus beginian istrinya cantik-cantik dan perawatan tubuhnya baik, karena walau disana-sini harta suami mereka sudah dipreteli, tetap saja ada dana tersedia untuk perawatan tubuh, wajah dan hidup yang sedikit di atas rata-rata, entah dari mana rekeningnya.
Kalau mereka hanya boleh berkunjung dan berbicara dengan suaminya 5-10 menit, maka hanya akan bikin si suami 'konak' saja dan tidak mampu menyalurkan hasrat kerinduannya.
"Ahhhhh...."Kembali suara Tonah terdengar dari bilik asmara, kali ini lebih panjang lalu diam.
Ya, semua sipir sudah memperkirakan apa yang terjadi disana kala kedua insan berlainan jenis dan terikat perjanjian nikah sudah berdua-dua.
Bilik asmara 'resmi' ini setengah digerutuhi oleh para penjaga, karena keresmiannya. Ada kamar 3x3 disulap menjadi kamar tidur nyaman lengkap dengan sprei bersih, bantal dan kasur springbed-nya dengan kipas angin yang lumayan menyejukkan suasana. Semuanya fasilitas negara dan diberikan gratis. Sekali lagi gratis!
"Dulu waktu tidak ada peraturan bilik asmara begini, setiap besakitan yang mau 'begituan' dengan 'wanitanya', harus bayar kamar 600 ribu perjam."Kata si sipir pada wartawan Kompaknianlah.
"Wanitanya?Istrinya maksudnya?"Tanya si wartawan penasaran.
"Pak Tonah kan 'play boy', wanitanya banyak. Kadang yang datang istrinya, tetapi kadang juga wanita lainnya, hehehehe."Si sipir tertawa, si wartawan melongo.