Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mungkin Ini Alasan Sebenarnya Mengapa Keterlibatan Wanita di Politik Minim

10 Maret 2018   05:21 Diperbarui: 10 Maret 2018   06:46 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wanita dan pria di rumah sakit (dok.pri)

Jumlah wanita dan pria di Indonesia hampir sama, 49% banding 51%, sementara jumlah anggota DPR RI yang wanita di periode 2014-2019 97 orang atau sekitar 17,3% dari semua anggota DPR. Ini tidak menunjukkan keterwakilan mereka di dunia politik.

Mengapa demikian? Silahkan berteori tentang dominasi pria yang tidak rela memberikan jatah berkuasa mereka kepada lawan jenisnya atau masyarakat yang memang lebih banyak memilih pria daripada wanita di parlemen atau eksekutif, tetapi pernahkah kita memikirkan sebuah pemikiran yang mengacu pada sifat feminisme mereka?

Ya, saya bandingkan di kami, lingkungan rumah sakit, dimana pelayanan kemanusiaan, mengobati orang sakit, mendengarkan keluhan sampai mengantarkan yang sekarat pada masa akhir hayatnya, profesi ini didominasi oleh wanita dan bukannya pria.

Saat ini di rumah sakit, tampak dokter spesialis wanita mulai banyak, bahkan residen wanita di bidang yang dahulunya didominasi pria seperti kebidanan dan bedah mulai meningkat tajam yang wanitanya. Demikian juga guru, sebagai profesi yang mengajar, membimbing, mengarahkan anak didik, didominasi oleh wanita.

Jadi, kalau diistilahkan dunia politik itu kejam, harus tega melakukan sesuatu yang keras dan tegas kepada lawan-lawan politik yang berbeda kepentingan, maka wanita yang biasa-biasa saja pasti akan takut berada disana. Siapa yang sudah kuat mental lahir bathin untuk menghadapi gesekan dan benturan kepentinganlah yang bertahan atau kalau toh terlanjur nama mereka masuk nomor jadi, mereka hanya duduk manis partisipasi saja dan tidak berani aktif berperan dalam dunia yang identik dengan kerasnya watak pria ini.

Jadi, mungkin mengharapkan minimal 30% keterlibatan wanita di dunia politik, itu boleh saja ditargetkan untuk memberi kesan perjuangan kesetaraan gender, tetapi tidak mungkin dipaksakan, karena sifat wanita sepertinya memang harus "beradaptasi kejam" dahulu baru sanggup aktif di dunia politik atau sebaliknya dunia politik di negeri ini menjadi "beradaptasi feminim" dahulu, baru kaum ibu kita Kartini itu mau 50% mengisi jatah keterwakilan mereka.

dari FB Kompal
dari FB Kompal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun