Mohon tunggu...
Johnson K.S. Dongoran
Johnson K.S. Dongoran Mohon Tunggu... -

Lahir dalam keluarga Kristen dari suku Batak di Tapanuli Selatan Sumatera Utara, masih muda merantau di Pulau Jawa. menikah dengan gadis Bali dan dikaruniai tiga orang anak. Kini bekerja sebagai dosen di UKSW dan tinggal di kota Salatiga. Prinsip hidup pribadi: Setiap hari ergaul akrab denan Tuhan; menambah dan memperkental persahabatan dengan sesama; menambah ilmu dan keterampilan; menghasilkan sesuatu yang berguna bagi banyak orang; berkeringat; bekerja berdasarkan prioritas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ditegor

7 April 2013   13:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:35 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku telah berulang kali ditegor Tuhan

Mobilku pernah diberhentikan Pak Polisi

ketika aku dan istriku di Ambarawa

terburu-buru menjemput anak kami dari sekolah di Salatiga

Setelah melihat KTP ku, Pak Polisi bilang:

“Sebagai dosen harusnya Bapak memberi teladan

tidak melanggar  marka jalan.

Kepatuhan menyangkut nyawa kita atau nyawa orang lain”

Pada kesempatan lain di Prambanan,

aku ditilang Pak Polisi

Membayar beberapa puluh ribu rupiah karena kesalahan serupa,

melanggar marka jalan

Tegoran Tuhan meningkat

ketika aku mendahului truk di jalan raya Kartasura

hampir bertabrakan dengan bus kencang dari depan

banting stir ke kiri senggol bumper truk yang baru mau kulewati

Tuhan masih mengasihiku,

mobilku tidak terbalik,

hanya tergores oleh bumper truk yang kulewati

Supir truk meminta ganti rugi,

aku harus merogoh kocek sekian puluh ribu

Aku masih belum sadar juga

Suatu kali aku melewati sepeda motor ke arah Kopeng

Dari hadapanku menurun sebuah mobil dengan kencang

Aku mepet ke kiri membuat pengendara sepeda motor harus menepi

Aku sadar BBM mobilku tinggal sedikit

Dengan tenang aku isi solar di SPBU simpang Kalipancur

Pengendara sepeda motor menghampiriku, memakiku:

“Sudah ubanan, masih ngebut”

Aku malu setengah mati

Sejak peristiwa itu aku menjadi hati-hati

Aku tidak perlu menunggu ditegor dengan tegoran berat,

toh sudah mendapat tegoran berkali-kali

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun