Mohon tunggu...
Ponco Maulana
Ponco Maulana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Bola

Fanatisme dan Sepakbola Bagi Masyarakat Indonesia

24 April 2017   22:00 Diperbarui: 25 April 2017   07:01 2747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Some people believe football is a matter of life and death, I am very disappointed with that attitude. I assure you, its much, much more important than that”  begitulah ucapan dari Bill Shankly seorang pria yang melegenda disepakbola tanah Britania raya dan juga figur yang dihormati di klub sepakbola ternama Liverpool fc. Ucapanya kala itu sedikit banyak merupakan benar,bila dilihat dari perkembangan nya kini sepakbola merupakan sebuah olahraga yang massif dan bagi beberapa orang dipercaya mampu menaikkan derajat ekonomi dari sepakbola. sepakbola pun lebih dari sekedar 22 manusia berebut sebuah bola bundar di lapangan rumput hijau, olahraga yang mampu mebuat semua orang yang melihatnya tertegun dan takjub dengan segala bentuk drama yang disajikan nya, bagaimana sebuah bola yang dimasukkan kedalam gawang setinggi 2,4 meter dan selebar 7,3 meter mampu membuat seluruh masyarakat dalam suatu Negara berpesta mereka akan berteriak dengan bahagia dengan luapan euphoria yang bahkan bisa membuat mereka lupa akan segala permasalahan hidup dan rasa lapar yang mereka derita, ya mungkin sepakbola memang benar much, much more important than that.

Sepakbola telah menjadi lebih dari sekedar “olahraga”  sebagaimana fanatisme yang tumbuh didalam masyarakat yang menikmati nya, kini segala obrolan baik di kantor,sekolah ataupun dijalanan serasa tak lengkap bila tidak berbicara tentang sepakbola,dan di era modern kini sepakbola telah menjadi komoditas industri  global dengan segala kemajuan di bidang teknologi dan informasi fanatisme sepakbola kini tidak lagi berbicara hanya tentang sepakbola lingkup daerah ataupun nasional lebih dari itu berkat adanya tayangan televisi fanatisme sepakbola telah menembus batas jarak, sebagaimana masyarakat indonesia akrab menyebutnya dengan istilah “supporter layar kaca” untuk menyebut sekelompok orang yang memiliki rasa fanatis terhadap klub sepakbola yang mayoritas berasal dari eropa. Kebanyakan dari mereka tidak pernah menonton kesebelasan pujaan nya secara langsung mereka juga tidak berasal dari kota tempat klub pujaanya itu berada, tapi mereka hanya bisa menyasikan klub kbeangganya lewat siaran televisi dengan perbedaan waktu antara eropa dengan asia tenggara yang menyebabkan pertandingan sepakbola eropa disiarkan pada dinihari di Indonesia mereka akan tetap menyaksikanya dengan rela mengorbankan jam tidurnya.

Sepakbola telah menjadi sebuah bisnis ber-sekala global sebagaimana klub-klub ternama sepakbola eropa telah melakukan “branding”mereka rela berpergian ribuan kilometre setiap libur pramusim ke Negara-negara di asia dan amerika dengan membawa branddari klub tersebut dan melakukan segala macam kegiatan yang telah dipersiapkan oleh penyelenggara yang mengundang mereka dan biasanya diakhiri dengan laga persahabatan dengan tim lokal ataupun dengan tim nasional, laga ini tentu bukan tentang persiapan klub untuk menyongsong liga mereka nanti laga ini tentang mencari keuntungan yang besar tentu dari massa fanatis yang rela membayar mahal demi melihat secara langsung kesebelasan dan pemain-pemain yang diidolakanya.

Contohnya sebagaimana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2010 silam dimana tim nasional sepakbola Indonesia dicukur habis oleh Bayern muenchen sang jawara liga jerman dengan skor 1-5 namun para penonton yang hadir di stadion gelora bung karno tetap ber sorak sorai dengan gembira karena fanatisme mereka terhadap tim dari jerman tersebut meskipun tim nasional Negara nya sedang dibantai oleh bule-bule jerman pun mereka tetap senang karena akhirnya mereka bisa melihat secara langsung pemain dan tim yang tadinya hanya bisa mereka lihat di layar kaca.

Lalu bagaimana dengan sepakbola Indonesia sendiri? Sebuah liga yang tidak jelas, keributan antar pemain, penyuapan wasit, pengaturan skor, federasi yang korup, keterlambatan gaji dan seribu satu masalah didalam per sepakbola an Indonesia, namun seakan tidak ada lelahnya dengan permasalahan yang terjadi dengan loyal para fans dan kelompok supporter klub Indonesia tetap akan berbondong-bondong datang ke stadion tiap kali tim kebanggan nya berlaga,mereka akan tetap hadir  dengan segala atribut yang seragam dengan warna ciri khas tim nya dan juga dengan syal kebangganya. Mengapa mereka masih tetap mau membayar tiket dan menonton di stadion dan dengan tanpa kenal lelah dan tetap bernyanyi mendukung tim nya meskipun sejatinya mereka pasti tau betapa buruknya sepakbola di negeri ini jika dibandingkan dengan sepakbola yang mereka lihat di layar kaca?

"Anda tinggal membuat gawang, tak perlu tiang, cukup kasih tanda dengan mengukur jarak besarnya gawang menggunakan kaki. Kemudian mencari sesuatu yang menyerupai bola — bola plastik bisa atau bahkan gulungan tas plastik yang dibuat menyerupai bola. Ada juga yang menggunakan kelapa yang sudah dikupas tinggal batoknya saja," kata Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Sebuah hiburan yang mudah dapat dilakukan dimanapun dan kapan pun dengan harga murah bahkan terkadang tanpa biaya sedikit pun,sepakbola tak mengenal kelas tak mengenal si kaya dan si miskin. Sepakbola telah dicintai oleh segala lapisan masyarakat Indonesia.

Dan pada akhirnya fanatisme pun muncul tanpa kita sadari, bisa karena kita merasa sebagai putra daerah dan ingin mendukung kesebelasan yang berasal dari tanah kelahiran kita, contohnya seperti di malang hampir seluruh masyarakatnya dari yang tua sampai muda pasti jika ditanya kesebelasan yang didukung nya mereka akan menjawab nama Arema malang sama jika anda menanyakan hal yang sama di kota lain dengan Persib di Bandung,Persebaya di Surabaya dan Persija di Jakarta. Atau mungkin rasa fanatis itu muncul setelah melihan kelihaian dan keindahan dalam mengolah bola dari suatu tim meskipun kita bukan berasal dari daerah tim tersebut seperti yang terjadi pada saya pribadi pada medio 2006-2007 dimana saya dibuat terkesima oleh permainan sepakbola yang ditunjukan oleh kesebelasan Persipura Jayapura dan Boaz Sallossa muda yang dengan lincah kakinya mampu melewati pemain bertahan lawan telah membuat saya menjadi fanatis pada persipura pada kala itu, saya selalu ingin mendukung dan menyaksikan mereka bertanding meskipun hanya melalui layar kaca televisi.

Namun seiring dengan tumbuh suburnya fanatisme didalam sepakbola nasional kita seiringan denganya pun tumbuh sebuah sentiment antar para supporter, yang mungkin saja berawal dari rivalitas klub nya diatas lapangan atau mungkin dari rasa kedaerahan dan menganggap bahwa dirinya lebih baik dari supporter lain dari sini maka tumbuhlah kebencian. Kebencian yang sesungguhnya sangat merugikan karena selain dari loyalitas dan fanatisme supporter nya apalagi yang dapat dibanggakan dari sepakbola negeri ini?

Telah berkali-kali dan mungkin telah bosan pula kita mendengar berita supporter sepakbola yang harus meregang nyawa karena bentrokan dengan supporter dari klub lain, sebuah hal yang sungguh menyedihkan ditengah hegemoni akan sepakbola yang seperti tak pernah surut di negeri ini. Segala bentuk kekerasan yang bahkan tak hanya antar supporter saja telah terjadi pula bentuk penyerangan terhadap pemain oleh supporter lawanya seperti yang terjadi kepada bus tim persija Jakarta di stadion si jalak harupat Bandung pada gelaran Indonesia Super League tahun 2008 dan ketika Persib Bandung yang akan ber tandang ke Jakarta kini giliran bus pemain persib Bandung yang mendapat penyerangan dari supporter persija jakarta di jalan tol sehingga memaksa bus pemain tersebut memutar balik arah dan kembali ke Bandung menyebabkan laga yang seharusnya dimainkan di stadion gelora bung karno dibatalkan.

Kebencian yang seakan-akan memang sengaja dilestarikan sebagaimana kita sering dengar baik kita menonton di stadion maupun di televisi adanya nyanyian dari suatu kelompok supporter yang menyerang kelompok supporter lainya,dan di social media pun seperti tiada habisnya mereka saling menyerang satu sama lain meskipun telah diupayakan perdamaian namun kebencian ini tetaplah ada seperti mengakar dan menjadi sebuah syarat jika kamu ingin menjadi supporter tim A maka kamu harus membenci tim B tanpa alasan apapun,bahkan saya pernah mendengar pernyataan dari seorang petinggi salah satu kelompok supporter terbesar di Indonesia yang menyatakan bahwa “biarlah kebencian ini terus abadi” imbasnya di kota asal saya yaitu Jakarta banyak saya temui anak-anak yang bahkan mungkin usianya belum mencapai dua digit seringkali berkata kasar dan ditujukan kepada klub kota tetangga rival Persija Jakarta dan jika ditanya alasanya pun anak-anak tersebut akan tetap menyatakan mereka membenci klub kota tetangga itu tanpa alasan.

Hal diatas seperti menunjukan bahwa pada generasi selanjutnya pun kebencian dan kericuhan antar supporter di Indonesia nampaknya belum akan menunjukan titik terang. Langkah-langkah preventif telah berkali-kali dilakukan oleh penyelenggara liga dan pihak polisi seperti menjalakan laga tanpa penonton ataupun pemindahan venue laga ke tempat netral yang jauh dari kota 2 tim yang berseteru tersebut namun, tindakan tersebut tetap tidak menyelesaikan masalah sebenarnya yaitu kebencian diantara kelompok supporter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun