Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ketika Tak Ada Apel di Jakarta

2 April 2020   12:11 Diperbarui: 2 April 2020   12:15 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tidak ada apel pagi di bulan April.
Saat semua kantor diliburkan sejak dua minggu lalu.

Tidak ada apel untuk sarapan di atas mejaku pagi ini. Sejak semua pulang kampung karena tak ada lagi yang bisa dilakukan di sini.

Jakarta sepi.
Sebagian penghuninya pergi.
Sebagiannya lagi berdiam diri.
Jakarta mati suri.

Nyawa Jakarta ada di banyak orang kampung. Jakarta adalah sebuah tempat tampung. Memberi harap pada urip seperti pelampung. Selamat sampai ke darat atau tetap di tempat mati mengapung.

Ibukota lebih kejam dari ibu tiri. Jangan salahkan Jakarta sendiri. Sebab sejatinya Jakarta tak sendiri berdiri. Banyak yang tutup mata padahal beban berat yang harus dipikulnya menanti pasti.

Denyut Jakarta melemah. Akibat serangan wabah. Apa karena terlalu pasrah atau telat berbenah? Wahai, Jakarta jangan kau kalah.
Ada banyak nyawa  yang masih menantimu kembali merekah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun