Mohon tunggu...
Pither Yurhans Lakapu
Pither Yurhans Lakapu Mohon Tunggu... Penulis - Pemitra (pejuang mielitis transversa)

Penulis buku "TEGAR!; Catatan Perjuangan Melawan Mielitis Transversa". Twitter: @pitherpung, blog: https://pitherpung.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kéa dan Lubang Tambang Raksasa di Pantai Kolbano, Timor

2 Agustus 2017   06:17 Diperbarui: 25 Oktober 2019   07:36 4676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya besar dari keluarga yang akrab dengan pantai. Bapa besar saya namanya Bapa Min, punya satu kemampuan yang tidak dimiliki kebanyakan warga di pesisir Kolbano yakni mengenali perilaku penyu alias kéa dalam Bahasa Kupang (Bahasa Timor: ké) yang sering memilih Pantai Kolbano sebagai tempat berkembang biak.

Bapa Min cukup hafal kapan musim bertelur dan kapan waktu terbaik seekor kea betina datang menitipkan telur-telurnya di dalam pasir untuk dierami.

"Kea membutuhkan suasana pantai yang tenang dan aman untuk bisa bertelur," cerita Bapak Min suatu ketika. Beliau biasa berkisah dengan lugas tentang proses kea bertelur kepada kami yang masih bocah.

Pada tengah malam bulan gelap di musim bertelur, seekor kea bunting akan datang, masuk ke semak-semak di sekitar pantai lalu menggali lubang sedalam 0,5-1 m dan lebar seukuran tubuhnya, menggunakan keempat tungkai tanpa menimbulkan suara berisik berlebih. Sepanjang Pantai Kolbano memang ditumbuhi sejenis perdu yang kami kenal dengan nama tasi'. Tasi' tumbuh lebat di atas pasir yang melebar hingga puluhan meter dari jangkauan ombak.

Pantai Kolbano | Dok. Pribadi
Pantai Kolbano | Dok. Pribadi
Kelar menggali lubang, saatnya sang kea mulai bertelur. Pada ritual ini, kea tidak dapat berbuat apa-apa selain menelurkan puluhan hingga ratusan butir telur berwarna putih, seukuran bola ping pong dan bercangkang lunak. Dia hanya pasrah. Tidak akan melawan atau berusaha melarikan diri hingga salah satu proses penting regenerasi kea itu berakhir.

Usai bertelur, secara naluriah sang induk akan menimbun telur-telurnya dengan pasir galian tadi dan merapikannya kembali sehingga manusia maupun predator lain tidak menyadari kalau di situ terkubur telur-telur kea. Penyu hijau betina itu pun kembali ke habitatnya sebelum fajar menyingsing.

Lewat 8-10 minggu, di malam yang sudah diperhitungkan bahwa telur-telur telah menetas, dengan instingnya sang induk akan kembali ke pantai tempat telur-telur tadi disimpan dan berenang di deburan ombak sambil mengeluarkan suara khas sebagai isyarat panggilan kepada tukik-tukik (Timor: ké ana'). Tukik-tukik yang telah melepaskan diri dari cangkang di dalam pasir segera bergerak hanya satu arah yakni menuju deburan ombak di mana sang induk menunggu.

Pantai Kolbano | Dok. Pribadi
Pantai Kolbano | Dok. Pribadi
"Itulah kenapa ada istilah 'lonen on ké' (otaknya seperti kea) sebagai kiasan untuk menyebut orang yang tidak bisa berpikir, karena gerombolan bayi kea itu hanya bergerak 1 arah saja. Kalau diberi penghalang seperti sepotong kayu pada jalur yang akan dilalui maka bayi-bayi kea itu akan terus berupaya menembus rintangan itu secara lurus, tidak terbesit ide berbelok mencari celah lain untuk lolos," ungkap Bapa Besar (Jawa: bapak gede, pakde) berusia 50-an ini sambil terkekeh.

Berhasil masuk ke lautan berarti hidup baru dimulai, risiko di darat telah berakhir.

"Banyak kea yang bertelur di pantai tiap tahun ko bapa?" tanya kami. Pantai dimaksud adalah yang berada dalam radius sekitar 2 Km ke timur dan barat tempat kami sering bermain air laut dan nelayan-nelayan tradisional melabuhkan sampannya.

"Semusim beta perkirakan sekitar 3-4 ekor yang bertelur di sini tapi yang tepergok mungkin 1, paling banyak 2. Sering sonde ada sama sekali yang dipergoki," terang Bapa Min.

Salah satu reptil laut ini memang tidak mudah dideteksi keberadaannya kalau lagi bertelur. Sulit juga memergoki kea dari jejaknya di atas pasir karena gradasi pasir di Pantai Kolbano kasar hingga berukuran koral sehingga jejak kea yang bertelapak lebar itu tidak mudah tertinggal.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun