Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Jagalah Kesehatanku dan Rawatlah Aku untuk Anak Cucu Nanti

20 April 2017   14:43 Diperbarui: 20 April 2017   14:47 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bumi milik semua makhluk. Foto dok. Internet

Tidak terasa, hari terus berlalu, demikian juga usiaku semakin tua.Diusiaku yang kian renta ini aku sering sakit-sakitan. Aku ingin sehat, ingin dirawat, inginku dijaga tetapi bagaimana cara agar aku dijaga atau ada niat dari semua penghuni untuk menjagaku hingga nanti.  

Sakit yang kurasakan panas berkeringat hingga membakar kulit bila dingin kian gigil sampai mencair. Obat penawar terkadang bisa menjaga ksehatanku. Namun sering kambuh, pulih sebentar, kambuh kembali. Ditambah sesak nafasku pun semakin terasa karena tak jarang menghirup asap perapian yang tak bertepi.

Rambutku pun sudah semakin rontok dari hari ke hari, dari waktu ke waktu. Rambutku yang beruban berguguran dimakan kutu-kutu yang tak segan menggerogoti, sampai-sampai rambutku tak hanya berguguran tetapi tercabut dari akarnya. Rambutku yang masih muda semakin sering dipangkas karena gatal tak hanya karena kutu tetapi kurap yang telah menjalar.

Mungkin aku sebentar lagi akan botak merata, rambutku enggan tumbuh mungkin lagi-lagi karena usiaku tua menjelang renta. Rambutku seringku garuk dan kugosok karena gatal berkepanjangan. Sering aku mencoba obat manjur untuk penumbuh namun tetap rontok kian menjadi dan merajalela. Obat penumbuh rambutku terkadang menjadi bumerang karena tak jarang menjadi racun pembunuh masal. Mengingat, tidak jarang yang menyisir rambutku hingga botak raambutku kian menjadi. Kini, rambutku tidak bersisa.

Saatku mandi hujan, air-air tidak lagi bisa membasahi rambutku ya karena aku sudah botak. Air gayung yang tumpah semakin mengucur dan mengalir deras. Air-air tumpahan itupun langsung menggenangi lantai, tidak lagi turun disaluran karena tersumbat rambutku yang rontok yang sengaja dan tak sengaja disisir.

Sorak menyorak meneriaki tentang aku yang semakin botak pun kian menyeruak. Ada sahabat yang selalu ingin merawatku agar rambutku bisa tumbuh kembali dengan subur. Tetapi ada pula dari sahabat-sahabatku yang pura-pura merawatku tetapi malah tidak berhenti menyisir kepalaku dan lagi-lagi rambutku semakin rontok dan semakin tidak terawat. Inginku kebali memanjangkan rambutku namun apa daya rambutku sudah semakin beruban dan itupun yang aku takutkan lagi penyakit akan mucul seperti kurap yang memungkinkan rambutku akan rontok kembali.

Tidak banyak cara untuk menjaga rambutku, apabila aku dirawat dengan bijaksana mungkin aku dapat sembuh dari sakit penyakitku. Aku yakin, rambutku dapat melindungi dari sengatan mentari  saat aku keluar rumah mencari angin segar.

Disisa-sisa usiaku yang semakin renta ini, aku ingin ada yang menemaniku dalam suka dan duka dalam luka ditubuhku. Penyakitku yang semakin sadium lanjut tinggal menunggu waktu entah kapan akan berakhir. Berharap ada yang kian memberi obat penumbuh rambut dan penurun panas kian menusuk disendi-sendi tubuhku atau jua obat penawar penjejuk tubuhku yang tidak menentu membuat suhu tubuh panas dingin. 

Aku tidak tahu, apa sakitku kini. Sakitku sudah semakin komplikasi. Apakah aku masih bisa bertahan dari sisa-sisa hidupku untuk lebih lama lagi atau membuat usiaku tinggal menunggu waktu?. Aku hanya berpesan, bila kesehatan ingin terus terjaga, rawatlah aku. Karena diusiaku yang semakin tua renta ini masih ingin bertemu dengan anak cucuku hingga nanti.

Seingatku aku ingin selalu bersama dengan anak cucuku karena mereka bagian dari hidupku yang mungkin ada dan bisa merawat serta menjaga dari sakit penyakitku. Aku ingin bahagia bersama mereka, mungkin mereka juga bahagia bila aku tetap ada.

Tulisan ini ditulis untuk menyongsong dan memperingati hari bumi 22 April 2017

Ketapang, Kalbar 20/4/2017

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun