Mohon tunggu...
Pinto Basuki
Pinto Basuki Mohon Tunggu... wiraswasta -

wong jawa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semburat Jingga di Ufuk Senja

22 Februari 2017   11:18 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:31 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Valentine, 14 Februari 2017.

Siang nyaris usai. Matahari sudah condong ke barat. Di antara sisa gerimis dia muncul tiba-tiba. Aku bahkan tak tahu bagaimana dia menemukanmu. Tapi sejak dulu memang seperti itu. Dia selalu bisa menemukanku dimana pun aku berada. Seakan bercanda dia mengajakku bernostalgia. Aku berkata itu tak mungkin sebab aku sudah punya kamu. Tetapi sembari mengukir senyum di bibirnya yang selalu basah dia pun menunjuk cincin di jari manisnya.

"Aku tak hendak mengajakmu berselingkuh. Aku hanya ingin mengjakmu menyusuri masa lalu. Anggaplah sebagai permintaan maafku karena telah meninggalkanmu begitu saja."

Bah! Aku ingin memakinya tetapi tak sampai hati. Luka yang sekian tahun aku berjuang untuk menutupnya dalam sekejap mata sukses dikoyaknya. Sejujurnya bersama dia ada kenangan indah. (Aku tak hendak menafikkan kehadiranmu, karena kini kau yang terpenting bagiku).

Tetapi tetap saja ada masa indah bersamanya yangtak bisa kulupa. Dia begitu berbeda dengan mantan-mantan kekasihku yang lain. Penuh kejutan dan setiap hal menjadi romansa jika menyangkut namanya. Mungkin dia kekasihku satu-satunya yang tak pernah alpa merayakan anniversary termasuk valentine selama bersamaku. Dan kini, ketika dia menyeretku ke jalan, menyusuri kembali alur kenangan kami,  meski ingin aku tak mampu menolaknya.

Aku selalu saja luruh di hadapannya. Pesona yang kukira sudah hilang oleh goresan luka dan gilasan masa, ternyata masih bersisa. Sungguh aneh aku ingin memaki dan membencinya, tetapi justru dalam hati aku memaki diri sendiri yang tak kuasa menolaknya. (Semoga kau memaafkanku)

Jemarinya masih sama. Sehalus beludru. Dan masih juga kurasa sensasi itu. Sama seperti saat pertama dia menggenggam jemariku dulu. Ada kehangatan menjalar dari jari-jariku.Menuju lengan dan bahuku. Lalu menyebar ke dada dan perutku. Menciptakan sensasi yang aneh, tak aku mengerti, tapi aku menyukainya. Menikmatinya. 

Melihat bangku di tengah taman kota, dia menatapku dan tersenyum penuh arti. Ah seperti kencan pertama kami! Kala itu aku begitu malu hingga tak tahu harus berbuat apa. Bagaimana tidak, jika dia begitu cantik sedang aku begini sederhana. Dan seperti tahu, dia memberiku kepercayaan diri dengan menggenggam tanganku. Bahkan melambungkanku ke langit tinggi dengan menarikku ke bangku itu. Menyandarkan kepala ke bahuku dan bercerita tentang cita dan mimpinya. Membuatku merasa penting sebab aku ada di dalam ceritanya.

Dan kali ini pun sama. Dia bersandar di bahuku dan bercerita tentang mimpinya. Tetapi tak ada lagi namaku di dalamnya. Dalam diam aku mengutuk tapi juga bersyukur bahwa aku tak ada lagi dalam mimpinya. Karena jika dia menyinggung masa lalu dan membawaku ke dalam mimpinya kembali, kupastikan aku akan jatuh dan tenggelam di sana. (Mungkin juga akan menjadi sulit bagimu untuk menolongku lagi seperti biasanya).

Dia mengeluh tentang hidupnya. Tentang mimpinya yang luruh di tengah jalan. Aku ingin mengacuhkannya dan membalasnya dengan cerita indah kita. Tapi aku tak punya kemampuan untuk itu. Alih-alih aku malah tak sadar meremas lembut jemarinya. Dan lega melihat mendung mulai menyisih dari wajahnya. (Semoga kau memaafkanku).

Aku tak sanggup berpaling darinya, walau akal sehatku menyuruhku demikian. Aku hanya merasa wajib memberinya sedikit kekuatan. (Seperti yang sering kau lakukan padaku. Tidak. Tidak persis seperti itu. Hanya semacamnya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun