Mohon tunggu...
Chris Tokan
Chris Tokan Mohon Tunggu... profesional -

Bagi orang BERIMAN TEGUH & BERKEYAKINAN DASYAT, maka KEHIDUPAN menjadi PASTI dan ABADI !!!, walaupun ALLAH mengambil Roh-NYA dari dalam diri kita, akibat DOSA kita di DUNIA ini. ALLAH memisahkan ROH-NYA dengan JIWA-KITA yang tetap HIDUP ABADI, meninggalkan TUBUH kita yang sesungguhnya juga tetap ABADI !!!, namun UNTUK SEMENTARA kembali ke DEBU TANAH mengalami penantian AKHIR ZAMAN !!! Supaya JIWA kita tidak melayang-layang di saat ALLAH mengambil Roh-NYA; Maka YAKIN-lah bahwa KEHIDUPAN itu tetap PASTI dan ABADI, yang mendasari setiap PERBUATAN-KITA di Dunia, demi kemuliaan ALLAH***

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

“Nusa Solot” Nama Purba “Pulau Flores” dan Penyebaran “Ata Lamaholot”

27 Februari 2014   19:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:24 1711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh Chris Boro Tokan

ATA LAMAHOLOT atau ATLANTIS LAMAHOLOT  teridentifikasi sebagai MANUSIA, Orang-Orang Lamaholot dengan segala turunan  yang terselamatkan dari sebuah kejadian, bencana.

ATLANTIS LAMAHOLOT dengan segala  generasi turunan, kekinian teridentifikasi  menjadikan Kepulauan Solor dan Daratan Timur Nusa Nipa (Pulau Flores), sebagai pusat peradaban, yang tertelusuri menyebar ke seluruh Nusa Nipa. Nusa Nipa, Nusa Ular merupakan nama mitologik  pulau Flores yang di temukan oleh Petu Sareng Orin Bao alias Pater Piet Petu, SVD (almarhum) dalam bukunya: “NUSA NIPA WARISAN PURBA” (1969).

Petu Sareng Orin Bao sendiri dalam bukunya  (hal 221), mengungkapkan kegusarannya, merasa aneh, kenapa nama Nusa Gede (Nusa Nipa), Pulau Flores, dinamai selaras dengan nama-nama nusa cilik, misalkan dengan nama nusa  Solor, nusa Ende. (catatan penulis: Nusa Ende adalah Pulau Ende, sebuah pulau kecil berhadapan dengan kota Ende).

Kegusaran Petu Sareng Orin Bao atas tidak terkenalnya nama Pulau Flores dalam lintasan Zaman Prasejarah melalui kepustakaan, rupanya menjadikan salah satu alasan untuk menelusuri nama asli, nama purba pulau flores, yang ditandaskan sebagai NUSA NIPA. Walaupun nama, sebutan purba pulau flores  itu sendiri sesungguhnya adalah NUSA SOLOT, PULAU SOLOR, seperti yang ditandaskan dalam bukunya (hal 221), bahwa:”…Sebagaimana diutarakan tahun 1287 penanggalan Caka mengachirkan masa prasedjarah Nusa Nipa oleh pemberitaan nama purbanja Solot. Sedjak itu Nusa Nipa menjadi  Nusa bersedjarah, dikenal dengan nama Solor atau Solot. Tetapi terhentinja zaman prasedjarah itu tidak mutlak dalam arti bahwa Nusa nipa dikenal merata dalam naskah-naskah tertulis” (catatan penulis: terkutip tetap menggunakan ejaan lama).

Muhammad Yamin dalam bukunya ”GAJAH MADA Pahlawan Persatuan Nusantara”,  cetakan pertama 1945, mengalami cetakan ulang ke 10,  1986, yang terujuk ini (hal 59 s/d 66) mengutip  syair Prapanca  dalam Kitab Negarakartagama pada zaman Gajah Mada 1364 tentang DAERAH TUMPAH DARAH NUSANTARA atau DAERAH DELAPAN, tertelusuri penemapatan kata SOLOT dalam syair 14, bait ke 5: ”Inkang sakasanusan Makasar Butun Banggawi, Kuni Ggaliyao mwang i(ng) Salaya Sumba Solot  Muar muwah tikang i Wandan Ambwan athawa Maloko Ewaning ri Sran in Timur makadi ning angeka nusatutur”.

Syair itu tertelusuri juga oleh Prof. DR. Drs. I Ketut Riana, SU  dalam bukunya:”Kakawin Desa Warnnana uthawi Nagara Krtagama MASA KEEMASAN MAJAPAHIT” (2009) disertai terjemahannya yang lebih akurat: ”Tersebut pulau-pulau seperti  Makasar, Buton, Banggawi, Kunir, Galiyan, serta Selayar Sumba, Solot, Muar, lagi pula  Wandan, Ambon, Wanin, Seram,  Timor dan pulau-pulau lainnya  berdekatan” (hal 102).

Dengan demikian dari telusuran  kepustakaan, saya berpendapat bahwa nama purba Pulau Flores adalah   sesungguhnya  Nusa Solot, seperti yang tersinyalkan sendiri  dalam  beberapa literatur, yang diteguhkan dengan kajian Petu Saren Oring Bao, baik seperti yang telah terkutip di atas, maupun dalam bahasan ”LINTASAN LINGUISTIK-NAMA PURBA SUKU-SUKU” (hal 22 s/d 49).

Ternyata penggunaan kata ATA  yang tertemukan  menyebut beberapa suku, etnis di sepanjang daratan Pulau Flores berasal-usul dari ATA LAMAHOLOT. Terwaris antara lain melalui bentuk  kerja sama, bala bantuan yang diberikan oleh ATA LAMAHOLOT di zaman prasejarah terhadap sesama ATA di sepanjang daratan pulau Solot (nama purba pulau Flores). Pemberian bala bantuan demikian tetelusuri secara cermat oleh Petu Sareng Orin Bao dalam konflik Kerajaan Nita versus Kerajaan Sikka di Flores Tengah Bagian Timur. Inti Purba Uma Ili, Kerajaan cilik Nita meminta bantuan dari DJAWA MUHAN (sebutan untuk ATA LAMAHOLOT). Namun bala bantuan yang dipimpin oleh DJAWA PALANG AMA  disabot oleh Kerajaan Sika dan menghancurkan Uma Ili Kerajaan Cilik Nita (hal 12).

”Sumber lisan Sika tandaskan bahwa Djawa Palang Ama adalah turunan nusa Adonara.  Perintjian mengenai nama gugusan pulau-pulau Solor tidak dibedakan dengan djelas. Umumnja penghuni gugusan Nusa Solor dinamai di Kowe sebagai  Ata Muhan, jang berarti penghuni nusa. Lebih tepat diduga nama puak Solot atau Ata Muhan  jang bermukim di Sika dan Nita adalah penghuni gugusan Nusa Solor jang menetap sejak perang Uma Ili”(hal 15) (catatan penulis: kutipan tetap dalam ejaan lama).

Dilanjutkan dalam bahasan tentang ”LINTASAN LINGUISTIK-NAMA PURBA SUKU-SUKU”, secara tekun Petu Sareng Orin Bao menelusuri secara saksama penamaan SUKU-SUKU purba dengan sebutan ATA, dengan menandaskan besar kemungkinan bermula dari ATA LAMAHOLOT. Seperti: 1. Ata Sigho, Ata Wolos -  Ata Holor,  Ata Kolor -  Ata Seso Bajo Bima di Flores Barat, Manggarai,;  2. Ata ’Bai,  Ata Djao,  Ata Ngao di Mbai, Bajawa, Ngada, Naga Keo (Flores Barat Bagian Timur),; 3. Ata  Aku, Ata Djao di Ende, Lio (Flores Tengah),; 4. Ata Eo(ng), Ata Aung- Ata  Aung Aung untuk Flores Tengah Bagian Timur (Sikka, Maumere),; 5. Ata Goen Take untuk Flores Timur, Lamaholot. Penelusuran nama-nama purba suku-suku dari bentuk genetivus,  kepunyaan  dimaksud untuk melacak asal-usul sebutan atau penggunaan kata ”ATA” untuk menyebut beberapa suku/puak yang tersebar dari Ata Eo(ng) di Nita, Maumera sampai  Ata Sigho, Ata Holor di Flores Barat, Manggarai (hal 22 s/d hal 49).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun