Oleh Chris Boro Tokan
ATA LAMAHOLOT atau ATLANTIS LAMAHOLOT teridentifikasi sebagai MANUSIA, Orang-Orang Lamaholot dengan segala turunan yang terselamatkan dari sebuah kejadian, bencana.
ATLANTIS LAMAHOLOT dengan segala generasi turunan, kekinian teridentifikasi menjadikan Kepulauan Solor dan Daratan Timur Nusa Nipa (Pulau Flores), sebagai pusat peradaban, yang tertelusuri menyebar ke seluruh Nusa Nipa. Nusa Nipa, Nusa Ular merupakan nama mitologik pulau Flores yang di temukan oleh Petu Sareng Orin Bao alias Pater Piet Petu, SVD (almarhum) dalam bukunya: “NUSA NIPA WARISAN PURBA” (1969).
Petu Sareng Orin Bao sendiri dalam bukunya (hal 221), mengungkapkan kegusarannya, merasa aneh, kenapa nama Nusa Gede (Nusa Nipa), Pulau Flores, dinamai selaras dengan nama-nama nusa cilik, misalkan dengan nama nusa Solor, nusa Ende. (catatan penulis: Nusa Ende adalah Pulau Ende, sebuah pulau kecil berhadapan dengan kota Ende).
Kegusaran Petu Sareng Orin Bao atas tidak terkenalnya nama Pulau Flores dalam lintasan Zaman Prasejarah melalui kepustakaan, rupanya menjadikan salah satu alasan untuk menelusuri nama asli, nama purba pulau flores, yang ditandaskan sebagai NUSA NIPA. Walaupun nama, sebutan purba pulau flores itu sendiri sesungguhnya adalah NUSA SOLOT, PULAU SOLOR, seperti yang ditandaskan dalam bukunya (hal 221), bahwa:”…Sebagaimana diutarakan tahun 1287 penanggalan Caka mengachirkan masa prasedjarah Nusa Nipa oleh pemberitaan nama purbanja Solot. Sedjak itu Nusa Nipa menjadi Nusa bersedjarah, dikenal dengan nama Solor atau Solot. Tetapi terhentinja zaman prasedjarah itu tidak mutlak dalam arti bahwa Nusa nipa dikenal merata dalam naskah-naskah tertulis” (catatan penulis: terkutip tetap menggunakan ejaan lama).
Muhammad Yamin dalam bukunya ”GAJAH MADA Pahlawan Persatuan Nusantara”, cetakan pertama 1945, mengalami cetakan ulang ke 10, 1986, yang terujuk ini (hal 59 s/d 66) mengutip syair Prapanca dalam Kitab Negarakartagama pada zaman Gajah Mada 1364 tentang DAERAH TUMPAH DARAH NUSANTARA atau DAERAH DELAPAN, tertelusuri penemapatan kata SOLOT dalam syair 14, bait ke 5: ”Inkang sakasanusan Makasar Butun Banggawi, Kuni Ggaliyao mwang i(ng) Salaya Sumba Solot Muar muwah tikang i Wandan Ambwan athawa Maloko Ewaning ri Sran in Timur makadi ning angeka nusatutur”.
Syair itu tertelusuri juga oleh Prof. DR. Drs. I Ketut Riana, SU dalam bukunya:”Kakawin Desa Warnnana uthawi Nagara Krtagama MASA KEEMASAN MAJAPAHIT” (2009) disertai terjemahannya yang lebih akurat: ”Tersebut pulau-pulau seperti Makasar, Buton, Banggawi, Kunir, Galiyan, serta Selayar Sumba, Solot, Muar, lagi pula Wandan, Ambon, Wanin, Seram, Timor dan pulau-pulau lainnya berdekatan” (hal 102).
Dengan demikian dari telusuran kepustakaan, saya berpendapat bahwa nama purba Pulau Flores adalah sesungguhnya Nusa Solot, seperti yang tersinyalkan sendiri dalam beberapa literatur, yang diteguhkan dengan kajian Petu Saren Oring Bao, baik seperti yang telah terkutip di atas, maupun dalam bahasan ”LINTASAN LINGUISTIK-NAMA PURBA SUKU-SUKU” (hal 22 s/d 49).
Ternyata penggunaan kata ATA yang tertemukan menyebut beberapa suku, etnis di sepanjang daratan Pulau Flores berasal-usul dari ATA LAMAHOLOT. Terwaris antara lain melalui bentuk kerja sama, bala bantuan yang diberikan oleh ATA LAMAHOLOT di zaman prasejarah terhadap sesama ATA di sepanjang daratan pulau Solot (nama purba pulau Flores). Pemberian bala bantuan demikian tetelusuri secara cermat oleh Petu Sareng Orin Bao dalam konflik Kerajaan Nita versus Kerajaan Sikka di Flores Tengah Bagian Timur. Inti Purba Uma Ili, Kerajaan cilik Nita meminta bantuan dari DJAWA MUHAN (sebutan untuk ATA LAMAHOLOT). Namun bala bantuan yang dipimpin oleh DJAWA PALANG AMA disabot oleh Kerajaan Sika dan menghancurkan Uma Ili Kerajaan Cilik Nita (hal 12).
”Sumber lisan Sika tandaskan bahwa Djawa Palang Ama adalah turunan nusa Adonara. Perintjian mengenai nama gugusan pulau-pulau Solor tidak dibedakan dengan djelas. Umumnja penghuni gugusan Nusa Solor dinamai di Kowe sebagai Ata Muhan, jang berarti penghuni nusa. Lebih tepat diduga nama puak Solot atau Ata Muhan jang bermukim di Sika dan Nita adalah penghuni gugusan Nusa Solor jang menetap sejak perang Uma Ili”(hal 15) (catatan penulis: kutipan tetap dalam ejaan lama).
Dilanjutkan dalam bahasan tentang ”LINTASAN LINGUISTIK-NAMA PURBA SUKU-SUKU”, secara tekun Petu Sareng Orin Bao menelusuri secara saksama penamaan SUKU-SUKU purba dengan sebutan ATA, dengan menandaskan besar kemungkinan bermula dari ATA LAMAHOLOT. Seperti: 1. Ata Sigho, Ata Wolos - Ata Holor, Ata Kolor - Ata Seso Bajo Bima di Flores Barat, Manggarai,; 2. Ata ’Bai, Ata Djao, Ata Ngao di Mbai, Bajawa, Ngada, Naga Keo (Flores Barat Bagian Timur),; 3. Ata Aku, Ata Djao di Ende, Lio (Flores Tengah),; 4. Ata Eo(ng), Ata Aung- Ata Aung Aung untuk Flores Tengah Bagian Timur (Sikka, Maumere),; 5. Ata Goen Take untuk Flores Timur, Lamaholot. Penelusuran nama-nama purba suku-suku dari bentuk genetivus, kepunyaan dimaksud untuk melacak asal-usul sebutan atau penggunaan kata ”ATA” untuk menyebut beberapa suku/puak yang tersebar dari Ata Eo(ng) di Nita, Maumera sampai Ata Sigho, Ata Holor di Flores Barat, Manggarai (hal 22 s/d hal 49).