Oleh Chris Boro Tokan
Dari ketiadaan, melalui ketiadaan, menuju ketiadaan, kata Hegel. Ini adalah batu nisan yang cocok untuk teori inflasi kosmik. Sesungguhnya hanya ada satu cara untuk mendapat sesuatu dari ketiadaan – dengan Penciptaan. Dan ini hanya mungkin jika ada Sang Pencipta (Alan Woods dan Ted Grant dalam “Reason in Revolt: Revolusi Berpikir Dalam Ilmu Pengetahuan Moderen”, 2006 hal.277). Sang Pencipta itu adalah Roh, yakni Roh Allah.
Pada mulanya adalah Firman, firman itu bersama-sama dengan Allah, dan firman itu adalah Allah. Ia (baca: roh, sabda, firman) pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya (Injil Yoh 1: 1-6).
Substansi Ketiadaan: Roh
Ternyata bahwa “ketiadaan” ini bukan hanya sesuatu, tapi merupakan sesuatu yang sangat substansial. Seperti sihir ia terisi dengan energi “dari sumber yang tidak pernah kemudian kering”. Ini adalah revisi ala kosmologi dari mitos cornocopia, “mangkuk serba kecukupan” dari mitologi yunani dan irlandia, sebuah mangkuk atau panci minimun yang tidak pernah kering, seberapapun kita minum darinya. Ini adalah hadiah dari para dewa (hal.276). Jika energi memasuki ruang hampa, ia harus datang dari suatu tempat di luar kehampaan itu. Ini sangat jelas karena sebuah ruang hampa tidak dapat hadir terisolasi dari segala materi dan energi. Ide tentang ruang kosong tanpa materi adalah sama tidak masuk nalarnya dengan ide tentang materi tanpa ruang. Tidak ada ruang yang mutlak hampa di bumi. Hal yang paling dekat dengan kehampaan sempurna adalah ruang angkasa. Tapi kenyataannya ruang angkasa juga tidak kosong.
Semua perenungan dan pertanyaan tentang suatu kehampaan apakah mutlak atau relatif tentu memerlukan jawaban melalui suatu kajian yang tidak hanya idealis dan materialis, melainkan mendialektikan keduanya secara selaras. Supaya kelak akan membuktikan letak (lokasi) arah Timur, tempat Matahari terbit yang sesungguhnya. Tempat Awal Mula Peradaban dan Awal Mula Kebudayaan: Penciptaan. Letak Benua yang hanyut (hilang) sebagai tempat Roh yang terformulasi kelak dalam Idealisme dan Materialisme saling berdialektika. Bagaimana Roh itu menjadi Sabda/Firman dan membentuk Alam sebagai era Awal Peradaban. Begitupun Roh itu menjadi Sabda/Firman dan membentuk Manusia sebagai era Awal Kebudayaan. Berbagai keragaman dan unikum penampakan Bumi dan Segala Isinya termasuk Manusia, bagi Hegel merupakan hal alamiah pertama yang harus dipandang sebagai kemungkinan khusus, dari situ Ruh (Roh) suatu bangsa di dunia terus berkecambah, dan di antaranya ada Dasar Geografis.
Bagi Hegel dalam karyanya The Philosophy of History, terbitan Dover Publication, Inc., 1956, diindonesiakan Filsafat Sejarah, Cet. III, 2007, menandaskan bahwa kepentingan bukan hanya untuk mengetahui tanah yang ditempati oleh suatu bangsa sebagai daerah lahiriah, melainkan tipe alamiah lokalitas, sebagaimana yang erat berhubungan dengan tipe dan karakter bangsa yang merupakan keturunan dari tanah tersebut. Karakter ini tidak lebih dan tidak kurang daripada modus dan bentuk tempat bangsa membuat penampakannya dalam Sejarah, dan mengambil tempat serta kedudukan di dalamnya. Alam seharusnya tidak boleh ditempatkan terlalu tinggi atau terlalu rendah: ... Karena munculnya kesadaran kebangkitannya hanya dikelilingi oleh pengaruh alam, dan setiap perkembangannya merupakan refleksi Ruh kembali kepada dirinya sendiri yang berlawanan dengan sifat alam yang langsung dan tidak terefleksikan. Alam dengan demikian merupakan salah satu unsur di dalam proses abstraksi antitetik ini; Alam merupakan titik tolak pertama bagi manusia untuk dapat memperoleh kebebasan di dalam dirinya sendiri, dan kebebasan ini tidak harus dibuat sulit karena kekaburan alamiah. Alam jika dipertentangkan dengan Ruh, merupakan masa kuantitatif, yang kekuasaannya tidak harus terlalu besar agar membuat kekuasaan tunggalnya menjadi mahakuasa. Di dalam lingkungan yang ekstrim manusia tidak dapat sampai kepada gerakan yang bebas; panas dan dingin di sini terlalu kuat untuk memungkinkan Ruh membangun sebuah dunia untuk dirinya sendiri. (hal. 108 -109).
Bagaimana Roh (Ruh) berperanan dalam Jiwa dan mewujudkan Badan. Bagaimana Roh menggetarkan perasaan dan mempengaruhi pikiran serta menggerakan anggota badan lain untuk bergerak dan berkata-kata demi secara tegas menegaskan identitas dan secara nyata menyatakan kehadiran (eksistensi) di Bumi? Dalam kaitan ini Hegel berkata, bahwa di dalam Sejarah Dunia, Ide tentang Ruh nampak dalam perwujudan aktualnya sebagai serangkaian bentuk lahir, masing-masing menyatakan dirinya sendiri sebagai bangsa yang benar-benar ada. Eksistensi ini termasuk kategori Ruang maupun Waktu, mengenai eksistensi alamiah; dan prinsip khusus yang diwujudkan setiap sejarah bangsa dunia, memiliki prinsip ini yang sekaligus sebagai sifat alamiahnya. Ruh, membungkus dirinya dalam bentuk alam, mendapatkan tahap-tahapnya yang khusus untuk mengasumsikan eksistensi yang terpisah; karena pengeluaran timbal balik merupakan cara eksistensi yang hanya sesuai bagi alam. Karena bagi Hegel membahas secara eksklusif Ide tentang Ruh, dan Sejarah Dunia yang memandang segala sesuatu hanya sebagai perwujudannya, dalam melintasi masa lampau dengan periode yang sangat luas, dalam kaitan dengan apa yang kekinian (sekarang); bagi filsafat, karena mengisi dirinya dengan Kebenaran, harus menggunakan masa kini yang abadi. Tidak ada sesuatu di masa lampau yang hilang baginya, karena Ide tersebut senantiasa hadir; Ruh adalah abadi; bagi dia tidak ada masa lampau yang hilang, tidak ada masa depan yang lain, yang ada hanya sekarang yang hakiki (hal.108). Saya telah melihat dan menemukan hari kemarin, saya yakin hari ini, karena saya percaya hari esok.
Keabadian Roh: Tidak Terbatas dan Tidak Berhingga
Bagi Hegel, Sejarah pada umumnya, merupakan perkembangan Ruh di dalam Waktu, sebagaimana Alam merupakan perkembangan Ide di dalam Ruang. Adalah Ruh konkret bangsa yang telah kita ketahui dengan jelas dan karena itulah Ruh hanya dapat dipahami secara spiritual, artinya melalui pemikiran. Hanya ini saja yang mengarahkan seluruh perbuatan dan kecendrungan bangsa, dan yang dipergunakan dalam perealisasian dirinya, di dalam pemuasan idealnya dan menjadi sadar diri, karena urusannya yang besar adalah menegaskan identitas diri dan keyakinan bangsa. Namun bagi Ruh, pencapaian yang tertinggi adalah pengetahuan diri, secara nyata menyatakan diri; sehingga suatu kemajuan bukan hanya untuk intuisi, melainkan juga untuk pikiran, konsepsi yang jelas tentang dirinya sendiri. Ini merupakan keharusan dan harus dicapai olehnya, namun pencapaian tersebut sekaligus merupakan pembubarannya, dan kemunculan bagi Ruh yang lain, Sejarah Bangsa dunia yang lain, tarikh Sejarah Universal yang lain. Peralihan dan hubungan ini mengantarkan kepada hubungan lain dengan keseluruhan, ide tentang Sejarah Dunia sebagaimana adanya, yang kini harus diperhatikan dan dikaji secara lebih cermat (hal. 97-98).
Dalam elaborasi Alan Woods dan Ted Grant, bahwa jika energi memasuki ruang hampa, ia harus datang dari suatu tempat di luar kehampaan itu. Ini sangat jelas karena sebuah ruang hampa tidak dapat hadir terisolasi dari segala materi dan energi. Ide tentang ruang kosong tanpa materi adalah sama tidak masuk nalarnya dengan ide tentang materi tanpa ruang. Tidak ada ruang yang mutlak hampa di bumi. Hal yang paling dekat dengan kehampaan sempurna adalah ruang angkasa. Tapi kenyataannya ruang angkasa juga tidak kosong. Beberapa dasawarsa lalu, Hannes Alfen memperlihatkan bahwa ruang angkasa dipenuhi dengan jaring-jaring arus listrik dan medan magnet yang terisi dengan benang-benang plasma. Ini bukan hasil dari spekulasi atau sihir yang diturunkan dari teori relativitas, tapi telah dibuktikan melalui pengamatan, termasuk oleh Voyager dan Pioneer yang telah mendeteksi keberadaan arus listrik dan benang-benang plasma itu disekitar jupiter, saturnus dan uranus. Sedangkan Matthew, membangun “laut kehampaan” bermaksud mendapatkan energi langsung dari kehampaan itu sendiri. Tidak sedikitpun memerlukan materi! Energi yang dimaksud Matthew tidak datang dari mana-mana. Ia datang dari sebuah kehampaan, atas seijin teori relativitas umum. Salah satu ciri kunci dari teori relativitas umum Einstein adalah massa bukanlah satu-satunya sumber gravitasi. Secara khusus, tekanan, baik positiv maupun negatif juga dapat menimbulkan efek gravitasi. Mistis teori ini yang menjadikan adanya kelak lompatan kualitatif yang dijelaskan dalam ledakan besar (big bang), hal. 276-277.