Mohon tunggu...
Philipus Dellian Agus Raharjo
Philipus Dellian Agus Raharjo Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang yang ingin menjadi kawan seperjalanan anda.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Belajar Aksara Jawa (3)

1 Juni 2012   06:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:32 5509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338527770286368416

Pada tulisan terdahulu ─ Belajar Aksara Jawa (2), saya telah menyampaikan mengenai tiga jenis sandhangan dalam aksara Jawa beserta, yakni sandhangan swårå, sandhangan sêsigêg, dan sandhangan wyanjånå beserta contoh pemakaian atau penulisannya yang dirangkai dengan aksara dasar. Tulisan kali ini masih akan membahas mengenai penggunaan ketiga jenis sandhangan tersebut. Bila anda menguasai ketiga jenis sandhangan dan cara penulisannya, maka satu kata yang terdiri dari dua atau lebih suku kata akan memiliki arti yang berbeda. Sebagai contoh saya akan menggunakan suku kata "ga" dan "ra" yang kemudian saya rangkai dengan ketiga jenis sandhangan. Perhatikan gambar berikut! [caption id="attachment_180143" align="aligncenter" width="300" caption="Variasi penggunaan sandhangan dan hasilnya"][/caption] Nah, sekarang anda sudah tahu di mana posisi masing-masing sandhangan diletakkan, sehingga menghasilkan kata-kata baru. Saya menggunakan dua suku kata "ga" + "ra" yang kemudian saya rangkai dengan ketiga jenis sandhangan. Hasilnya paling tidak terdapat 30 kata baru. Arti dari kata-kata tersebut berbeda, bahkan satu kata yang sama bisa memiliki lebih dari satu arti. Masing-masing artinya adalah:

  1. gårå = isteri, suami
  2. gårå-gårå = adegan dalam pentas wayang, huru-hara atau kerusuhan
  3. garu = garu, perata tanah setelah dibajak
  4. garah = bercakap-cakap
  5. garoh = tidak jadi, tidak sah
  6. garang = garang, pemarah
  7. garèng = Gareng, salah satu panakawan
  8. garing = kering
  9. gêrå = puncak
  10. gêrah = sakit, udara panas
  11. gêrang = tua-bangka, aus
  12. gêring = kurus-kering, sakit
  13. gêré = tidak subur (tanah)
  14. gêrêng = menggeram
  15. gêro = berteriak, bersuara lantang
  16. gèroh = bohong, menipu
  17. gèrong = bernyanyi bersama pesinden
  18. guru = guru, pengajar
  19. gurung = tenggorokan
  20. gurah = proses/cara membersihkan tenggorokan
  21. guruh = guruh, guntur
  22. gurih = gurih, sedap rasa
  23. guri = belakang
  24. gorå = dahsyat, kuat, besar
  25. gori = nangka, nangka muda
  26. gorong = lintasan air, gorong-gorong
  27. girah = cuci ulang penghabisan, bilas
  28. girang = girang, gembira
  29. gorèh = luka, gores
  30. goroh = bohong, berbohong, tipu

Nah, anda bisa melihat bahwa hanya dengan merangkaian dua suku kata dan sandhangan, dapat terbentuk 30 kata dalam bahasa Jawa. Dengan demikian kita dapat merasakan betapa luwesnya ke-20 aksara Jawa itu berubah susunan dan berubah arti/makna. Keluwesan dalam proses pembentukan kata dengan aksara Jawa inilah yang menjadi salah satu keunggulan karya kesusastraan Jawa. Banyak karya sastra Jawa gubahan para pujangga pada masa lalu yang memanfaatkan keluwesan aksara Jawa. Salah satu contoh adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria (K.G.P.A.A.) Mangkunegara IV dari Pura Mangkunegaran, Surakarta dalam karyanya Wedhatama. Saya ambil contoh dari Wedhatama pupuh Sinom bait ke-19 yang bunyinya:

Dahat dènirå amintå

sinupèkêt pangkat kanthi

jroning alam palimunan

Ing pasaban saben sêpi

sumanggêm anyanggêmi

Ing karså kang wus tinamtu

pamrihe mung amintå

supangaté têka-têki

nora kètang têkên janggut suku jåjå.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun