Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kisah Prabowo Subianto dan Ahok

10 November 2016   14:59 Diperbarui: 10 November 2016   15:26 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo - Ahok (Foto dok Tribunnews.com)

Masih dengan judul yang sama “Kisah Prabowo Subianto dan Ahok”, dari artikel yang pernah saya tulis 3,5 tahun lalu di Tribunnews.com (18/4/2013). Tulisan ini tak lebih hanyalah sekadar melengkapi tulisan sebelumnya “Prabowo Serukan Tuntaskan Proses Hukum Kasus Ahok “ (Kompasiana, 7/11), sekaligus sebagai flashback.

Ketika Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra – Prabowo Subianto menggotong nama Basuki Tjahaya Purnama untuk dipasangkan dengan Jokowi maju ke Pilgub DKI 2012, dalam benak saya sempat bertanya, “Emang dia siapa?” Oh ternyata dia si Ahok yang China dan Kristen itu.

Gila gila gila berani benar Prabowo mengajukan Ahok dipasangkan dengan wong Solo – Jokowi, dan ini namanya baru terobosan. Lalu saya tulis di Tribunnews.com, “Prabowo – Megawati Sang Arsitek.”

Dalam tulisan itu saya mengapresiasi keberanian Prabowo menyodorkan Ahok untuk dijodohkan dengan Jokowi sebagai pasangan ganda campuran multikulturalisme. Keberanian Prabowo menerobos menggotong Ahok di ajang Pilgub DKI 2012 sebagai angin segar dalam kehidupan politik dan demokratisasi yang dilandasi dengan spirit multikulturalisme.

Manuver politik yang dilakukan Prabowo ini jelas bukan sekadar siapa dipasangkan dengan siapa, di balik semua itu pastilah ada muatan politik ke depan yang ingin dibangun yaitu spirit multikulturalisme Bhinneka Tunggal Ika di negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) sebagai harga mati.

Dan, kemenangan pasangan ganda campuran Jokowi – Ahok ini menandai kemenangan spirit multikulturalisme. Kemenangan ini juga menandai kememangan atas hasrat perubahan dalam merespon isu-isu hegemoni primodialisme yang berbasis sentimen kesukuan dan keagamaan.

Kemenangan ini sekaligus sebagai cerminan jawaban kedewasaan berpolitik dan berdemokrasi, karena rakyat bukan lagi mempersoalkan suku atau agama seseorang.

Rakyat sudah cerdas dan dewasa, tidak mau lagi diprovokasi dan dipolitisasi oleh kepentingan atas nama isu-isu maupun sekat-sekat sentimen primodialisme sempit.

Dengan spirit multikulturalisme, rakyat sudah bukan lagi mempersoalkan suku atau agama, Ahok orang China dan Kristen, justru yang dibutuhkan adalah siapa pun sang pemimpin itu membawa harapan baru dan pegang amanah mengabdi untuk kesejahteraan rakyat. Itu tujuan rakyat memilih pemimpinnya.

Dan dari kisah “Prabowo Subianto dan Ahok” ini adalah representasi spirit multikulturalisme Bhinneka Tunggal Ika dari sebuah pandangan ke depan yang visioner dari seorang Prabowo Subianto.

Bahwa NKRI sebagai harga mati itu akan bisa berdaulat kalau spirit multikulturalisme Bhinneka Tungga Ika terus hidup, dipelihara dan dijaga. Itu spirit kebangsaan yang saya petik dan harus tetap dipelihara dan dijaga dari “Kisah Prabowo Subianto dan Ahok.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun