Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hidup di Dunia Akan Berakhir

30 Maret 2013   11:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:00 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya yakin hidup itu kekal. Ia bermula dari dalam rahim sang Bunda. Setelah sembilan bulan, ia hadir di tengah dunia sebagai anak manusia. Sejak saat itu, ia merasakan gejolak dunia. Ia terus bertumbuh dan berkembang. Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan masa tua dilaluinya.

Seperti calon bayi dalam rahim Bunda, yang setelah genap masanya lahir ke tengah dunia, demikian pula manusia pada saatnya tiba, ia kembali ke Sang empunya hidup. Ia kembali ke rahim ibu bumi.Tubuhnya, yang rapuh dan lemah, yang telah terbaring kaku dibenamkan dalam tanah.

Ada upacara menyertainya. Ada yang meriah sekali. Ada pula yang biasa-biasa saja: sederhana. Namun, ada pula yang tidak sama sekali. Mereka itu menjadi korban pembunuhan, pemerkosaan, perang, bencana alam, dan lain sebagainya.

Bagaimana pun cara manusia berlalu dari dunia fana ini, mereka tetap menuju kepada sumber yang sama yakni Penciptanya.

Kepergian mereka selalu mengundang kesedihan yang amat mendalam, terutama bagi orang-orang yang paling dekat dengannya. Mereka menangis di samping jasadnya. Mereka menangis sambil mengisahkan kembali kenangan dan pengalaman mereka bersamanya. Ada pula yang duduk diam dan merenung, sambil sesekali mengusap air mata yang jatuh berlinang. Dan ada juga yang murung, menyesal karena pernah melakukan kesalahan dan belum minta maaf. Ada rupa-rupa ekspresi kesedihan, yang semuanya mengungkapkan bahwa sebenarnya mereka belum siap menerima perpisahan yang memilukan itu.

Cerita seperti di atas ini, dialami semua manusia. Intinya hendak menyampaikan bahwa pada waktunya hidup manusia di dunia ini akan berakhir. Tubuh manusia akan mati, tetapi jiwa, roh akan kembali ke Penciptanya. Dia-lah asal dan tujuan hidup manusia. Kepada Dia-lah manusia akan kembali karena semua manusia berasal dari-Nya. Dia-lah pemilik hidup. Apa pun nama yang diberikan kepada-Nya, yang jelas Dia-lah sumber, asal dan tujuan hidup manusia.

Manusia akan kembali kepada Dia dan mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukannya semasa perzsiarahan hidup di dunia ini. Pada saat itu, buku kehidupan setiap orang akan dibuka. Lalu catatan harian semasa hidup di dunia akan terbaca dengan jelas. Pada saat itu, tidak ada lagi yang tersembunyi. Semuanya menjadi terang-benderang.

Bagi orang yang semasa hidupnya melakukan perbuatan kasih, ia akan tersenyum tatkala membaca kembali kenangan indahnya semasa di dunia. Ia akan bahagia melihat bahwa di dalam kerapuhannya ia dapat menolong sesama yang menderita, mengampuni orang yang memfitnahnya. Ia bahagia karena ia berlaku jujur dan adil. Ia sangat bahagia karena ia dapat menjaga kesucian tubuhnya.

Tidak demikian bagi orang yang samasa hidupnya melakukan korupsi, tipu, mabuk, selingkuh: sina dan cabul, dan lain sebagainya. Ia akan menderita. Ia menderita karena merasa bersalah, menyesal atas kebebalannya semasa hidup di dunia. Penyesalan itu akan membuat jiwanya tidak tenang dan menderita selamanya.

Ketika menuliskan renungan ini, saya teringat akan orang-orang yang sampai saat ini masih mengagung-agungkan harta kekayaan: uang, motor, mobil, rumah mewah, deposito di bank. Mereka ini menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, termasuk korupsi yang saat ini lagi tenar di kalangan penyelenggara negara.

Ada pula yang menyia-nyiakan hidupnya dengan pesta pora, mabuk-mabukan, pesta seks bebas, selingkuh, melakukan jual beli anak manusia dan perempuan, transaksi narkoba, dan lain sebagainya. Mereka ini telah dengan sengaja menjajakkan diri untuk memuaskan nafsu sesaat. Mereka telah mematikan roh baik dalam diri mereka dan membangkitkan kuasa kegelapan dalam diri mereka.

Bukan itu saja, masih terlalu banyak kejahatan yang cenderung dilakukan manusia, yang tidak menghargai anugerah hidup. Mereka menyia-nyiakan diri dengan perbuatan jahat ketimbang melakukan perbuatan baik.

Namun, saya menyakini bahwa apa pun kesalahan manusia, Penciptanya tidak pernah meninggalkannya. Setiap manusia yang melakukan kesalahan besar apa pun, Dia tetap setia ada dekat dengan manusia. Dia mencintai manusia melampaui kesalahannya.

Bahkan saya percaya, ketika manusia mau kembali kepada-Nya, akan disambutnya dengan hangat dan penuh kasih sayang, bagaikan seorang Bapa menyambut anaknya yang sudah sekian lama menghilang.

Renungan ini sekedar mengingatkan semua manusia selagi masih ada kesempatan bernafas, menghirup udara, hendaklah manusia, siapa pun dia, dari latar belakang agama dan budaya apa pun melakukan perbuatan baik: hidup jujur, sederhana, murah hati dan berlaku adil. Isilah hidup ini dengan perbuatan yang mendatangkan sukacita bagi sesama, bahkan bagi semua makhluk.

Jauhkah tubuh ini, dari nafsu seks dan korupsi, gila harta dan kedudukan.

Semoga tubuh yang dihidupi roh ini, selalu tekun melakukan kebaikan, murah hati dan mengamalkan cinta kasih universal bagi semua makhluk.

Dengan jalan inilah, hidup kekal itu akan menemukan kedamaiannya di dalam Penciptanya.

A-2, 28/03/2013; pk 15.42 WIT

pada perayaan kamis putih 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun