Mohon tunggu...
Permana Bella
Permana Bella Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semua Perempuan Itu Matre!

24 Mei 2017   10:50 Diperbarui: 24 Mei 2017   11:25 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, mungkin itulah kalimat yang diucapkan sebagian laki-laki terhadap kami, perempuan. Kalimat yang menimbulkan stigma bahwa semua perempuan itu sama. Kalimat yang kami dengar dari mereka, generasi patah hati. Dari mereka, yang putus asa. Dari mereka, yang lupa akan tanggung jawabnya.

Semua perempuan itu matre! Perempuan hanya memikirkan uang, uang  dan uang. Bisanya hanya menghambur-hamburkan uang ! Menghabiskan uang pasangannya dengan beli barang yang tidak penting ! Tidak. Tidak semua.

Mari kita berbicara soal realita. Dimana uang adalah “sumber” kehidupan. Di era milenial seperti sekarang, semua butuh uang bukan ? Buang air kecil saja dihargai dua ribu, buang air besar tiga ribu, mandi lima ribu. Kenapa saya hafal ? Karena itu adalah contoh kecil dari realita yang saya sebutkan dan tanpa kita sadar ada di sekeliling.

Jika disetarakan, semua gender juga begitu kan ? Sebagai contoh, perempuan yang seorang beauty enthusiast yang mengoleksi make-up, di salahkan karena dianggap tidak berguna bla bla bla. Lalu laki-laki yang suka mengoleksi action figure, barang-barang automotive, vapor, kaos dari brand yang sama, dll, menolak disalahkan karena mengatasnamakan hobi. See ?

Dalam lingkup sebuah hubungan. Apa semua gratis ? Wakuncar setiap malam minggu, butuh uang untuk beli bensin. Nonton film di bioskop yang sedang booming,butuh uang untuk beli tiket. Makan malam romantis, atau bahkan makan malam biasa, semua butuh uang.

Ya, memang semua butuh uang. Tapi tidak semua perempuan menuhankan uang.

Masih banyak perempuan-perempuan mandiri yang mampu menghidupi kebutuhannya bahkan kebutuhan orang lain. Sebagai contoh, direktur utama di tempat saya bekerja adalah seorang perempuan, seorang single mother, mampu menjadi pioneeruntuk perempuan di sekitarnya dan menunjukan bahwa keberhasilan dan kemandirian tidak dibatasi oleh gender. Lalu ibu saya, single mother yang mampu membimbing anak-anaknya dan menjadi tulang punggung keluarga. Perempuan yang bekerja bukanlah perempuan yang melawan kodratnya, melainkan mereka mampu untuk tidak bergantung kepada orang lain, tidak seperti asumsi masyarakat kebanyakan.

Untuk laki-laki. Bijaklah dalam menilai, tidak semua perempuan selalu memprioritaskan uang. Pintarlah dalam berfikir, karena kelak, laki-lakilah yang akan mencari nafkah untuk perempuan. Karena berkoar tentang “perempuan itu matre” adalah ungkapan dari ketakutan dan ketidakmampuan anda sebagai seorang laki-laki.

Untuk perempuan. Berfikir dewasalah, karena tidak semua laki-laki bisa dibodohi. Berhentilah jadi perempuan manja yang hanya bisa meminta tanpa mau berusaha. Tidak ingin di cap sebagai pengemis bukan ?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun