Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bank, Perang dan Utang

24 Juli 2017   21:30 Diperbarui: 25 Juli 2017   10:14 1693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit: americanyawp.com

Bahwa persoalan duit, duit, kapital, kapital. . . telah banyak jadi penyebab kematian massal di dunia, telah terjadi memang sejak adanya uang yang pada mulanya diciptakan dengan maksud mengatasi kesulitan manusia, artinya sebagai pengganti cara barter sebelumnya. Tetapi berangsur-angsur ada 'orang-orang pandai' yang memanfaatkan situasi itu untuk bikin uang dan malah jadi kaya dan bahkan bisa jadi berkuasa besar karena itu. Terlihat dari pengakuan bankir Mayer Rothschild bilang "Let me issue and control a nation's money and I care not who makes the laws". 

 Orang-orang bankir ini bukan hanya tak urusan akan the laws, tetapi jelas juga tidak menginginkan 'the world goes well' seperti dibilang kepala IMF ini:

"When the world around the IMF goes downhill, we thrive. We become extremely active because we lend money, we earn interest and charges and all the rest of it, and the institution does well. When the world goes well and we've had years of growth, as was the case back in 2006 and 2007, the IMF doesn't do so well both financially and otherwise." -- Christine Lagarde

 Christina Lagarde kepala IMF yang tahun lalu datang ke Indonesia, tentunya dalam rangka menjajakan pinjaman ke IMF. Atau dpl dalam rangka politiknya 'we thrive' seperti dia katakan di atas.

Kalau zaman dulu, terus sampai ke abad 20, bank besar (bankir dan kapital) menciptakan atau menghasut perang untuk 'pinjamkan uang' (usury). Bahkan sebelum Masehi sudah pernah dikatakan oleh Aristoteles:

"The most hated sort [of moneymaking], and with the greatest reason, is usury, which makes a gain out of money itself, and not from the natural use of it. For money was intended to be used in exchange, but not to increase at interest. And this term usury which means the birth of money from money, is applied to the breeding of money, because the offspring resembles the parent. Wherefore of all modes of making money this is the most unnatural." -- Aristotle (384-322 BCE) 

Orang-orang ini jugalah yang menginginkan perang atau provokasi perang, jelas seperti dikatakan oleh istri bankir Rothschild:

"If my sons did not want wars, there would be none." -- Gutle Schnaper, wife of Mayer Amschel Rothschild and mother of his five sons

 Financed at virtually no interest by the Rothschild controlled Bank of England, Britain then provoked the war of 1812 to recolonize the United States and force them back into the slavery of the Bank of England, or to plunge the United States into so much debt they would be forced to accept a new private central bank. (Read more)

Dari bacaan menarik di web di atas, jelaslah bahwa perang dunia 1 dan 2 dan juga perang-perang sebelummnya termasuk perang saudara di AS, terlihat peranan bank/kapital sangat menonjol sebagai penghasut yang menginginkan adanya perang. Kalau sekarang kita bisa lihat dalam menciptakan ISIS, demi kepentingan war-based industry di satu seginya dan dari segi lain perampokan langsung triliunan dolar dari SDA minyak Syria dan Irak.

Dalam sejarah AS, beberapa presiden AS mati ditembak atau diracuni adalah karena persoalan perlawanan mereka terhadap bank dan bankir AS, atau yang sekarang bergabung dalam 'deep state' musuh utama Trump di abad 21. Dalam soal utang besar AS terhadap bankir besar 'deep state' ini seorang penulis bilang:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun