Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jadi Pesohor dan Orang Biasa di Panggung Sandiwara

22 Juli 2017   20:49 Diperbarui: 26 Juli 2017   09:12 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixography: Salvador Dali ~ “The Three Sphinxes of Bikini”, 1947

dunia ini panggung sandiwara ceritanya mudah berubah... mengapa kita bersandiwara...setiap kita punya satu peranan yang mesti kita mainkan...

(penggalan lagu "Panggung Sandiwara",  Ahmad Albar)

---- 

Lagu Ahmad Albar itu memuat pesan kritik mendalam tentang kehidupan yang tak lebih sebuah panggung sandiwara. Ini merupakan kritik-relektif bagi siapa saja, tanpa terkecuali, untuk melihat diri sendiri. 

Panggung dan Sandiwara bertemu di satu setting personal setiap orang sebagai realitas tersendiri di tengah beragam relasi sosialnya. Seseorang bisa memiliki beragam posisi dan  peran di kelompok sosial yang berbeda. Di kelompok sosial "keluarga besar" dia jadi anggota keluarga, abang, paman dan anak. Di kelompok itu dia jadi panutan para adik dan keponakannya namun sekaligus di harus tunduk pada orang-orang tua.

Di lingkungan permukiman bisa saja dia hanya warga biasa yang tidak dimemiliki posisi penting. Para tetangga menghormati dia layaknya tetangga lain. Tak ada perlakuan sikap khusua padanya.  Di lingkungan sosial pertemanan kelompok alumni sekolah dia jadi si Lucu yang kerap jadi bahan candaan (bully) teman-temannya. Semua itu dia nikmati. Di lingkungan kantor dia sangat dihormati banyak orang karena jadi pemimpin hebat di bagian kerjanya. Di lingkungan pertemanan media sosial dia jadi pusat perhatian dan sumber inspirasi banyak teman. 

Demikianlah, ada banyak peran lagi yang berbeda di kelompok sosial yang dimilikinya. 

Seseorang tidak pernah punya peran yang tetap dan sama di tiap lingkungan/kelompok sosial. Setiap kelompok sosial itu "menuntut" hal yang berbeda pada dirinya. Tuntutan itu menjadikan dirinya "harus keluar" dari dirinya sendiri demi perannya di kelompok. Dengan cara itu maka dia menjadi personal yang dinamis dan  tangguh (adaptatif) dalam kehidupan ini.  

Pejuang Tangguh dan Tuntutan Sosial

Menjadi diri sendiri merupakan sebuah kejujuran, namun demi peran sosial tertentu maka setiap diri tak selalu bisa sepenuhnya menjadi diri sendiri. Dia terpaksa tidak tujur. 

Tidak ada orang yang benar-benar bisa jujur pada diri sendiri, dengan orang lain serta dalam kelompok sosial. Dikelompok sosial itu, ada kesepakatan bersama yang  tertulis dan tak tertulis yang jadi "penuntun atau aturan" yang menjadikan kelompok sosial itu tetap ada dan jadi bagian dari kehidupan anggotanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun