Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia adalah Tetangga Terdekat Kita

17 Agustus 2017   19:57 Diperbarui: 19 Agustus 2017   00:47 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQbaguIIB0KgwSarTuG3bRns8cJg28l_fqxmVZolsVDmmV-3nV8

Ketika "dipaksa" memikirkan Indonesia, kita seperti dihadapkan pada ruang yang maha luas dan besar. Terhampar dari ujung Barat sampai ke Timur, secara 'de jure' ruang Indonesia dipatok dari Sabang sampai Marauke. Di dalam ruang itu tersaji aneka aneka warna, bentuk, gerak, ukuran/nila budaya, perilaku, geografis, geopolitik, setting sejarah, dan sebagainya. Indonesia merupakan sebuah wujud multidimensi dan kompleksitas yang tak dimiliki bangsa lain di dunia. Kompleksitas itu gabungan pesona dan tragedi, namun sering bikin iri bangsa-bangsa lain dimuka bumi ini.

Ketika "memikirkan" Indonesia kontemporer, ada ketakutan, kengerian, kebanggaan, cinta, rindu, dan beragam rasa tak terdefenisi dalam diri kita sebagai anak bangsa. Sering muncul pikiran inferior  "Apalah arti awak ini, cuma sebutir kecil di  hamparan mozaik nusantara nan luas. Sampai mati pun awak tak akan bisa jelajahi Indonesia".

Saya tidak mau larut dalam "kepusingan" soal itu. Bagi saya, Indonesia ada di lingkungan terdekat. Indonesia ada didalam gambaran hubungan akrab dengan para tetangga di sekitar tempat tinggal. Diruang bertetangga itulah saya berikan diri sebagai anak bangsa untuk sebuah "Indonesia kecil". 

Para tetangga itu berasal dari beragam suku, agama, kebiasaan, adat istiadat, tata nilai, status sosial, dan lain-lain. Bahkan dalam satu rumah tangga bisa terdapat dua setting budaya yang berbeda. Si suami berasal dari daerah atau etnis A, sedang sang Istri berasal dari daerah atau etnis B. 

Beberapa waktu lalu tetangga depan rumah mengadakan hajatan kawinan anak gadisnya. Tetangga saya itu orang Melayu, calon mantu-besannyanya orang Jawa. Jadilah dua etnis dan daerah menyatu sebagai keluarga besar. Acara kawinan dilakukan di rumah tetangga tersebut. Mulai dari akad nikah, seremonial adat sampai resepsi perkawinan. Semua setting budaya dan religi mereka berbeda dengan saya. Namun dimata saya, hal itu bukan jadi penghalang untuk menjadikan mereka keluarga besar ke-Indonesia-an saya.

Acara pesat perkawinan berlangsung dari pagi sampai malam. Bisa dibayangkan hiruk pikuk, hingar bingar dan kesibukan di sekitar rumah, mulai dari lalu lintas-sirkulasi manusia, kendaraan dan barang, suara kencang dari loudspeaker (musik dan doa islami), urusan parkir dan lain sebagainya. Keramaian jadi keniscayaan sebuah kemeriahan dan sukacita.

Sebagai tetangga dekat rumah, saya membuka halaman rumah untuk tempat kursi tamu dan parkir kendaraan. Bagian teras rumah saya dipakai untuk "pemusik tradisional" dan kerabatnya mangkal. Sebagian barang-barang (meja-kursi tamu)  rumah tangga mereka dititipkan di rumah saya karena ruang tamu mereka dijadikan pelaminan beserta perangkatnya dari pihak Salon dan panitia perkawinan.

Begitu juga beberapa tetangga lain kebagian "titipan" barang milik yang punya hajatan tersebut. 

Bagi saya menjadi bagian secara aktif pada acara perkawinan tetangga tersebut sangat menyenangkan. Saya bisa merasakan sukacita, melihat ritual agama dan budaya mereka yang tak saya miliki. Saya bisa melihat dan merasakan dua etnis/daerah menyatu dalam satu keluarga besar. Bagi saya, semua itu membuka wawasan dan rasa tentang Indonesia sekaligus jadi kontribusi saya bagi wujud keIndonesiaan.

Sebagai anak bangsa dengan berperan dalam hajatan perkawinan tetangga adalah salah satu bentuk sumbangsih diri pada ke-Indonesia-an. Dimomen itu saya  ikut membentuk ruang imajiner dan nyata tentang Ruang Besar Indonesia. 

Secara geografis, ruang Indonesia memang luas, tapi sejatinya tidak jauh dimata dan selalu dekat di hati. Ruang Indonesia itu ada di wujud hubungan baik dengan tetangga terdekat kita. Di situlah tempat  terintim kita menjadi Indonesia seutuhnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun