Mohon tunggu...
Femmy Marsitha
Femmy Marsitha Mohon Tunggu... -

STMKG-BMKG Punggawa Cuaca dan Iklim

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Radar Mobile Solusi Canggih Pemantau Hujan Es di Bandung

10 Mei 2017   20:28 Diperbarui: 10 Mei 2017   22:03 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alfains.blogspot.co.id

Setidaknya Bandung telah diguyur hujan es sebanyak empat kali dalam dua pekan lalu dan waktu terjadinya pun sangat kita ingat, yaitu tanggal 19 dan 23 April serta tanggal 3 dan 4 Mei tahun 2017. Bukan tidak mungkin hujan es akan terus terjadi di kota Kembang ini, pasalnya prakiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk daerah ini masih menunjukkan keadaan hujan. Itu artinya, Bandung belum juga dapat dikatakan telah memasuki musim kemarau.

Jika kita iseng membaca artikel mengenai hujan es, kebanyakan akan mengatakan hal ini disebabkan oleh keberadaan awan Kumulonimbus (awan Cb) yang dikenal sebagai awan hitam. Karena begitulah ciri khasnya yang berwarna gelap, padat dan membawa hujan lebat serta puncaknya menjulang tinggi dan sangat dingin sehingga memungkinkan hujan es dapat terjadi. Pancaroba pun menjadi jawaban lain bahwa hal ini merupakan fenomena yang biasa terjadi. Tidak salah jika kita memiliki hipotesa seperti itu, namun  jika hujan es menjadi lebih sering terjadi pada tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kita tidak boleh menganggap itu sebagai hal yang biasa.

Dampak dari perubahan iklim global sudah sangat nyata kita rasakan, salah satunya dengan meningkatnya intensitas terjadinya cuaca ekstrem. Banyaknya kendaraan yang memadati kota Bandung menjadi salah satu penyebab dari berubahnya suhu rata-rata permukaan. Cekungan ini menjadi lebih panas dari dataran yang lebih tinggi disekitarnya. Inilah yang disebut dengan Urban Heat Island. Efek ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan Cb.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/alibinakhsan/berkaca-dari-hujan-es-bandung-apa-yang-harus-diwaspadai_58f77b41c223bd9c3b73d346

Solusi apa yang mampu menjawab tantangan dalam menganalisis penyebab hujan es Bandung? Atau dapat membantu memantau perkembangan tumbuhnya awan Cb dalam memproduksi es?

Radar cuaca adalah salah satu solusi dari sekian banyak yang bisa ditawarkan. Radar cuaca memiliki kemampuan untuk mendeteksi intensitas curah hujan dan cuaca buruk. Sifatnya pun real time. Target yang menjadi perhatian radar cuaca adalah hydrometeor seperti hujan, es, kepingan salju, atau hujan bercampur es dan salju. Untuk radar jenis Doppler, mampu mengukur gerakan target menuju atau menjauh dari radar kemudian digunakan untuk menentukan kecepatan angin. Cakupan jarak yang dapat dideteksi oleh radar dapat mencapai hingga 250 km. Radar cuaca yang dimiliki oleh BMKG di Pulau Jawa saat ini diletakkan di Cengkareng, Cilacap, Semarang, Yogjakarta dan Surabaya. Nah, radar cuaca terdekat yang bisa digunakan untuk memantau hujan es di Bandung adalah radar di Cengkareng.

Mengapa radar mobile (berpindah tempat menggunakan mobil)?

Radar cuaca mengirimkan sinyal pada beberapa elevasi / ketinggian. Setelah melakukan scanning 360º, elevasinya akan naik hingga mencapai maksimum sehingga kondisi atmosfer semua area sekitarnya akan terdeteksi.

Kita tahu kondisi topografi Bandung dimana kotanya adalah cekungan sedangkan sekitarnya adalah dataran tinggi atau gunung. Jika radar Cengkareng yang digunakan untuk mendeteksi hujan es Bandung, maka sinyal-sinyal yang dikirim akan terhalang oleh dataran tinggi sehingga tujuan analisis kita tidak tercapai. Maka dari itulah radar mobile sangat dibutuhkan. Dengan menggunakan mobil pengangkut radar itu sendiri serta orang yang menganalisis, akan membantu memantau petumbuhan awan Cb. Namun, untuk bisa memiliki radar mobile dibutuhkan dana yang tak sedikit bahkan hingga belasan milyar.

Dengan mengetahui komponen radar cuaca, prinsip kerja serta ketersediaan alat sangat memungkinkan bagi orang Indonesia bisa merancang dan membuat radar mobile. Memang hal ini tidak mudah, dibutuhkan SDM yang menguasai teknologi dan ilmu meteorologi. Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) merupakan salah satu sekolah dibawah naungan BMKG diharapkan mampu menghasilkan SDM dengan ilmu cuaca dan teknologinya yang berkualitas dan memiliki kreativitas tinggi. Sehingga kedepannya akan mendukung kinerja BMKG untuk menyejahterakan masyarakat Indonesia khususnya melalui informasi cuaca dan iklim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun