Mohon tunggu...
paulus londo
paulus londo Mohon Tunggu... -

Aku bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ksatrya Bahari dalam Palagan Samudera Nusantara

19 Mei 2012   08:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:06 3845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Oleh:

PAULUSLONDO

Indonesia adalah bangsa bahari. Semboyan "Yalesveva Jayamahe" adalah ungkapan identitas nasional yang fitri, dan berakar jauh dalam lubuk kehidupan masyarakat nusantara.

”Kejayaan bangsa nusantara terletak di laut". Demikian kesimpulan berbagai sosiolog dan sejarawan. Faktanya, setiap kali bangsa Indonesia berhasil menguasai medan maritim, pada saat itu pula Indonesia menggapai jaman keemasan. Namun sebaliknya, ketika samudera nusantara berada dalam genggaman kaum penjajah, bangsa Indonesia pun terpuruk dalam lembah kehinaan serta kenestapaan hidup yang sarat penderitaan.

Pertautan nilai kehidupan masyarakat yang sangat erat dengan dunia bahari, dalam konteks perjuangan bangsa tentu telah menampilkan sejumlah ksatrya bahari di atas pentas sejarah. Baik karena kiprah perjuangannya yang monumental, maupun oleh faktor semangat heroismenya yang kental, dan pada gilirannya memunculkan percikan butir-butir nilai ajaran perjuangan yang patut diteladani oleh generasi berikutnya.

Namun jadi persoalan adalah menghimpun kristal-kristal hasil perjuangan para Ksatrya Bahari (para "Senapati Sarwajala"), menjadi satu doktrin spesifik tidak mudah. Kendalanya, selain karena keterbatasan literatur, juga pola penulisan sejarah nasional yang selalu bersifat "pedalaman sentris". Sangat sedikit kisah perjuangan pahlawan bahari disinggung buku sejarah nasional.Pun demikian, dengan mengacu pada literatur yang ada, paling tidak ada beberapa tonggak peristiwa historis, yang dapat mengungkapkan sepak terjang para pahlawan bangsa di medan samudera, yang senantiasa mengundang kerinduan masyarakat untuk mengenang kembali masa kejayaan yang sarat romantika nostalgia.

Era Bahari Kerajaan Hindu-Budha

Kejayaan bahari Indonesia jaman kerajaan hindu-budha yang paling populer tentu pada kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Bahkan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7 dan Majapahit di abad 14 merupakan dua negara adidaya yang pada jamannya sangat diperhitungkan dunia. Hingga saat ini, selain dua negara ini, belum pernah ada negara superpower yang lahir di belahan selatan katulistiwa.

Memperhatikan karakteristiknya, basis kekuatan utama kedua negara terletak pada keunggulannya di bidang maritim. Dengan keunggulan maritimnya baik Sriwijaya, mau pun Majapahit, dapat berperan efektif mengendalikan lalu lintas hubungan internasional di perairan nusantara.

Dalampenguasaan medan perairan, Sriwijaya dan Majapahit memiliki kesamaan, meski aplikasi dan pilihan strateginya berbeda satu dengan yang lain.

Sriwijaya-Majapahit

Sebagai negara maritim, Sriwijaya dan Majapahit senantiasa menaruh serius terhadap pembangunan armada laut. Bahkan untuk kepemimpinan angkatan laut secara khusus langsung berada ditangan pemimpin negara. Di Sriwijaya, komando angkatan laut dipegang langsung oleh Raja Balaputeradewa, dan Jayanasa sebagai Manggala Yuda. Sedangkana di kerajaan Majapahit, pengendalian operasi angkatan laut, langsung ditangani oleh Mahapatih Gajah Mada,dibantu oleh Laksamana Nala dan Adityawarman.

Selain Sriwijaya-Majapahit, sesungguhnya masih banyak ksatrya bahari yang muncul di jaman kerajaan hindu-budha. Salah satu diantaranya adalah Sri Baduga Maharaja, penguasa tanah Pasundan. Dengan kekuatan armada lautnya yang tangguh, ia menjalin hubungan kerjasama perdagangan dengan Cina.Demikian pula dengan raja Darmawangsa dan menantunya Airlangga (raja Mataram Hindu), yang dikenal sebagai penguasa laut Jawa.

Mungkin patut dicatat dan perlu dipelajari dengan seksama tentang konsep pembangunan armada perang, oleh Raja Kartanegara. Karena pada masa pemerintahannya, ia merintis konsep wawasan nusantara, dan berusaha mewujudkan gagasannya itu dengan membangun armada laut secara besar-besaran. Sejarah mencatat, armada laut Singosari pada jaman Kartanegara tergolong kuat di kawasan Asia Pasifik. Armada ini dipimpin oleh Laksamana Anakbrang. Seimbang dengan itu kekuatan angkatan daratnya juga tergolong hebat. Panglimanya adalah menantu Kartenaga sendiri, yakniRaden Wijaya (pendiri Mahapahit).

Melihat ketangguhan angkatan perang Singosari, raja Kartanegara punberani menantang Kaisar Cina (Tartar),Khu Bilai Khan. Ini yang mengundang kemarahan sang kaisar sehingga ia mengirimkan utusan untuk mendesak Kartanegara menyerah. Raja Singosari tentu tidak tinggal diam. Ia mengirimkan armada perang menyongsong kedatangan musuh dari utara (ekspedisi Pemalayu). Sayangnya, armada Singosari tidakberjumpa dengan pasukan Cina pimpinan Panglima Shih Pi, Kau Hsing dan kawan-kawan. Tentara Cina akhirnya dapat mendarat di Jawa Timur, namun dapat dipukul mundur oleh tentara darat pimpinan Raden Wijaya.

Kartanegara kemudian gugur oleh pemberontakan raja Kediri,Jayakatong, yang bersekutu dengan puteranya Ardaraja (juga menantu Kartanegara) yang menjabat sebagai komandan pengawal istana.

Pun demikian, keberhasilan tentara Singosari menghancurkan serbuan Cina dengan pola operasi gabungan sudah dapat dijadikan indikator betapa tingginya teknik perang laut yang pada jaman kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada saat itu. Cuma sangat disayangkan, keberadaan para pejuang bahari era kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia, pada masa cenderung kurang diperhatikan.

Kejayaan Bahari Era Kesultanan Islam

Era kekuasaan kesultanan Islam, memang tak berhasil membangun negara nusantara, karena Indonesia terpecah menjadi negara-negara kecil, namun sesungguhnya banyak melahirkan pejuang-pejuang bahari yang disegani lawan. Kehadiran armada laut kolonial --mulai bercokol di bumi Indonesia sejak abad ke 16--, pada gilirannya mendorong sejumlah pendekar bahari tampil ke arena palagan samudera. Mereka tampil ke pentas sejarah dengan taktik dan strategi perang yang bervariasi. Diantaranya adalah Hang Tuah, Patih Yunus, Sultan Iskandar Muda, Sultan Agung Hanyokrokusuma, Sultan Hasanuddin, Pangeran Jayakarta, Raja Santiago, Nuku, dan beberapa tokoh yang lain.

Berikut ini dipaparkan beberapa aspek menonjol dalam kiprah para pejuang semudera tersebut.

1. Hang Tuah.

Dalam sejarah dikenal sebagai panglima perang Malaka, satu negar maritim yang menguasai selat Malaka. Kepiawaian Hang Tuah bersama empat orang kawannya, masing-masing, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekiu dan Hang Lekir, dalam perang laut sudah terkenal sejak usia remaja.

Taktik perang yang menjadi aspek keunggulan Hang Tuah adalah kemampuannyamenggelar serangan mendadak (gerilya laut) dengan satuan-satuan kecil yang bergerak cepat dan lincah, baik di perairan maupun di daratan. Kondisi medan Selat Malaka, dengan kepulauan Riau memang sangat mendukung pola serangan seperti itu.

Untuk menunjang gerak mobilisasi pasukan, Hang Tuah membangun armada laut yang terdiri dari kapal-kapal berukuran sedang dan kecil, tetapi bisa bergerak cepat mengejar lawan. Begitu pula, anggota pasukannya juga dilatih dengan kemahiran bertempur satu lawan satu (perang tanding), sehingga sangat ditakuti lawan (tentara Portugis).

Setelah Indonesia merdeka, nama "Hang Tuah" pun tetap dikenal masyarakat, bahkan berkembang menjadi sebuah legenda tentang kepahlawanan Indonesia di masa silam. Untuk melestarikan semangat Hang Tuah, maka nama tersebut kemudian diabadikan menjadi nama sebuah kapal perang dalam jajaran TNI Angkatan Laut.

2. Patih Yunus.

Dia adalah Sultan Demak kedua, menggantikan Raden Patah, pendiri kesultanan Demak. Dalam perang laut, Patih Yunus dikenal dengan taktik, menyambut lawan di perairan bebas agar tidak bisa membuat pancangan kaki di daratan. Karena itu, ketika ia mendapat informasi bahwa armada Portugis sudah menguasai selat Malaka, Patih Yunus segera mengirim satuan angkatan laut untuk menghadapi lawan di kawasan perairan tersebut.

Taktik yang dijalankannya adalah, menjepit musuh dari dua arah. Karena itu gerakan armada ke selat Malaka dibagi dua kelompok dengan rute pelayaran yang berbeda. Sebagian melintasi laut Jawa terus ke perairan Riau untuk menyerang lawan dari arah Selatan. Sebagian lagi melayari laut Jawa melintasi selat Sunda, samudera Indonesia, menyusur pantai barat Aceh dan kemudian berbelok ke Selat Malaka untuk menyerah lawan dari arah Utara.

Sayangnya, penyerangan yang sudah dirancang matang itu, tidak berhasil maksimal karena serangan badai dan juga kehabisan perbekalan. Namun kemampuannya melakukan operasi laut dengan lintasan pelayaran yang cukup panjang, membuat Patih Yunus sangat disegani lawan.

Sebagai penghormatan atas kepiawaiannya, Patih Yunus kemudian mendapat gelar "Pangeran Sabrang Lor". Artinya, Pangeran yang mampu menyeberang ke utara. Sama halnya dengan Hang Tuah, nama Patih Yunus juga telah diabadikan menjadi nama sebuah kapal perang di lingkungan TNI Angkatan Laut.

3.Sultan Iskandar Muda.

Sebagai negara maritim, kesultanan Aceh mengalami keemasan pada saat dibawah pimpinan Sultan Iskandar Muda. Lawan berat yang dihadapi Aceh pada saat itu adalah penguasa kolonial Portugis yang sudah menduduki sebagian wilayah semenanjung Malaya (saat ini negara Malaysia). Dalam rangka mempertahankan supremasi kesultanan Aceh di atas jalur lalu lintas Internasional di selat Malaka, maka salah satu cara yang ditempuh Iskandar Muda adalah membebaskan kawasan semenanjung Malaya dari kekuasaan Portugis. Apalagi pada saat itu, Portugis mulai berusaha memonopoli perdagangan di Asia Tenggara.

Strategi perang pun disusun. Taktik yang dijalankan Iskandar Muda adalah melakukan pendaratan pasukan secara besar-besaran di semenanjung Malaya, termasuk pasukan kavaleri yang menunggang gajah. Untuk menunjang pelaksanaan taktik tempur tersebut, Iskandar Muda memerintahkan rakyatnya agar menyiapkan banyak kapal angkut berukuran besar, yang juga dipersenjatai dengan meriam penggempur.

Dengan persiapan yang matang, maka perang laut yang dahsyat antara Aceh dan Portugis akhirnya meletus di perairan selat Malaka. Dan berakhir dengan kesediaan pihak Portugis menanda-tangani perjanjian damai dengan pihak Aceh. Cukup menarik, diantara pimpinan armada Aceh, panglima wanita yang sangat terkenal kehebatannya di medan pertempuran. Srikandi samudera tersebut bernama "Cut Keumalahayati", atau sering disingkat "Malahayati".

Keperkasaan Sultan Iskandar Muda dan Laksamana Malahayati, hingga saat ini masing kuat dikenang oleh rakyat Indonesia, terutama masyarakat Aceh. Dan untuk melestarikan nilai kepejuangan kedua tokoh tersebut, maka nama "Iskandar Muda" dan "Malahayati", kini telah dipatrikan menjadi nama dan simbol kapal perang RI (KRI Sultan Iskandar Muda dan KRI Malahayati).

4. Sultan Agung Honyokrokusumo.

Cucu Panembahan Senopati ini memerintah sebagai Sultan Mataram ketiga. Sama dengan kakeknya, Sultan Agung juga sangat disegani lawan karena selain ahli dalam ilmu perang (olah yuda), juga kuat menjalankan tapa brata. Kecintaannya yang kukuh terhadap bangsa dan tanah air telah mendorong tekadnya untuk membebaskan bandar Sunda Kelapa atau Batavia (sekarang: Jakarta), yang dikuasai kolonial Belanda dibawah pimpinan Jan Pieterzonn Coen.

Untuk itu Sultan Agung menyusun strategi serangan gabungan secara besar-besaran, melalui darat dan laut. Sebagai Panglima Operasi adalah Pangeran Wiroguna dan Pangeran Mertoloyo. Kepada kedua panglima, sultan menegaskan agar agar pantang kembali sebelum tugas berhasil. Penggempuran Batavia dimulai dengan penyerangan dari laut. Pelakunya adalah pasukan tentara laut yang menyamar sebagai pedagang beras. Angkatan laut Mataram sengaja menyamar sebagai pedagang beras, sebab satuan tersebut selain berfungsi sebagai kekuatan pembuka serangan, juga sebagai unit logistik bagi pasukan angkatan darat.

Serangan gencar dari dua arah (laut dan darat) memang membuat pasukan Belanda (VOC) kalang kabut. Hanya dengan dukungan arteleri, missi tentara Mataram hendak merebut Batavia dapat digagalkan. Meski terpaksa ditebus dengan nyawa J P Coen sendiri yang gugur dalam pertempuran tersebut.

Sesuai dengan instruksi Sultan Agung, agar pantang kembali sebelum sukses dalam tugas, maka tentara Mataram yang gagal merebut Batavia akhirnya memilih perang gerilya. Mereka mendirikan pos pertahanan di sekitar Batavia. Lokasi itu, saat ini dikenal dengan sebutan kawasan Matraman (ditepi sungai Ciliwung), sementara Pangeran Wiraguna menetap dipinggir hutan jati (Pejaten), yang saat ini dikenal dengan sebutan kawasan "Ragunan", yang masuk wilayah kecamatan Pasar Minggu.

Nama Sultan Agung kini dilestarikan oleh TNI Angkatan Laut pada sebua kapal perang yakni KRI Sultan Agung

5. Sultan Hasanuddin.

Dia adalah Sultan Goa (Makasar) yangtelah dengan tegas menolak sistem perdagangan monopoli yang dipaksakan oleh kaum kolonial Belanda (VOC). Karena penolakan itu, VOC mengirimkan angkatan laut untuk menyerang kesultanan Goa. Tetapi bahaya serangan dari laut itu, sudah diantisipasi oleh Sultan Hasanuddin. Karenanya, ia memperkuat benteng pertahanan pantai yang diperkuat dengan senjata arteleri berat.

Selain itu, Sultan Hasanuddin menyiapkan armada laut, untuk menyambut lawan di lepas pantai. Adanya sistem pertahanan yang berlapis-lapis memang tidak mudah ditembus oleh angkatan laut VOC dibawah pimpinan Cornelis Speelman. Hanya melalui taktik adu domba, Speelman berhasil mendaratkan pasukannya di Sulawesi Selatan, untuk selanjutnya menggempur pertahanan Goa dari belakang.

Pun demikian, keberhasilan Belanda menguasai Goa tetap tidak mematikan semangat perlawanan angkatan laut Goa. Sebagian dari mereka, tetap melanjutkan peperangan dalam bentuk gerilya laut di bawah pimpinan Laksamana Karaeng Galesung. Bahkan ikut serta membantu perlawanan Pangeran Trunojoyo di pulau Jawa. Untuk mengabadikan semangat Patriot Samudera, Sultan Hasanuddin, maka nama tersebut telah dipatrikan pada sebuah Kapal Perang Republik Indonesia (KRI Hasanuddin).

6. Pangeran Jayakarta.

Sebagai penguasa bandar Sunda Kelapa, Pangeran Jayakarta sangat memperhatikan pembangunan kekuatan armada laut, untuk mengamankan lintasan pelayaran niaga, serta pengamanan kawasan bandar tersebut. Karena itu, pada jamannya, Pangeran Jayakarta dikenal sebagai seorang pemimpin Angkatan Laut yang piawai, dengan wilayah kekuasaannya membentang dari perairan laut Jawa (berbatasan dengan Mataram), hingga Selat Sunda dan sekitarnya.

Ketika VOC (Belanda) hendak memaksakan agar sistem perdagangan monopoli diterapkan di bandar Sunda Kelapa, Pangeran Jayakarta dengan tegas menolak. Akibatnya, meletuslah perang laut di teluk Jakarta, yang berakhir dengan kekalahan pihak Belanda. Untuk mengenang tonggak kemenangan tersebut, bandar Sunda Kelapa kemudian diubah namanya menjadi bandar "Jayakarta" yang berarti, kemenangan yang sempurna. Dari kata Jayakarta ini kemudian berubah menjadi "Jakarta", yang sekarang berstatus ibukota negara RI.

Namun kemenangan tersebut tidak bisa bertahan lama. Jan Pieterszoon Coen dengan bantuan armada Belanda dalam jumlah besar yang didatangkan dari Maluku, melakukan serangan balik. Sementara Pangeran Jayakarta sedang menghadapi konflik internal di antara para pimpinan pasukannya. Akibatnya, Belanda berhasil menguasai bandar Jayakarta, yang kemudian diganti dengan nama "Batavia". Meskipun demikian, Perang Teluk Jakarta mempunyai nilai historis yang cukup tinggi, karena terbukti kemampuan tempur laut bangsa Indonesia, mampu memporak-porandakan armada lawan yang terkenal kuat pada masa itu.

Nama Pangeran Jayakarta kini diabadikan sebagai nama Komando Daerah Militer yang bertanggung jawab atas pengamanan Ibukota RI, yakni “Kodam Jayakarta” yang kerap disingkat “Kodam Jaya.”

7. Raja Santiago.

Ia adalah salah seorang dari raja yang memerintah di Sangihe Talaud yang sangat ditakuti oleh kaum penjajah Eropa. Dengan dukungan armada laut yang kuat, Santiago berhasil mengembangkan kawasan pengaruhnya hingga ke kepulauan Sulu, dan Mindanao (Philipina Selatan).

Nama "Santiago" sebenarnya adalah gelar yang dia peroleh daripenguasa Spanyol yang memerintah di Philipina Selatan. Dan gelar ini diberikan setelah melalui pertempuran sengit ia berhasil mengalahkan tentara Spanyol (Mindanao). Kepada penjajah Belanda, Santiago juga tidak kenal kompromi. Ia baru terkalahkan setelah Belanda dengan tipu muslihat berhasil mengorek rahasia keunggulan Santiago yang konon kebal peluru.

Saat ini, nama Santiago diabadikan menjadi identitas komando resort militer (Korem), yakni “Korem Santiago”yang membawahi seluruh wilayah propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo

8. SultanN u k u.

"Nuku" adalah nama panggilan alias nama kecil Sultan Tidore yang memerintah dari tahun 1780 sampai 1805. Nama lengkapnya adalah "Sultan Saidul Jehad Muhammad El Mabus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan". Pada masa kepemimpinannya, wilayah kesultanan Tidore, meliputi seluruh wilayah kepulauan di utara Maluku dan menbentang sampai bagian utara Irian Jaya.

Dengan konfigurasi wilayah seperti itu, maka struktur kekuatan angkatan Perang Tidore, dominan disusun sesuai dengan karakteristik medan perang laut. Demikian pula penamaan jabatan dalam struktur angkatan perang tersebut. Misalnya, gelar Kapitan Laut, bagi seorang pimpinan satuan armada, Mayor Prang untuk unit pasukan lebih kecil, dan Kapitan Prang bagi satuan armadaperang yang berbasis di setiap pedesaan (kampung).

Di dalam sejarah, Nuku memang dikenal sebagai pahlawan perang laut sejati. Dengan satuan kapal jenis "Kora-Kora", yakni kapal berbadan ramping dan mampu bergerak cepat, Nuku mampu menggelar taktik perang gerilya laut, melawan penjajah Belanda yang hendak memaksakan sistem perdagangan monopoli. Di medan pertempuran keunggulan persenjataan armada laut Belanda, terutama senjata jenis meriam, bisa diimbangi oleh pasukan Nuku, dengan taktik serangan mendadak. Taktik ini bisa sukses, berkat dukungan seluruh rakyat yang terorganisir rapi, sebagai satuan perang yang sewaktu-waktu dapat digerakkan bila memang dibutuhkan. Demikian pula, pasukan tentara laut Tidore itu, akan segera menghindar (dibalik pulau-pulau kecil), bila pihak musuh hadir dengan jumlah besar.

Untuk mendukung pelaksanaan strategi perang seperti itu, Nuku sengaja mendirikan pangkalan angkatan lautnya terpencar di berbagai pulau. Dan untuk memelihara kecepatan pengendalian operasi, ia mempersiapkan satuan-satuan intelijen yang kompak. Anggota intelejen tersebut, bahkan banyak beroperasi di wilayah kekuasaan Belanda.

Selain dikenal sebagai Pendekar Semudera yang tangguh, Nuku juga dikenal sebagai seorang diplomat piawai, yang mampu mengeleminasi dukungan terhadap Belanda di forum internasional. Pada saat melawan Belanda, Nuku memang mendapat dukungan dari berbagai kesultanan di belahan timur Nusantara. Misalnya, Sultan Makasar, Sultan Sulu, Sultan Mindanao, bahkan dari pihak Inggris dan Spanyol.

Dengan kepiawaiannya, baik sebagai Panglima Perang maupun sebagai Diplomat, maka Nuku tercatat sebagai satu-satunya Panglima Perang yang mampu merebut kembali ibukota Tidore dari penguasaan lawan melalui pertempuran. Bahkan mampu memaksa Belanda untuk menanda-tangani perjanjian perdamaian.

Sisa-sisa kewibawaan Nuku sebagai Sultan yang berkuasa di atas wilayah Irian, telah dijadikan salah satu pertimbangan bagi Pemerintah R.I. menetapkan kota Soa Siu (ibukota kesultanan Tidore), sebagai ibukota sementara bagi Propinsi Irian Jaya pada menyusul pencanangan Tri Komando Rakyat (Trikora), dalam upaya pembebasan Irian Jaya dari cengkraman Belanda.

Untuk mengenang jasa pahlawan yang gagah berani tersebut, beberapa tahun silam, Pemerintah telah menganugerahkan gelar "Pahlawan Nasional" kepada Nuku. Demikian pula TNI-AL telah mengabadikan nama tersebut pada kapal perang dalam jajaran armada laut TNI-AL.

Cerman bagi Generasi Mendatang

Sejarah perjuangan para pahlawan samudera --yang dipaparkan secara garis besar di atas--, tentu baru sebagian kecil dari kisah perjuangan matra bahari nasional. Sebab bila diteliti lebih cermat, masih ada beberapa tokoh perang laut, dengan segala kecanggihan taktik tempurnya. Misalnya, Pangeran Cakraningrat dari Madura, Pattimura dari Maluku, termasuk Laksamana Josaphat Sudarso dari TNI-AL

Keperkasaan, ketangguhan serta kehebatan mereka menggelar perang laut, senantiasa menjadi fragmen historis yang menggugah kenangan dan membangkitkan motivasi bagi setiap rakyat Nusantara sebagai bangsa bahari. Oleh karenanya, yang lebih penting dari sekedar pengungkapan sejarah adalah, bagaimana menangkap semangat pejuang maritim tersebut, sehingga tetap membara bagi generasi masa kini dan mendatang, dan sekaligus merangkum dan mengembangkan semua strategi dan taktik perang tersebut, kedalam bentuk yang lebih metodik, agar dapat diterapkan sebagai "Ilmu Perang Samudera Khas Indonesia."

Upaya perangkuman dan perumusan ke dalam bentuk "Teori Perang Laut Nusantara", tampaknya masih terabaikan sampai saat ini. Bahkan dalam konteks pendidikan keilmuan, bangsa kita masih terpukau dengan berbagai teori impor dari luar. Meski buah pikiran dari luar tersebut, tidak terlalu hebat dibanding hasil pikiran bangsa sendiri.

Mengenai strategi pembentukan "keunggulan di samudera", misalnya. Ada sebagian pengamat dan ilmuan militer, masih terpaku pada konsep dan teori yang dikembangkan oleh A.Mahan. Pada hal, konsep keunggulan di laut versi Mahan, masih kalah jauh dibanding dengan strategi pembangunan kekuatan laut versi Nuku dari Tidore.

Demikian pula, dalam hal penguasaan urat nadi perhubungan dunia, yangdikupas oleh Karl Von Haushoffer, Mckinder, dan Arnold Spykman. Pada hal konsep tersebut telah dipraktekkan secara nyata oleh Sriwijaya, Majapahit, Melaka (Hang Tuah), Sultan Iskandar Muda dan lain-lain.

Dalam konteks itu, berkaitan dengan tekad bangsa Indonesia hendak menggapai kembali kejayaan Nusantara pada matra bahari dalam abad mendatang, sangat ideal bila salah satu langkah kearah itu diwujudkan melalui penggalian kembali nilai-nilai kejuangan para pendekar samudera nusantara, yang sarat pengalaman ke dalam bentuk yang ilmiah, agar dapat jadi pelajaran bagi generasi mendatang. (Paul)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun