Kaum Nasionalis –Soekarnois di tengah Dinamika Politik Indonesia
--- Suatu Kilas Balik---
Oleh:
PAULUS LONDO.-
I
Setengah abad silam, tepatnya pada 17 Agustus 1964, Presiden Soekarno menyampaikan pidato kenegaraan berjudul Tahun Vivere Pericoloso (TAVIP), secara harafiah diterjemahkan sebagai “hidup berani menyerempet bahaya.” Hal penting dalam pidato tersebut antara lain penegasan Bung Karno tentang makna kemerdekaan dari suatu bangsa yakni:
a. Kedaulatan Politik;
b. Kemandirian Ekonomi;
c. Kepribadian dalam Budaya
Tiga fondasi kemerdekaan ini kemudian dikenal sebagai TRISAKTI TAVIP. Selain itu, Bung Karno juga menegaskan hukum-hukum revolusi (baca: perjuangan) antara lain tentang pentingnya memahami tujuan perjuangan, siapa lawan dan siapa kawan dalam perjuangan, dan sebagainya.
Tentu, Bung Karno memandang perlu menyampaikan hal tersebut karena ia merasakan adanya bahaya yang mengancam kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Saat itu, pada tataran internasional, perang dingin antara blok barat dan blok timur mulai mereda, Amerika Serikat dan Uni Soviet secara intens melakukan pertemuan-pertemuan untuk menuju terjadinya détente. Hal ini juga menjadi perhatian Bung Karno sehingga ini meningkatkan kerjasama negara-negara Non Blok menjadi kekuatan dunia baru yang disebut NEFOS (New Emerging Forces). Bahkan Indonesia menggelar konfrontasi terhadap Malaysia karena dipandang sebagai bagian dari proyek Neo Kolonialisme Imperialisme.