Lagu “My Heart Will Go On” terdengar mengalun syahdu. Lagu yang populer karenai film Titanic yang dibintangi Leonardo Di Caprio dan Kate Winslet, bagiku justru merangsang ingatan pada sepenggal kenangan indah bersama Yuliani, mantan kekasihku saat masih di bangku SMA.
Soalnya, kisah percintaan kami yang bersaput buih-buih birahi, bukan sebuah “Kisah Kasih di Sekolah,” tapi kisah cinta dari dua orang dewasa yang sudah memiliki pasangan masing-masing.
Sebut saja namaku Herjuno, biasa dipanggil “Jun.” Sudah 10 tahun aku bekerja di kantor pusat salah satu BUMN ternama di negeri ini. Yanti, isteriku yang jadi guru di salah satu SMU Negeri, cukup membantu kelancaran karirku, sehingga aku dapat menduduki jabatan yang lumayan.
Kami sudah dikaruniai 2 anak masing-masing berusia 11 dan 15 tahun. Awalnya, aku bertugas di bidang hubungan masyarakat, kini aku ditempatkan pada bidang pengembangan sumber daya manusia, yakni menangani pelatihan pegawai baru atau pegawai lama yang mendapat promosi ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.
Aku berkomitmen di pekerjaan akan selalu bersikap profesional, tidak mau melibatkan diri pada hal-hal di luar tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan. Tapi entah kenapa, komitmen itu akhirnya saya langgar sendiri. Ini bermula dari masuknya sebuah pesan pendek (SMS) ke ponselku.
“Mas Jun, aku akan ikut training di kantor pusat. Aku mendapat promosi jabatan darii cabang Jateng. Kala boleh aku besok menemui mas di kantor. Yuliani,” demikian bunyi pesan pendek itu.
Aku tersentak kaget. Yuliani ? Yuliani, gadis cantik yang pernah menjadi kekasihku, ketika kami masih di SMA di kota Solo ? Lalu, bagaimana keadaannya sekarang? Apakah masih seperti dulu ?
Dugaanku ternyata benar. Keesokan hari yang datang menemuiku adalah Yuliani, biasa dipanggil “Ani.” Dia dulu adik kelasku di SMA, aku kelas 3 dia kelas 1.
Dan setelah tamat kuliah di Yogya, ia kerja di BUMN yang sama denganku. Ia bertugas di kantor cabang Jawa Tengah, dan dalam beberapa hari akan ikut pelatihan di kantor pusat untuk promosi jabatan yang lebih tinggi.
Yuliani, kendati usianya sudah kepala 3, tapi penampilannya tidak banyak berubah. Tampilan fisiknya masih cantik, tubuhnya padat berisi, berwajah agak indo dan kulitnya putih mulus. Dia gadis idamanku, ketika pertama kali mengenal apa yang disebut asmara.
Bagiku, kehadiran Yuliani membangkitkan kenangan masa lalu. Kerinduan terpendam, seakan kembali bangkit dan menghanyutkan emosiku. Dari bahasa tubuhnya, tampaknya Ani juga memendam perasaan yang sama. Aku tahu, dilubuk hatinya paling dalam, Ani pun merindukanku.