Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

PAN dan Gerindra, Diperalat PKS

23 Juli 2017   15:07 Diperbarui: 24 Juli 2017   14:34 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PAN dan Gerindra, Jadi Alat PKS, Demokrat, Hanya Politikus Kanak-Kanak

Usai sudah membaca buku Ilusi Negara Islam,yang diterbitkan oleh PB NU dan PP Muhammadiyah. Banyak hal yang dikupas, intinya trilogi yang menghendaki penggantian Pancasila dengan Khilafah, yaitu Ikhwanul Muslimin, Hitbuz Tahir, dan PKS. Buku terbitan 2009 yang sangat kontekstual karena baru saja didengarkan pemerintah untuk membekukan HTI, kelompok yang salah satunya serig disebut dalam buku ini,  termasuk rekomendasi untuk ditindak oleh pemerintah. Entah mengapa hampir sepuluh tahun baru terealisasi.

Waktu yang beriringan ada pengesahan UU pemilu, yang salah satunya berkaitan dengan PT. Ada dua kelompok besar bicara soal PT yang menghendaki nol dan 20 %. Dua kubu yang sama besar dan sama kuat tentunya. Hasil akhir sudah diketahui dengan berjalan keluarnya empat fraksi. Siapa yang paling berkepentingan dengan nol persen PT?

Membaca buku tersebut, padahal HTI dibekukan, tentu PKS sangat besar kepentingannya. Mengapa demikian? tanpa ambang batas kursi dan suara untuk calon presiden sangat membantu kepentingan PKS. Mereka tentu paham suara mereka akan merosot, meskipun menang di DKI, toh bukan kader mereka, malah kader mandiri yang ada. Mereka merasa sangat berat dengan kondisi 20% itu.  Itu kondisi pertama. Kedua, jika orang yang diusung oleh suara nol persen itu jadi, taruhlah seperti Rhoma Irama, Harry  Tanu, atau Yusril, atau siapapun, akan sangat mudah digoyang. Kepentingan yang berbicara. Tentu ingat bagaimana Pak Beye periode satu yang sangat lemah karena parlemen kecil kursi pendukungnya. Demikian juga waktu Pak Jokowi pada awalnya. Tidak bisa langsung bekerja. Sebagaimana pengakuan Golkar di dalam menjawab keriuhan soal UU Pemilu kemarin. Waktu terbuang sia-sia. Ada beberapa opsi, menjual dukungan, atau melemahkan partai untuk kemudian ditelikung.

Gerindra.

Suara Gerindra relatif aman dan bagus dengan ketokohan Pak Prabowo. Tingkah pola anak buah terutama Fadli Zon yang kelebihan bibir saja yang mereduksi suara dan kepercayaan kepada mereka. Padahal modal dasar yang sangat baik dengan citra nasional, era reformasi, dan  masih relatif bersih dari maling selama ini. Kelemahan berikutnya mereka malah bergaul dengan PKS dan radikalis demi meniup luka lama kalah pilpres. Tentu masih ingat siapa yang paling getol menyatakan  mereka menang dengan segala data yang ternyata tidak ada, PKS, bukan Gerindra. Tentu tidak susah sebenarnya ambang batas mereka penuhi. Perbaiki komunikasi terutama Fadli Zon, dan DPR-D DKI, lainnya modal baik, apalagi sikap Pak Prabowo yang masih relatif baik.

PAN

Partai yang lumayan berbahaya melihat sikapnya yang main dua kaki ini, sedangkan mereka belum selevel Golkar untuk . Mereka belum seliat dan sekelas politikus Golkar, kalau tidak hati-hati mereka bisa kehilangan pemilih yang tidak pernah beranjak hingga 10% itu. Melihat manufer-manufernya mereka bisa berbahaya karena ditinggalkan teman dan tidak disukai lawan, seperti kali ini, mereka sendirian tanpa ada yang membela dari temannya yang tiga, kalau dicaci iya, bahkan Nasdem anak kemarin sorepun sudah berteriak.

Demokrat

Kalau yang satu ini bukan soal apapun, yang ada pokoknya seberangan dengan PDI-P yang direpresentasikan berseberangan dengan Mega. Artinya, apapun akan dipilih bukan demi kepentingan apapun, selain berseberangan dan berbeda dengan PDI-P.

Apa Kepentingan Nol Persen?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun