Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Jokowi, Pak Beye Ingin Diundang ke Istana

23 Januari 2017   20:00 Diperbarui: 23 Januari 2017   20:17 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pak Jokowi, Pak Beye Pengin Diundang seperti Ketum Parpol Besar Lainnya!

Salah satu petinggi partai Demokrat menjawab pertanyaan seorang jurnalis teve soal keluhan atau doa Pak Beye, jawaban anggota dewan itu juga jelas menunjukkan apa yang sebenarnnya menjadi latar belakang. Pannjang memang namun ada sebuah bagian penting yang bisa dikaji, sebentuk masukan namun tidak ada jalan...

Apa yang Pak Beye sampaikan adalah sebentuk masukan namun tidak ada saluran atau jalan. Menarik adalah, apakah beliau lupa kedudukan selama sepuluh tahun yang dibanggakan itu? Mosok presiden mau bicara dengan presiden saja susah? Apa iya? Atau jaga gengsi dan menunggu? Jika demikian sungguh sangat disayangkan. Bahasa komunikasi dan selebrasi bahkan dengan model luar biasa ramai saat serah terima istana hanya berhenti pada itu saja?

Apa juga sebagai salah satu punggawa parpol besar tidak bisa menggerakan dewan atau jalur lain untuk membicarakan masalah bangsa dengan lebih elegan, tidak menambah kisruh, dan kalau bahasa Pak Wiranto membuat rakyat was-was. Kritik, masukan, keprihatinannya itu sah dan boleh saja, namun cara dan model penyampainannya saja yang lucu.

Mengapa usai ketum parpol lain berdiskusi di istana langsung “meradang” seperti ini. Pak Surya Paloh,  Pak Prabowo, dan Bu Mega sudah berdiskusi dan berdialog dengan Pak Jokowi. Toh ketum yang lain juga tidak, dan tidak ada masalah kog. Pak Setnov, Pak Muhaimin, soal P3 kan masih belum jelas, yo pantes belum diundang.

Atau karena negarawan lain sudah, Pak Habibie, Pak Try Sutrisno, Bu Mega,  sekaligus selaku ketum partai, beliau merasa juga perlu diundang? Kan bisa mengatakan atau Telpon ke presiden, kan sangat mungkin dan bisa, tentu rakyat akan senang dan bahagia melihat petinggi negeri adem, ayem, saling suport, dan dukung, bukan telikung.

Sekali lagi tidak salah soal doa dan keluhannya, namun melihat reaksi yang kurang elegan, kurang patut, dan tidak sepantasnya ini seperti berulang, dulu ada dua capres yang bertarung saling bertemu dan nunggang kuda langsung mengadakan konpres lebaran kuda. Kini usai negarawan dan petinggi parpol berdiskusi, langsung juga membuat cuitan yang malah membuat heboh.

Pak Beye, tentu hak dan kewajiban Pak Beye selaku presiden keenam dan rakyat Indonesia untuk memberikan masukan. Namun ingat kedudukan selaku presiden berbeda dengan rakyat yang tidak akan membala implikasi sama sekali. Masukan itu harus dan bahkan wajib termasuk kritik, namun kan bisa melalui kepanjangan partai melalui fraksi di dewan, atau telpon langsung tentu jauh lebih bermanfaat, berdaya guna, dan respek rakyat dengan empat jempol sekaligus.

Apa yang terbaca dengan medsos dan model sikap da cara menyampaikan, jangan salahkan kalau rakyat melihat Pak Beye justru cari perhatian. Mengapa demikian? Kan banyak saluran yang bisa dipakai tanpa rakyat tahu, misalnya melalui fraksi dan komunikasi langsung ke presiden.

Jangan pula salahkan kalau penilaian sebagian pihak bahwa Pak Beye seolah belum rela melepaskan jabatan, bahkan pernah ada pengamat yang menyatakan Pak Beye hanya bercita-cita jadi presiden, maka tidak tahu dan tidak melakukan apapun bagi rakyat. Orientasi ke diri saja dan jabatan bukan amanah atau kinerja.

Sebagian orang juga menilai kalau dengan cara demikian, malah Pak Beye menunjukkan bahwa hal itu adalah apa yang dilakukan sendiri. Soal fitnah dan berita palsu orang jadi ingat dan mengungkit llagi soal Obor Rakyat, selama memimpin pun tidak banyak berbuat dan termasuk menanyakan albumnya yang belum nungul lagi usai jabatan presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun