Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Beye dan Listrik Mati

23 Januari 2017   08:14 Diperbarui: 23 Januari 2017   09:02 2672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pak Beye dan Listrik Mati i

Pak Beye baru saja merayakan Natalan bersama Demokrat. Sebuah tanya menyeruak, apakah ini bukan politisasi agama? Mengapa sampai terbertik pemikiran demikian?

Paling tidak, sependek ingatan dan memori yang cumpen, selama beliau jadi presiden, jalanan hampir tidak ada spanduk ucapan Natal (ingat ini bukan soal ucapan yang dinanti dan diminta, kalau mau koment itu gak usah repot-repot).Di pusat-pusat perbelanjaan juga jarang kalau tidak mau dikatakan sama sekali tidak ada ucapan senada. Berbeda dengan tahun sebelum beliau di pucuk pimpinan negeri ini dan kini mulai lagi satu-satu ucapan itu ada lagi. Aneh dan ajaib ketika mengadakan acara Natal Demokrat, karena ada kepentingan pilkada 2017 tentunya. Esensinya jelas lebih dalam perayaan daripada sekedar ucapan, yang seolah menjadi barang terlarang, entah perintah atau bukan dari beliau, yang jelas selama sepuluh tahun ucapan itu hampir tidak ada. Apa artinya? Bahwa penggunaan segala   cara bahkan bertentangan sekalipun asal mengantar kepada tujuan, sah dan boleh-boleh saja.

Reaktif.

Tentu masih ingat apa yang dilakukan beliau ketika Pak Jokowi dan Pak Prabowo usai bertemu. Konpres dan   lahirlah lebaran kuda yang fenomenal itu. Reaksi yang berlebih-lebihan di dalam menyikapi keadaan berkaitan dengan diri dan keluarga. Catatan panjang soal ini bisa berderet-deret, soal kerbau dan larangan binatang dibawa demo, pelaporan polisi soal diri dan keluarga, gambar pistol dan ancaman pembunuhan, dan banyak lagi. Tidak ada yang menuduh sebagai penyandang dana pun beliau bereaksi bak kebakaran jenggot, yang membuat banyak pihak justru jadi berpikir, ah jangan-jangan ini bentuk pembelaan diri agar tidak dituduh. Falsafat kentut dan ayam bertelor. Teriak yang paling keras biasanya pelaku. Padahal anak sekarang makin cerdas kentut pun pura-pura alim dan diam seolah tidak ada apa-apa.

Bahaya sebagai pemimpin model reaktif karena bisa berbahaya dan membahayakan orang lain. patut disyukuri sikap ini dibarengi kehati-hatian yang bahkan banyak orang mengatakan lamban bahkan. Kecepatan dan reaktif hanya sebatas kepentingan diri dan keluarga. Berbeda untuk sikap yang lain.

Artifisial

Apa yang beliau tampilkan sering memakai bahasa simbol dan juga lugas namun sering masih sebatas ritual miskin makna. Upacara seperti pisah sambut presiden di istana, jargon yang melegenda soal “KATAKAN TIDAK”, yang malah jadi olok-olokan, penanaman sejuta pohon, 2015 bebas Narkoba, dan tentu masih banyak lagi. Pengawalan yang seperti presiden negara penjajah ke negara koloni, dengan sniper, mobil dan motor pengawal, sterilisasi jalan berkilo-kilo. Sama sekali tidak ada artinya, kala tidak ada hasil nyata. Katakan tidak malah tenar sebagai bahan candaan hingga hari ini, dan sama sekali tidak ada sebentuk keprihatinan yang nyata dari beliau bahkan orang-orang terdekatnya satu demi satu antri masuk bui. Seneng berwacana dan melakukan banyak tanpa hasil yang menyentuh hajat hidup masyarakat  yang semestinya.

Soal pilkadasung yang mau dicabut kemudian dengan malu-malu kucing mempermalukan mendagri, soal menkeu yang diekspor ke Bank Dunia, soal Century dan Hambalang yang sering membuat sensi. Soal perebutan pimpinan dewan dan majelis yang jelas-jelas main dua kaki, padahal berteriak soal demokrasi dengan lantang.

Emosional

Beliau memang kelihatan tenang, kalem, santun, dan jarang meledak-ledak, namun sering terlihat baik di medsos ataupun di depan publik mengeluh, menyatakan ada yang menzolimi, menyalahkan terus menerus, gaji tidak naik, dan hanya sesekali kelihatan marah dan geram yang tak terkendali seperti kala konprs kuda lebaran yang lalu. Mengeluh, menyatakan ini itu termasuk emosional yang tidak perlu diumbar bagi sosok sekaliber presiden, Pak Beye lagi yang telah kenyang makan asam garam, militer, politik, birokrasi, dan organisasi dan lembaga lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun