Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

[Ngawur] Gatot Nurmantyo, Kakak Cemburu Kelahiran Adik pada Kapolri

26 Mei 2017   07:39 Diperbarui: 26 Mei 2017   09:19 4969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[Ngawur] Gatot Nurmantyo, Kakak Cemburu Kelahiran Adik pada Kapolri

Pilpres menjelang, hawa panas makin kerasa. 2019 masih jauh bagi orang biasa, bagi para politikus, apalagi politikus haus kursi niretis, sudah sangat dekat, semua momentum dipakai bahkan kalau perlu ditunggangi. Salah satu yang menarik apa yang dilakukan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang sepertinya berseberangan dengan Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian.

Jadi ingat, seorang ibu muda yang mengantar anaknya ke sekolah, si ibu menggendong bayi masih dijujung,bayi masih sangat kecil, dan di sisinya, si kakak yang masih duduk di bangku TK sambil cemberut, memukuli bayi yang ada digendongan. (pelan juga kan anak-anak). Konon katanya, kalau di rumah, si kakak, kalau tidak ketahuan sering mencubiti si adik. Perilaku normal, wajar, dan biasa, jika kelahiran adik tidak disiapkan dengan baik. Sikap orang tua yang tida mengatakan dengan semestinya, bisa membuat kakak cemburu.

Apa yang ditampilkan panglima tentara ini kog rasa-rasanya mirip. Bagaimana ia yang sejak awal, bahkan belum lama presiden menjabat sudah diberi jaket keluarga tentara, beda dengan presiden lalu yang jenderal di penghujung jabatan baru dapat warga kehormatan, mengerahkan tentara untuk jadi penyuluh pertanian, dan ada di garda depan saat pemerintah memerlukan dalam bidang apapun.

Kini berbeda, paling tidak ada dua hal yang jelas ditampilkan. Pertama,soal makar. Jelas polisi telah menetapkan tersangka, memeriksa sana-sini, tersangka yang berderet pun tidak lagi banyak ulah, tiba-tiba, panglima tentara menyatakan sebagai hoax.

Kedua,saat rapimnas Golkar membaca puisi yang menohok kepolisian. Wajar saja jika puisi itu bertema kesatuan, bukan soal kritik sosial, lebih-lebih bagian dari pemerintah yang dikritik. Sama juga kakak mengritik adiknya di muka umum.

Paling tidak dua hal itu yang secara publik bisa dilihat, disaksikan, dan diperlihatkan dengan telanjang bisa memberikan bukti soal senioritas sangat menentukan, di bidang militer dan polisi. Jadi ingat lagi kematian taruna Akpol di tangan seniornya. Susah kalau senioritas bicara bukan soal kemampuan. Memang hal ini secara tidak langsung berkaitan, namun paling tidak demikian yang ada. Beda kisah jika setara apalagi senior. Padahal bukan soal senioritas, namun kinerja dan kemampuan yang penting.

Selanjutnya, soal pilpres. Kapolri makin kelihatan kinerjanya, masyarakat mulai respek kepada kepolisian, presiden pun bisa tenang melihat kepemimpinan kapolri, orang yang main politik tentu khawatir, galau, cemas, karena bisa jadi, peluangnya tertutup. Cara paling gampang, pithes,saja bayi yang baru lahir.

Menarik berikutnya, kenapa yang kerja keras malah yang diributkan, sedang banyak lembaga acakadut didiamkan. Termasuk wapres ini. bagaimana kisruh helikopter di AU diam saja, malah bom terkesan menyudutkan kepolisian. Ahok sudah tersingkir, apakah kini target berikut Tito? Kemarin Susi Pujiastuti sudah digoyang dengan keberadaan laporan dari BPK yang lagi-lagi ya begitu.

Bangsa ini selalu saja diributkan hal yang malah remeh, bukan yang mendasar. Lihat saja MA, bagaimana hingga kini sekretarisnya yang kaya raya itu masih diam saja belum dibawa ke pengadilan, atau dewan yang kinerjaanya NOL,atau parpol yang sama sekali tidak ada gunanya, DPD yang hanya rebutan kursi pimpinan, didiamkan saja. Orang dan lembaga yang kelihatan kinerjanya selalu saja dihantam sana-sini.

Bangsa ini perlu sinergi, berlomba-lomba di dalam kinerja, bersaing sehat demi kesejahteraan bersama. Apa yang terjadi adalah bekerja bersama-sama di dalam mendapatkan kursi, saling sikut dan tendang, soal kesejahteraan bukan bersama tapi kelompok dan kepentingan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun