Mohon tunggu...
Paul Sagajinpoula
Paul Sagajinpoula Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kadang tertawa, kadang serius

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Taman Nasional Siberut - Mentawai

13 April 2011   08:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:51 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kepulauan Mentawai  terletak di sepanjang pantai barat Pulau Sumatra. Kepulauan Mentawai berada pada letak geografis  1°05’ - 1°45’ LS, 98°36’ - 99°03’ BT. Kepulauan ini terdiri atas empat pulau utama yaitu: Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan. Siberut merupakan pulau terbesar dengan luas 4.030 Km persegi.

Pulau Siberut terletak di lepas pantai Sumatra Barat dan dipisahkah oleh Selat Mentawai. Jarak yang perlu ditempuh dari Pulau Siberut ke kota Padang yaitu sekitar 155 Km. Di pulau inilah terletak salah satu cagar biosfir Indonesia yaitu Taman Nasional Siberut.

Awalnya, kawasan Pulau Siberut waktu itu hanya dijadikan sebagai kawasan konservasi oleh pemerintah tepatnya pada tahun 1976. Hal tersebut ditandai dengan ditetapkannya kawasan Suaka Margasatwa Teitei Batti seluas 6.500 ha dan tercatat dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 670/Kws/Um/10/1976 tanggal 25 Oktober 1976. Pada tahun 1979, kawasan suaka margasatwa ini diperluas kembali menjadi 56.500 ha dan statusnya diubah menjadi suaka alam berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 758/Kws/Um/12/1978 pada tanggal 5 Desember 1978.

Pada tahun 1981, UNESCO melalui program Man and Biosphere (MAB) menetapkan Pulau Siberut sebagai salah satu Cagar Biosfir di Indonesia. Setahun kemudian tepatnya pada tanggal 23 Agustus 1982 ditetapkan pula suaka alam di Pulau Siberut tepatnya di bagian selatan seluas 50.000 ha. Penetapan ini berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 623/Kpts/Um/8/1982. Akhirnya pada tahun 1993 sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 407/Kpts-II/1993, kawasan konservasi Pulau Siberut ditetapkan menjadi Taman Nasional Siberut dengan luas 190.500 ha. Kawasan Taman Nasional Siberut tersebut dibagi atas: suaka alam (132.900 ha), hutan lindung (3.500 ha), hutan produksi terbatas (36.600 ha) dan hutan produksi tetap (36.600 ha).

Kawasan Taman Nasional Siberut seluas 60 % di Pulau Siberut ini ditutupi oleh hutan primer Dipterocarpaceae, hutan primer campuran, rawa, hutan pantai dan hutan mangrove. Kondisi hutan di taman nasional ini masih alami dan banyak terdapat pohon-pohon besar dengan tinggi rata-rata 60 meter. Flora dan fauna yang terdapat di kawasan Taman Nasional Siberut beranekaragam. Koleksi botani pertama kali dilakukan oleh Ridley (1924) dan berhasil mendeskripsikan 33 spesies baru. Ada beberapa spesies tumbuhan yang telah berevolusi secara morfologi dengan cara yang tidak biasa misalnya Xanthophyllum villarii (Rubiaceae) yang tingginya sampai menjulang dan dikenal hanya terdapat di Filipina. Satu lagi spesies yang mengalami evolusi morfologi yang tidak biasa yaitu Chloranthus officinalis (Chloranthaceae) yang tumbuh sangat besar jika dibandingkan dengan spesies yang sama di daerah lain.

Berdasarkan penelitian LIPI pada tahun 1995, tercatat sekitar 846 spesies, 390 genus dan 131 famili beberapa kelompok pohon, semak belukar, herba, liana dan epifit. Selain itu LIPI juga berhasil mengidenfitikasi 18 jenis spesies pakis dan 5 spesies lumut dan jamur. Beberapa kelompok famili yang terpenting adalah Euphorbiaceae (24 genus, 100 species), Orchidaceae (41 genus, 67 species), Rubiaceae (25 genus, 54 species) dan Lauraceae (11 genus, 39 species). Kelompok Dipterocarpaceae yang berhasil dicatat sebanyak 20 species, terdiri dari 6 species Dipterocarpus, 2 species Hopea, 8 Species Shorea dan 4 Species Vatica. Menurut perkiraan, 15 % tumbuhan di Pulau Siberut merupakan spesies endemik, enam  diantaranya yaitu: Mesua cathairinae (Clusiaceae), Diospyros brevicalyx (Ebenaceae), Aporusa quadrangularis (Euphorbiaceae), Baccaurea dulcis (Euphorbiaceae), Drypetes subsymmetrica (Euphorbiaceae) dan Horsfieldia macrothyrsa (Myristicaceae).

Selain keanekaragaman flora, kawasan Taman Nasional Siberut juga menyimpan kekayaan faunanya. Di kawasan Taman Nasional Siberut  terdapat sekitar 28 spesies mamalia, dimana 65 % diantaranya bersifat endemik pada tingkat genus, spesies dan sub-spesies. Mamalia yang paling menjadi perhatian utama adalah terdapatnya empat jenis primata endemik  yaitu: bokkoi (Macaca pagensis), joja/lutung mentawai (Presbytis potenziani siberu), bilou (Hylobates klossii), dan simakobu (Nasalis concolor siberu). Selain primata, ditemukan juga tujuh spesies tupai dimana lima diantaranya bersifat endemik yaitu: Callosciurus melanogster, Sundasciurus fraterculus, Lariscus obscurus, Iomys sipora dan Hylopetes sipora.

Berdasarkan hasil inventarisasi Balai Taman Nasional Siberut pada tahun 2000, tercatat 134 jenis burung di kawasan Taman Nasional Siberut. Sebelumnya, pada tahun 1999, Balai Taman Nasional Siberut juga telah berhasil menginventarisasi serangga yang ada di Taman Nasional Siberut dimana terdapat 45 famili yang termasuk ke dalam 11 ordo. Ordo-ordo tersebut antara lain: Diptera terdiri 5 suku, Orthopterid terdiri 4 suku, Dermaptera terdiri 1 suku, Hymenoptera terdiri 5 suku, Coleoptera terdiri 11 suku, Hemiptera terdiri 4 suku, Lepidoptera terdiri 9 suku, Phasmida terdiri 1 suku, Odonata terdiri 4 suku dan Isoptera terdiri 1 suku. Selain itu pada tahun yang sama, Balai Taman Nasional Siberut juga menemukan 12 famili kupu-kupu yang terdiri dari 45 marga dengan 60 jenis kupu-kupu. Dari sekian banyak jenis kupu-kupu tersebut, terdapat satu jenis kupu-kupu yang bersifat endemik yaitu Chyntia sipora yang berasal dari famili Nymphalidae.

Menurut A. Whitten, J. Dring dan Mitchell (1982), ada terdapat 21 jenis amfibi di Pulau Siberut dan salah satunya yaitu Rana signata siberut yang bersifat endemik. Selain itu, terdapat 62 jenis reptil dan 3 diantaranya adalah jenis ular yang bersifat endemik yaitu: Calamaria klossii dan Oligodon sp. yang berasal dari suku Colubrinae serta Boiga nigriceps brevicauda yang berasal dari suku Boiginae.

Referensi:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun