Mohon tunggu...
Eltuin Parker
Eltuin Parker Mohon Tunggu... Apoteker - Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) / Kabiro Pemuda PGI Wil. Sulselbara

Farmasis berdarah Toraja yang berjiwa Indonesia, berupaya mewarnai dunia lewat tulisan dan ide.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kekalahan Ahok-Djarot Tak Selalu Berarti Kemenangan Anies-Sandi

20 April 2017   00:29 Diperbarui: 20 April 2017   00:37 2423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. (Roma 13:1, 4)

Hari ini tahapan pilkada Jakarta secara tidak langsung dinyatakan selesai. Hasil perhitungan cepat mengunggulkan pasangan nomor 3, Anies Rasyid Baswedan & Sandiaga Salahuddin Uno, dengan kisaran 57-59%.

Kendati demikian, saya berpendapat kekalahan pasangan Basuki Tjahaja Purnama & Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) tak selalu berarti kemenangan Anies-Sandi. Anies Baswedan selalu berbicara bahwa “ini bukan soal Ahok-Djarot & Anies-Sandi, tapi ini soal Jakarta”, tapi saya justru melihatnya dalam perspektif yang berbeda. Bahkan bagi banyak orang, ini bukan soal siapa yang akan jadi Gubernur DKI Jakarta tapi ini soal bagaimana membuat Ahok tak jadi gubernur Jakarta. 

Karena itu saya berpikir, dalam kasus ini yang menang adalah orang-orang yang tak suka pada Ahok--meskipun bisa saja pasangan lawan termasuk di dalamnya. Siapapun yang menjadi rival Ahok dalam pilkada akan selalu diupayakan menang oleh kelompok yang tak suka pada Ahok, apapun caranya termasuk jalan tak lurus.

Kekalahan Ahok-Djarot juga bisa bermakna lebih dari sekedar pertarungan memperebutkan kursi gubernur & wakil gubernur DKI Jakarta. Kekalahan mereka justru bisa menjadi obat bagi kondisi bangsa saat ini yang terkotak-kotak, sekaligus bisa menjadi jalan menuju kedamaian. Seperti kita ketahui, beberapa waktu belakangan ini kita terlalu disibukkan dengan pilkada Jakarta. Energi, waktu, pikiran & perasaan banyak dikorbankan untuk ini. Mungkin banyak di antara kita yang kehilangan teman karena pilkada Jakarta. Meskipun demikian, ini tak berarti pilkada Jakarta menjadi biang kerok perpecahan. Ini karena kita yang tak dewasa.

Coba saja bayangkan kalau kemudian Ahok-Djarot yang menang, mungkin tiap hari atau paling minimal tiap tanggal cantik ada agenda pengerahan massa di Jakarta, seperti sebelum-sebelumnya. Pemerintahan bisa lumpuh yang justru menghambat aktivitas di ibukota. Kita akan semakin terkotak-kotak yang justru berpotensi memperbesar peluang perpecahan. Tapi bukan berarti atas nama persatuan maka perjuangan untuk memenangkan pasangan yang didukung harus dihentikan. Saya yakin semua berjuang untuk memenangkan kontestasi.

Sebagai pendukung Ahok-Djarot yang tak punya hak pilih karena bukan warga Jakarta, saya merasa kaget dan kecewa. Itu sah-sah saja, karena harapan tak sesuai kenyataan. Tapi, kekecewaan tak bisa jadi alasan untuk mendelegitimasi hasil pemilihan, termasuk membenci orang lain. Mereka saja yang kalah dapat menerima dengan baik apalagi kita yang hanya jadi pendukung dari jauh.

Saya tak selalu sepakat dengan munculnya banyak meme atau ejekan terhadap Anies-Sandi hanya karena ia diunggulkan dalam pilkada kali ini. Mereka harus diberi ruang untuk melakukan apa yang direncanakan terbaik bagi Jakarta. Tugas kita adalah ikut pada tatanan sekaligus menjadi pengontrol jalannya pemerintahan. Bagaimanapun mereka lebih unggul dalam perolehan suara. Inilah hasil dari proses bernama demokrasi. Tuhan pasti mengizinkan hal ini terjadi.

Untuk bisa melihat level kualitas Ahok-Djarot tentu kita juga butuh pembanding. Kalau selama ini kita selalu membandingkan Ahok dengan gubernur-gubernur sebelumya, bahkan dengan para gubernur provinsi yang lain, kali ini kita akan mulai membandingkannya dengan gubernur yang baru terpilih ini. 

Di sinilah salah satu tantangan berat pasangan Anies-Sandi--selain mengupayakan merealisasikan janji kampanyenya, yang meskipun kadang tidak realistis--mereka akan berjuang bertindak melampaui capaian Ahok-Djarot atau paling minimal setara dengan standar yang telah diletakkan Ahok-Djarot. Hasil kerja Ahok-Djarot akan menjadi standar baru bagi kehidupan dan tata kelolah pemerintahan di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun