Pertemuan Jokowi dan Prabowo mendadak berubah kabar paling buruk bagi pendukung capres 02. Tak disangka, Prabowo yang pernah berjanji tidak akan mengkhianati pendukungnya, malah terlihat happy saat bersua Jokowi. Naik MRT dan makan bareng. Sungguh menyakitkan, bagi loyalis Prabowo.
Penaklukan Prabowo oleh Jokowi kemudian diikuti banyak penafsiran. Diduga kuat, Prabowo sudah termakan janji manis Jokowi. Alasan demi merajut persatuan bangsa yang sempat tercabik dianggap klise. Tak sebanding dengan perjuangan pendukung Prabowo selama ini.
Janji manis itu antara lain mengajak Prabowo bergabung dalam kabinet kedua Jokowi. Misalnya menyediakan jatah kursi menteri untuk Gerindra maupun orang Prabowo. Tak kalah masuk akal, ada kemungkinan Prabowo sudah sepakat dengan Jokowi untuk mengamankan kursi Presiden 2024. Jokowi bakal terjun total demi memenangkan Prabowo di Pilpres berikutnya.
Namun yang juga menarik dicermati adalah munculnya nama Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan (BG). Disebutkan, Jenderal BG punya andil besar dalam mempertemukan Jokowi-Prabowo. Tanpa BG, pertemuan yang bernuansa rekonsiliasi itu mustahil terwujud. Setidaknya begitu pandangan sebagian pengamat politik yang kemudian memberikan kredit positif bagi BG.
Tetapi betulkah demikian? Ini yang saya ragukan. Memang harus diakui, BG adalah orang dekat Megawati; pernah menjadi ajudan semasa Mega menjabat Presiden. BG juga pernah menjadi calon tunggal Kapolri meski tersandung di KPK hingga akhirnya batal dilantik. Tak lama, BG kemudian diangkat sebagai Kepala BIN oleh Jokowi, menggantikan Sutiyoso.
Rangkaian kedekatan Mega dan BG itulah yang memunculkan persepsi bahwa Jokowi juga memiliki kedekatan dengan BG. Mirip sebuah lingkaran yang saling membutuhkan satu sama lain.
Pertanyaannya, apakah BG sehebat itu hingga sukses merayu Prabowo? Apa yang "dibisikkan" BG ke Prabowo dan lantas rela menyakiti perasaan pendukung setianya? Atau bila dikaitkan dengan jabatannya saat ini, rahasia apa yang dipegang BG untuk "menyandera" Prabowo?
Jika pun BG yang berperan di balik pertemuan Jokowi-Prabowo, maka yang paling mungkin penyebabnya adalah bahwa BG memang menyimpan rahasia terbesar Prabowo. Akibatnya Prabowo tak berdaya dan terpaksa mengikuti skenario Jokowi.
Bila kita membaca buku seputar spionase dan intelijen, peluang seperti itu memang terbuka. Bahwa intelijen kerap digunakan end user untuk mencapai tujuan politiknya. Meski memang, penggunaan intelijen untuk kepentingan pribadi penguasa juga dilarang. Tetapi apa boleh buat, praktik seperti itu juga lazim terjadi. Paling tidak begitu yang sering kita baca dalam berbagai kisah intelijen.
Begitulah kira-kira, namanya juga intelijen maka sulit untuk membuktikan kebenarannya. Yang jelas, kalaupun pertemuan Jokowi-Prabowo adalah hasil operasi senyap Jenderal BG, hal itu sah-sah saja.
Itu menurut saya, entah menurut Anda.