Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Artikel Utama

Cerita Mudik KM Kelud 2019, dari Aroma Khas WC hingga Makanan Lezat

27 Mei 2019   08:32 Diperbarui: 27 Mei 2019   12:40 4520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mobil yang kami tumpangi terjebak truk kontainer, diapit kanan, depan, belakang. Di kiri jalan ada saluran air alias got yang airnya berwarna hitam. Tak bisa bergerak. Pasrah. Sementara jarum jam sudah ke pukul 21.00 WIB. 

Kebetulan, hanya sekitar dua meter di depan kami ada seorang pedagang kopi keliling yang mengendarai sepeda motor. "Tumben, biasanya naik sepeda nih Starling (Starbuck Keliling)," batinku walau diapit truk berbadan raksasa.

"Ini bisa berjam-jam Pak, truknya emang lagi antri muatan. Harusnya tadi ambil lajur kanan," tiba-tiba saja pedagang kopi keliling itu menghampiri kami, tanpa menawarkan kopi dagangannya. Bapak itu rupanya masih punya rasa perhatian, berempati kepada kami yang terjebak kesulitan.  

Malam itu di Pelabuhan Tanjung Priok, Sabtu (25/5/2019), lalu lintas truk kontainer memang sedang sibuk. Antriannya mengular hingga memakan separuh badan jalan. Beruntung, mungkin karena supir truk merasa kasihan kepada kami, ia dengan sukarela turun dari kemudi, menawarkan bantuan.

"Saya bilang ke depan dulu ya biar maju sedikit," sergah dia dan kami langsung paham maksudnya. Ia kemudian meminta supir kontainer di barisan depan untuk maju sedikit. Mantap, kami akhirnya lolos dari sela-sela truk, menyisir lajur kanan menuju pintu masuk pelabuhan.

Di pelabuhan, tempat KM Kelud bersandar, ramainya bukan main. Ada yang masih bersantai di sekitar pintu masuk keberangkatan, namun ternyata sudah banyak pula yang telah masuk ke kapal. 

Terutama penumpang yang non seat alias tak punya nomor kamar. Mereka sejak awal sudah masuk ke kapal, mencari spot yang tepat untuk dijadikan tempat tidur. 

Tempat paling favorit adalah di dekat tangga penghubung lantai, selain di lokasi lain yang memungkinkan untuk sekadar tidur. Hebatnya, banyak juga yang nekat menggelar kasur di dek luar kapal. 

Menantang dinginnya malam. Bila kasur milik KM Kelud yang bertuliskan "gratis" habis, jurus terakhir adalah menggelar tikar, persis seperti gelar tikar di Ancol itu loh.

Baiklah, daripada ceritanya terlalu panjang, berikut sejumlah peristiwa yang saya alami saat mudik 2019 bersama keluarga menaiki KM Kelud rute Jakarta-Batam-Tanjung Balai-Medan. Itu berarti ada empat pelabuhan yakni Tanjung Priok, Batu Ampar, Karimun, dan Belawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun