Sungguh menyenangkan ketika seorang rekan Kompasianer menitipkan sebuah tautan artikel yang sangat menarik di Kompasiana. Setidaknya bagi saya, artikel berjudul Mengenal Negeri Matahari Terbit di Tanah Batak tersebut menyajikan ulasan komprehensif tentang Kecamatan Habinsaran, Tobasa, karena kaya dengan muatan sejarah dan kondisi kekinian.
Sebagai wujud rasa terima kasih, ingin rasanya mengajak "ngopi" penulis artikel itu, Bung Felix Tani, merasakan nikmatnya kopi khas Parsoburan. Juga bersedia untuk bersama-sama mencicipi buah andaliman, bumbu masakan khas dari Parsoburan. Misalnya, makan daging kambing dengan andaliman. Pasti rasanya maknyos.
Kali ini, saya hanya ingin memperkaya sajian artikel Bung Felix yang mengklaim diri sebagai petani mardijker itu. Yakni dengan menyajikan sederet potret tentang situasi Parsoburan terkini yang saya bidik ketika pulang kampung pada akhir 2018 lalu.
Bahkan, seorang rekan yang juga Kompasianer, sukses mengabadikan wajah Parsoburan lewat kamera udara alias drone. Inilah kali pertama, wajah Parsoburan termasuk beberapa desa di sekitarnya (wilayah Borbor dan Nassau) dipromosikan oleh putera daerahnya sendiri.
Tambahan lagi, Habinsaran, Borbor, dan Nassau (kini akrab disebut Habornas) saat ini tak lagi melulu didominasi sektor pertanian. Dalam tiga tahun ini, pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) juga sedang menggeliat di sana khususnya di wilayah Nassau.
Akses pembangunan ke Nassau sejauh ini masih tetap mengandalkan lintasan utama Pasar Parsoburan, termasuk sumber air PLTA itu yakni Sungai Aek Kualu juga mengalir dari wilayah Habinsaran. Dalam waktu dekat, setidaknya terdapat 3 PLTA lagi yang segera dibangun di sepanjang aliran Sungai Aek Kualu dengan kapasitas lumayan besar.
Semoga foto dan video ini memberikan gambaran utuh tentang Parsoburan, negeri matahari terbit di tanah Batak:
