Mohon tunggu...
Pandu Adityo
Pandu Adityo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pandu, lahir di Bogor, 1 Juni 1994. Salah satu Mahasiswa Universitas Gunadarma ^_^

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila Itu Diamalkan, Bukan Dihafalkan

9 Oktober 2012   19:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:01 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masih ada yang ingat 1 Juni itu ada peristiwa apa? Maksud saya 1 Juni1945, bukan 1 Juni 1994, itu sih peristiwa saya lahir. hahaha… Ya, peristiwa 1 Juni 1945 memang peristiwa yang tidak bisa dilupakan karena merupakan tanggal terbentuknya dasar negara kita, yaitu… Pancasila

Dari sekolah dasar pun semua orang pasti sudah diajarkan tentang pancasila. Apalagi ketika upacara bendera di sekolah, seluruh peserta upacara diwajibkan mengulang 5 kalimat pancasila yang dibacakan oleh pembina upacara. Dan hebatnya, seluruh siswa sangat antusias dan bersemangat ketika membaca kalimat pancasila. Tapi, bisa kita liat perkembanganya setelah mereka SMA. Semua kalimat pancasila lepas dari para siswa. Tawuran contohnya, Apakah ada bunyi pancasila seperti “Kemanusiaan yang rusuh dan tawuran” atau “Tawuran ialah hak segala bangsa”?

Dimana amalan-amalan pancasila yang dulu sering kita teriak-teriakan saat upacara? Apakah guru hanya menyuruh siswa untuk menghafal bunyi pancasila, bukan mengamalkannya? Untuk apa ada pelajaran Pkn disekolah jika bukan untuk mengajarkan cara mengamalkan amalan pancasila dikehidupan sehari-hari? Saya juga mungkin kurang begitu mengamalkan amalan pancasila, tetapi setidaknya ada niat dari diri sendiri untuk berubah.

Contoh dari saya sendiri, misalkan dari sila pertama kita bisa mulai dengan rajin sholat dan mengaji bagi yang muslim atau rajin ke gereja bagi yang kristen atau katolik. Di sila kedua kita bisa bersikap adil, misalnya dalam memilih teman hanya dari muka tampan atau cantik, cobalah berteman dengan siapa saja, karena semuanya sederajat. Di sila ketiga itu bisa kita deskripsikan sebagai “Bhineka Tunggal Ika”, jangan pernah membeda-bedakan suku, agama, ataupun ras, karena perbedaan itu pemersatu bangsa.

Di sila keempat kita bisa lakukan dengan menyelesaikan masalah dengan musyawarah. Anak-anak jaman sekarang lebih memilih cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah, kalau ada yang mati, masalah selesai. Coba kita bersikap dewasa, bicara baik-baik, dan selesaikan masalah tersebut bersama-sama. Dan di sila kelima hampir sama dengan sila kedua, kita harus adil. Jaman sekarang keadilan sudah mulai pudar. Contoh, nenek-nenek mencuri 2 buah kokoa dari tetangganya dihukum 1.5 tahun penjara, sedangkan para koruptor yang mencuri uang triliyunan juga mendapatkan hukuman 1.5 tahun penjara, itupun mereka akan dapat remisi dan fasilitas penjara yang seperti hotel bintang lima.

Dosen saya pernah bilang “Pancasila itu sudah ditinggalkan. Coba kalian lihat di sekitar kalian, ada les matematika, fisika, kimia, atau bahasa inggris. Apakah ada les pancasila atau les pendidikan kewarganegaraan?” Benar juga sih, tapi kalau pun ada, apakah ada yang akan mendaftar di tempat les tersebut? Sepertinya tidak, karena jaman sudah berubah.

Jadi menurut saya, pancasila itu diamalkan, bukan dihafalkan. Oleh karena itu kita harus tanamkan amalan-amalan pancasila sejak dini. Dan kalau kita besar nanti, tanamkan amalan pancasila kepada pemuda-pemudi di seluruh Indonesia agar kedepannya Indonesia menjadi negara yang adil dan maju

Salam UG…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun