Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ayah Harus Meluangkan Waktu untuk Bermain dengan Anak-anak

13 November 2013   13:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:13 2327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1384336366134362617

[caption id="attachment_301498" align="aligncenter" width="562" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Syahdan. Di kampung nan jauh dari kota, seorang ayah termenung sedih, memikirkan anak lelakinya yang sudah lama pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Sang ayah merasa menyesal setelah anaknya kabur dari rumah. Ia merasa selama ini terlalu sering berlaku kasar dan memperlakukan anak lelakinya secara tidak baik. Ia berpikir keras bagaimana cara menemukan kembali anaknya dan mengajak pulang ke rumah.

Ia menemukan akal. Ia pergi ke kota untuk memasang pengumuman dengan selembar kertas di depan GameStation di pusat kota, tempat dulu anaknya sering berkumpul dengan teman-temannya untuk bermain aneka game. “Hary, pulanglah Nak. Ayah dan ibu merindukanmu. Ayah dan ibu sudah memaafkan semua kesalahanmu, maka pulanglah. Datanglah ke halte depan GameStation ini, hari Selasa pukul 10.00 pagi. Ayah dan ibu akan menjemputmu. Salam sayang, Ayah dan Ibu di Kampung”.

Pada hari, tanggal dan jam yang sudah dituliskan di pengumuman, ayah dan ibu datang ke halte depan GameStation. Betapa terkejutnya mereka berdua, karena di halte telah berkumpul 50 anak lelaki bernama Hary yang ingin pulang ke rumah masing-masing dan ingin mendapat kasih sayang orang tuanya.

Kisah di atas sudah sering diceritakan oleh banyak orang dan sudah sering kita dengar dalam berbagai forum. Betapa banyak anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari orang tua mereka. Anak-anak yang memilih asyik bermain dengan komputer atau gadget, anak-anak yang memilih kabur dari rumah, anak-anak yang memilih berteman dengan kehidupan jalanan, karena merasa tidak betah di rumah. Di rumah, mereka tidak menemukan figur yang mereka inginkan. Yang ada adalah seorang ayah yang super sibuk dan ibu yang kelelahan serta uring-uringan di rumah.

Ayah Super Sibuk

Apakah yang paling sering kita salahkan dalam kehidupan sehari-hari? Salah satunya adalah : kesibukan. Ayah super sibuk, tidak sempat bertemu dan berkomunikasi dengan anak-anak di rumah. Dampak dari kesibukan itu adalah mengabaikan serta melalaikan kewajiban yang ada di dalam rumah tangga. Pendidikan anak-anak dititipkan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan, dan orang tua merasa tinggal menerima hasilnya begitu saja. Ayah merasa sudah bekerja keras mencari uang yang cukup untuk membayar sekolah anak-anak dan membiayai kehidupan keluarga secara layak.

Pada sebagian kalangan profesional muda, mereka beranggapan mendidik anak dan mengurus rumah tangga adalah urusan perempuan. Itu tugas isteri, kata mereka. Sehingga dengan anggapan seperti itu, banyak ayah yang tidak mengerti bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak. Mereka hanya mengerti bagaimana menjadi seorang profesional di lembaga dan instansi masing-masing. Begitu tiba di rumah, mereka ingin mendapat pelayanan dari isteri dan tidak mau tahu tentang urusan anak. Sang isterilah yang sibuk melakukan berbagai hal untuk keperluan anak-anaknya.

Semestinyalah para laki-laki menyadari, bahwa sesibuk apapun mereka di dunia kerja dan profesi, sesibuk apapun mereka di organisasi, namun tidak boleh melalaikan kewajiban sebagai suami dan ayah. Ia adalah suami dari isteri yang dinikahi secara sah, dan ayah dari anak-anak yang dilahirkan dari hasil cinta mereka berdua. Ia memiliki sejumlah kewajiban dan peran terhadap isteri, anak-anak, keluarga serta tetangga.

Sebagai ayah, ia sangat dirindukan oleh anak-anak untuk membersamai dan menemani hari-hari mereka. Anak-anak ingin bermain dengan ayah, ingin bercanda dan mengobrol dengan ayah mereka. Tentu anak-anak mengetahui kesibukan ayahnya, namun mereka juga menginginkan memiliki ayah yang mau bermain-main dengan anak-anak, mau bercanda dan bergembira bersama kegembiraan mereka.  Jangan menjadikan kesibukan sebagai alasan dan pelarian para ayah dari membersamai tumbuh kembangnya anak-anak.

Studi yang dilakukan Fiona Barry pendiri situs TalkingTipsForKids.com, 6 dari 10 orang tua memilih memberi gadget untuk permainan anak-anak mereka karena lupa cara bermain. "Mereka berpikir hal tersebut memenuhi kebutuhan bermain anak, tetapi anak sebenarnya tidak menyukainya," ungkapnya dikutip Mirror, Senin (6/11/2013).

Kanjeng Nabi Saw adalah seorang yang sangat sibuk mengurus ummat, namun beliau tetap memiliki waktu untuk bercanda dan bermain-main dengan anak serta cucu beliau. Nabi Saw senang bercanda dengan anak-anak. Abu Hurairah Ra pernah menceritakan bagaimana Nabi Saw bermain dan bercanda dengan cucu beliau, Al-Hasan. “Rasulullah Saw pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali Ra. Iapun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira”.

Anas bin Malik Ra menuturkan, bahwa beliau juga senang bercanda dengan Zainab. “Rasulullah sering bercanda dengan Zainab, putri Ummu Salamah Ra, beliau memanggilnya dengan: Ya Zuwainab, Ya Zuwainab, berulang kali”. Zuwainab artinya  Zainab kecil. Kanjeng Nabi Saw rela menggendong putrinya sambil shalat. Beliau shalat sambil menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasulullah Saw. Pada saat berdiri, beliau menggendongnya dan ketika sujud, beliau meletakkannya (Hadits muttafaq ‘alaih).

Bermain dengan Anak-anak

Sesibuk apapun para ayah, hendaklah menyempatkan waktu untuk bermain-main dengan anak-anak. Keterlibatan ayah dalam mendidik anak, bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah bermain dan belajar bersama anak-anak. Betapa senang anak-anak apabila ayah mau bermain-main dan bergembira bersama mereka. Para ayah jangan menganggap bermain-main dengan anak sebagai sesuatu yang tidak penting. Penelitian telah menunjukkan, ayah yang memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anak, memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan anak.

Profesor Sarah Schoppe-Sullivan dari Ohio State University dan rekan melakukan survei terhadap 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia 4 tahun. Pertama-tama pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa dalam kegiatan pengasuhan.Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu. Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua.

Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu yang cukup untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology.Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.

Hal ini semakin memperkuat pendapat, bahwa ayah harus memiliki waktu yang cukup untuk bermain dengan anak-anak. Maka sesibuk apapun anda sebagai ayah, jangan pernah mengabaikan waktu untuk bermain dengan anak-anak. Temani tumbuh kembang mereka, agar kelak menjadi anak yang membanggakan orang tuanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun