Mohon tunggu...
Syam Jabal
Syam Jabal Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

tukang burung (http://gudangjalakklaten.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

DJP Bertilawah: Investasi untuk Me-"maintenance" Mesin SDM Direktorat Jenderal Pajak

21 September 2017   12:38 Diperbarui: 21 September 2017   13:59 2717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan DJP Bertilawah KPP Pratama Tarakan-KPP Pratama Tanjungredep oleh Bp. Feri Corli selaku Pembina Masjid Assalam KPP PratamaTarakan

Pergantian tahun baru Masehi biasanya diiringi dengan pesta yang meriah. Di berbagai tempat, pesta kembang api telah menjadi pilihan yang tidak pernah ketinggalan. Nampaknya kemeriahan pesta telah menjadi tolok ukur keberhasilan menyambut pergantian tahun.

Tak heran demi mengejar kemeriahan itu, beberapa pemerintah daerah bahkan menganggarkan dana dalam jumlah yang besar. Demikian juga tempat-tempat wisata, mereka menggelar pesta rakyat yang meriah mungkin. Hotel-hotel berbintangpun tak mau ketinggalan, mereka memanfaatkan momen ini untuk mendongkrak tingkat hunian mereka dengan menghadirkan public figur yang sedang naik daun di tengah-tengah masyarakat.

Hal tersebut sekaligus menjadi saksi bahwa kemeriahan di momen pergantian tahun baru Masehi telah menjadi darah yang mengalir di urat nadi sebagian masyarakat kita.

Antusiasme masyarakat dalam menyambut tahun baru Masehi tentu harus disikapi dengan positif, karena terbukti urat perekonomian berkontraksi secara positif di sana. Tetapi di lapangan tentu kondisinya lebih komplek, sehingga harus diakui bahwa acara pergantian tahun tersebut tidak jarang di nodai dengan perilaku yang kurang terpuji. Minuman keras dan kondom, adalah dua properti yang paling dicurigai disalahgunakan di momen itu. Faktanya sebagaimana banyak dilansir media massa, ke dua barang tersebut laku keras di malam itu.

Itulah pisau bermata dua yang menjadi saudara kembar modernisasi. Di satu sisi mendatangkan manfaat yang positif namun di sisi lain efek negatif, terutama berkaitan dengan aktivitas hura-hura, yang tidak sesuai dengan budaya kita, turut masuk di dalamnya.

Bagaimana dengan pergantian tahun baru Hijriah, apakah momen ini juga disambut dengan antusias oleh masyarakat kita ?

Kalau menengok kebiasaan di masyarakat kita, sambutan terhadap momen pergantian tahun baru Hijrih masih kalah antusias di banding dengan momen perubahan tahun baru Masehi. Tanya kenapa ?

Setidaknya ada dua sebab yang bisa dikemukakan di sini. Pertama karena pesta pergantian tahun memang tidak berakar dalam tradisi Agama Islam. Dalam pandangan Islam pergantian tahun justru dimaknai sebagai media untuk muhasabah (instrospeksi) atas berkurangnya usia kita. Sehingga jauh dari kemeriahan pesta. Yang kedua karena di masyarakat kita, kalender hijriah kalah pamor dengan kalender masehi. Momen hijrahnya Nabi Muhammad bersama sekitar tujuh puluhan shahabat dan shahabiyah dari Mekkah ke Madinah yang menjadi cikal bakal peradaban Islam itu, tidak banyak diketahui oleh masyarakat kita. Heroisme, spirit, dan besarnya pelajaran dari momen yang sangat bersejarah ini, seakan-akan sudah menghilang dari ingatan kolektif masyarakat kita. Makanya tidak heran jika pergantian tahun hijriah akan berlalu biasa-biasa saja, tanpa ada agenda yang lebih konstruktif.

Adalah jamaah Masjid Sholahudin Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak yang melakukan terobosan baru yang positif dan konstruktif dengan menginisiasi penyambutan tahun baru Hijriah dengan cara yang baru. Masjid megah yang selalu dipenuhi oleh jamaah dari karyawan dan karyawati Kantor Pusat Direktorat Jenderal pajak itu, menggelar progran yang bertajuk DJP Bertilawah. Sebuah acara yang didesain sedemikian rupa sehingga di hari yang telah ditentukan, ribuan karyawan dan karyawati Direktorat Jenderal Pajak melakukan khataman al Qur'an secara massal dan serentak di seluruh Indonesia.

Mungkin ada sebagian masyarakat yang memandangnya dengan pesimis, bisakah karyawan-karyawati kantor pajak yang memiliki jadwal kerja yang padat, di mana jadwal kerja mereka dari pagi sampai sore kemudian mengkhatamkan bacaan al Qur'an secara massal ? Bukankah kantor pajak selama ini cukup populer di media massa sebagai lembaga yang karyawannya terkena OTT KPK, yang tentu saja bertentangan dengan pesan suci dari al Qur'an yang akan mereka khatamkan itu ? Mungkinkah dari lembaga yang 'kerap' terjadi OTT ini lahir kegiatan massal yang mengkhatamkan bacaan al Qur'an secara massal dan serentak ? Apakah acara sakral ini tidak sekedar dimanfaatkan sebagai 'dagangan politik' dan pencitraan semata ?

Dalam kaitannya dengan pesimisme di atas kami hanya bisa mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang bijak bahwa, dunia ini tidak bergulir secara linear. Dalam percaturan kehidupan, tidak semua niat baik kita, diterima dengan baik pula oleh kawan kita. Makanya penting untuk berprinsip bahwa, selama kita yakin dengan kebaikan yang tengah kita usung, maka ibarat kafilah dagang, kita mesti tetap menjajakan dagangan kita meski bertubi-tubi datang suara-suara mengganggu. Sepakat ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun