Aku tak ingin menjadi penjepit jemuran plastik yang cepat rapu saat diterpa matahari
Sebagaimana harganya yang dibelikan ibu--tak seberapa tinggi
Kuingin menjadi baskom jemuran yang bersedia menjadi tempat pakaian basah warna warni
Bersedia menjadi wadah air matamu saat beberapa resahmu kau tangisi
Kuimpikan diriku dua hari yang lalu menjadi rak jemuran ibu
Di sana aku rela dijemur matahari bersama teguhku menunggu
Seperti itu diriku padamu yang masih bersetia dengan rindu
Saat waktu yang keras dan rumit tentangmu kian hari kian ingin dihapuskan waktu
Aku akan tetap berusaha seperti ketekunan ayah merawat sabarnya
Dalam mengambil kembali jemuran ibu saat belalai hujan merambah teras rumah
Seperti itu usahaku--seperti usaha ayahku, tak membiarkan hujan membasahi bola mata sayumu dinda
Engkau tak tahu rasaku--seperti ibu tak tahu bahwa ayahlah yang meneduhkan jemurannya
Namun pada akhirnya senjalah yang menentukan kering atau basanya jemuran
Senja berikutnya memang ada tapi tak pernah sama dengan senja yang diangan-angankan
Angan-angan tak selalu indah dengan yang dipikirkan khayalan
Karena kenyataanlah pilihan Tuhan seperti nasib jemuran dengan senja, cinta kita Tuhan yang menentukan