Di sela-sela jemariku
Hidup seekor ulat yang sudah jadi keponpong
Setiap aku makan ia juga makan
Dengan meramu semua lauk
Dalam ingatan
Keram jadinya jika ia berlagak seperti penari
Sanggul di atas kepalanya
Seperti selimut kuli yang penuh keringat
Basah, aku pun basah
Namun, aku tetap sabar
Sebabnya aku pemelihara keponpong
Penentu kedewasaannya kelak
Adalah bagaimana sekarang aku memeliharanya
Aku tak ingin menjadikannya
Setetes air yang dirindukan kemarau
Tapi mauku ia menjadi kemarau yang punya hujan keheningan
Jika waktu menginginkannya
Jadi kupu-kupu
Kubiarkan kau terbang
Terbanglah dan pakailah sayap yang sama
Agar setelah lelahmu
Kau akan ingat dan kembali padaku
Perawat keponpong dan pengagum sayap-sayap abadimu