Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tempat Makanan yang Berbentuk Ayunan dan Hal-hal Unik yang Menyertainya

28 Maret 2020   07:12 Diperbarui: 28 Maret 2020   07:16 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dokumentasi/Sahyul Pahmi

Sekitar jam 02:45 dini hari, Ibu saya ditelpon oleh ayahnya (tentunya kakek saya juga) yang tinggal di kota, bahwa di Kendari ada seorang bayi yang baru lahir, dan langsung dapat berbicara sekaligus memberi tips bahwa agar terhindar dari wabah Corona makanlah telur ayam rebus sebelum pagi menjelang.

Saya yang pada saat itu sedang nyenyak-nyenyaknya tertidur harus dibangunkan oleh sebuah berita yang melebihi tips-tips dokter spesialis kita, atau melibihi ujaran teman-teman kita (((yang katanya atas dasar keimanan))) bahwa buat apa takut Corona jika Tuhan telah menentukan mati dan hidup kita. #teman-teman kalau begitu anggapmu buat apa juga cebok kalau sudah buang kotoran, kalau bersih dan tidaknya hanyalah milik Tuhan?. #eh sudahlah

Sampai ibu saya menyuruh bapak saya untuk sesegera mungkin membeli telur ayam untuk direbus di warung dekat rumah. Sepulangnya bapak saya, anggota keluarga telah siap untuk menyantap telur rebus itu, dan setelah saya cek di grup WhatsApp relawan (kebetulan saya bergabung di Relawan Covid-19 Sulsel) ternyata berita tersebut hanyalah hoax.

Saya dan bersama anggota keluarga lainnya setelah mengetahui bahwa berita itu adalah hoax, seenda'-nya telah membuat kami tertawa terbahak-bahak di meja makan, sekaligus telah membuat kami kesal pada saat yang lain.

Telur ayam yang telah ibu saya rebus, hanya sebagian kami makan, sebagai pelipur perut atas kagetnya sebuah berita yang datang tiba-tiba pada dinihari. Sisanya, ibu saya simpan di sebuh tempat makanan yang berbentuk ayunan.

Di daerah Sulawesi-selatan khususunya di daerah yang bersuku Bugis, yang rumahnya masih rumah panggung, tempat makanan yang berbentuk ayunan akan mudah didapati (seperti rumah saya), dan ternyata dari kasus berita hoax tadi, saya baru sadar bahwa tempat makanan yang berbentuk ayunan itu ada banyak sekali hal uniknya.

Pertama: walau banyak jenis makanan yang ada di dalamnya, baunya tidak tertukar

Ada ikan kering, ada kue bolu, tapi jika salah satu makanan diambil keluar, baunya tidak tertukar, percaya deh, makanan-makanan yang berada dalam tempat yang berbentuk ayunan itu tetap higienis. Contohnya saja: telur ayam yang ibu saya simpan itu tetap berbau telur ayam dan tetap berbau busuknya sebuah berita hoax.

Kedua: kemurnian dan keaslian makanan tetap terpelihara

Bukan berarti tempat makanan yang saya sebutkan itu punya kandungan bahan pengawet atau teknologi khusus yang membuat makanan yang ada di dalamnya tetap steril, akan tetapi begitulah memang uniknya. Hanya sebuah tempat makanan yang berbentuk ayunan, selembar sarung yang diikat tali ujungnya telah dipakai suku Bugis selama ratusan tahun lamanya untuk menyimpan makanannya, dan alhamdulillah loh yah, makanan yang ada di dalam ayunan itu tetap steril. Seperti: telur ayam rebus yang disimpan ibu yang tetap terjaga keaslian dan kemurniaannya bahwa ia adalah hasil dari berita hoax virus Corona yang sungguh tidak beda jauh menjijikkannya dari virus itu sendiri.

Ketiga: tempat makanan itu, selalu menjadi rujukan menu makanan

Darimana pun saya pergi dan pulang ke rumah, entah dari kuliah, dari nongkrong, dari berkunjung, dari onani, tempat makanan yang berbentuk ayunan itu selalu menjadi rujukan menu makanan apa yang tersedia pada setiap waktu. Dan pada waktu datangnya berita bohong tentang Corona yang diterima ibu saya, ayunan itupun menjadi rujukan saya bahwa menu yang tersedia adalah telur ayam rebus produksi berita hoax dari orang yang bukan hanya tidak bergantung jawab, tetapi juga tidak bertanggung atas ketololannya telah meresahkan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun