Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Indonesia Koruptor Masuk Surga

2 Agustus 2017   12:31 Diperbarui: 6 Agustus 2017   04:32 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Indonesia Hukuman Koruptor Membawanya ke Surga. Sumber: citcatcet.blogspot.com

Coba kita perhatikan kasus korupsi di Indonesia. Pelaku seolah tak merasa bahwa ia secara sadar atau tidak telah menggarong uang negara, namun hukum yang menjeratnya malah masih bisa membuat pelakunya pamer senyum di depan publik.Tak tampak wajah ketakutan atau kesedihan di wajah mereka.  Hal demikian terjadi di Indonesia. Bisa diartikan bahwa hukum yang bakal menjeratnya masih bisa ia atasi. Ia menganggap sepele dan ringan terhadap hukum yang ada.

Seringkali dipertotonkan kepada kita di media baik daring, cetak ataupun televisi pelaku korupsi terlihat masih bisa menyapa dengan gembira saat wartawan mengerumuninya, mereka masih bisa pamer senyum jika difoto atau dishooting, dan malahan masih bisa kembali menjadi pejabat publik setelah bebas.

Rasa malunya sudah hilang terpupus oleh nafsu menguasai uang. Dengan uang korupsinya ia berpikir bisa membeli apa saja termasuk pasal yang akan menjeratnya dan lama hukuman yang bakal dijalaninya. Bukan suatu hal yang tidak mungkin pelaku korupsi itu sudah menghitung untung rugi perbuatannya.  Uang hasil jerih payah korupsinya haruslah tersisa lebih banyak sampai ia bebas dari hukuman yang sudah ia jalani. Bahkan kalau bisa sampai anak cucu bisa menikmati. Karena itu nilai korupsinya juga tidak semakin kecil, justru semakin membesar, tidak lagi ratusan juta, malah milyar bahkan triliun. Tak lagi dilakukan sendiri namun dilakukan secara bersama-sama.

Pelaku koruptor juga sudah menghitung berapa yang harus dikembalikann ke negara sesuai perintah hakim yang sudah diatur, berapa denda, berapa bayar pengacara, berapa biaya pengadilan, biaya untuk polisi, jaksa, serta hakim, dan berapa biaya selama ia berada di dalam penjara. Semua sudah diperhitungkan dengan masak.

Jika tertangkap dan atau menjadi tersangka pertama sekali ia akan menyangkal perbuatannya. Seringkali ia juga menggunakan media untuk membelanya dan mempengaruhi dan menekan aparat penegak hukum. Ia tahu bahwa penegak hukum tak semua bersih.

Pelaku koruptor jika ia punya pengaruh politik, ia bisa melakukan politik dagang sapi. Semua untung dan happy.

Hukuman penjara yang diputuskan oleh hakim dijalaninya dengan mewah di penjara. Konon di penjara, sel tahanan lengkap dengan fasilitas setara hotel. Ada televisi, ada kasur empuk, ada air conditioner, bahkan makan kesukaan tinggal pesan dari luar. Komunikasi dengan dunia luar dilakukan dengan handphone yang dengan bayar tertentu bisa dibawa masuk. Apalagi smartphone sekarang tak hanya bisa sms atau voice call, tapi video call bahkan video conference. Jika pelaku koruptor ingin menumpahkan hasrat syahwat tinggal buat surat sakit dari dokter penjara. Pelaku koruptor bisa keluar mampir hotel, pengawal bisa menunggu. Semua dilakukan dengan konsep tahu sama tahu. Pelaku koruptor menikmati hasil korupsinya dengan aman, nyaman dan tanpa gangguan di penjara.

Pelaku koruptor yang bertobat, ia akan habiskan waktunya di penjara dengan rajin ibadah. Mereka bisa menyesali perbuatannya. Sehingga ia akan dinilai berkelakuan baik, hukuman perlu ia jalankan 2/3 dari total putusan penjara hakim, remisi mudah didapatkan, karena memang diatur oleh undang-undang.

Selain itu ia berpikir kalau dia mati ia sudah menghitung dengan matang ia mati dalam keadaan bertobat. Ia berpikir ia akan masuk surga.

Benarlah cita-citanya: korupsi uang negara, konsumsi narkoba, main wanita, di penjara, bertobat dan masuk surga.

Enak memang korupsi di Indonesia. Tak ada hukuman mati. Padahal sekarang Indonesia darurat korupsi. Pantas saja korupsi di Indonesa bukan malah berkurang tapi malah semakin menjadi. Mau masuk surga? Jadilah koruptor di Indonesia. :-)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun