Orang-orang bermimpi setinggi langit
Kau mati-matian mau jadi prajurit
Meski kau tahu prajurit pasti mati duluan kala perang
Karena tak mungkin bersembunyi diri dalam sarang
   Â
Orang-orang menolak hidup diberai jarak
Kau malah tak peduli andai menua seabad di barak
Padahal orang-orang ingin kukuhkan kesehatan
Kau lebih pilih kukuhkan keamanan dengan jantan
  Â
Kawan-kawan riuh memburuh khasiat minyak lintah
Kau masih tegak di muka atasan menerima perintah
Dan kawan-kawan sibuk rekreasi mencebur badan
Kau malah pasang badan di banyak medan
 Â
Dan kawan-kawan sebagian ada yang menjadi guru
Sedang di perbatasan kau bertarung lawan peluru
Ada lagi sebagian kawan yang merintis nasib di laut
Tapi di daerah konflik kau kerap memapas maut
  Â
Aduhai, prajurit
Ceritamu bukan saja ihwal seragam militer
Bukan juga tentang petualangan mengejar suster
Tapi semua atas nama sumpah dan abdi
Yang tak habis sekejap tanaman keladi
Dan semua demi muruah NKRI
Meski harus bertaruh segala jari
    Â
Aduhai, Prajurit
Biar dagingmu jadi tameng yang koyak oleh peluru
Biar hulubalang kerap membuatmu terburu-buru
Dan kau acap dianggap cuma pesuruh
Tapi kau tak pernah mau memilih luruh
Seribu cinta kau kerek dalam penugasan
Demi keamanan di tanah perbatasan
Bagaimana pun nyalimu tak pernah jadi gentar
Meski dari jauh suara bedil lawan bergelegar
   Â
  Â
Harun Anwar,
hari ini juga, Ambon
(Terinspirasi dari cerita tentang Mama Naa di Banda yang coba menyalin ingatannya dalam penuturan kisah perihal putranya yang wafat ketika bertugas di Dili, Timor Timur dalam tahun 1997-1999.)
  Â
  Â