Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tolak Relokasi Masjid Al-Muqarrabien dan GMIST Jemaat Mahanaim

1 September 2014   02:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:58 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14094745551040593501

[caption id="attachment_356487" align="aligncenter" width="500" caption="dok opajappy.com"][/caption] Anda pernah melewati Jl Enggano, Tg Priok, Jakarta Utara menuju Ancol, Pelabuhan Priok, atau Teminal Tg Priok, dan sebaliknya;!? Jika ya, maka akan melihat Satu Gedung dengan dua tempat ibadah, seperti nampak pada foto di atas.  "Mereka" adalah  Masjid Al-Muqarrabien dan Gedung Gereja Masehi Injili Sangir Talaud (GMIST) Jemaat Mahanaim; keduanya, sudah ada di tempat itu sejak tahun 50an, dan telah mengalami beberapa kali renovasi.

Masjid Al-Muqarrabien dan GMIST Mahanaim yang berdampingan dan hanya dipisahkan oleh tembok tersebut, merupakan "peninggalan" sejarah, yang dibangun oleh dua orang kakak beradik asalah Sangir, Sulawesi Utara; sekaligus cerminan toleransi antar umat beragama sejak masa lalu hingga kini.

Kisah tentang berdirinya Satu Gedung dengan dua tempat ibadah, tetap menjadi ingatan historis pada umat Islam dan Kristen sekitarannya. Pada waktu, Pelabuhan Tg Priok dikelola oleh Perum Pelabuhan; Perum Pelabuhan juga menguasai sekitar 90 % wilayah sekitaran pelabuhan. Dengan demikian, jika masyarakat mau membangun rumah, toko, atau tempat ibadah, maka mereka harus mendapat izin dari Perum Pelabuhan.

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk Tg Priok, terutama para pelaut dari Indonesia Timur dan keluarganya, mereka juga membutuhkan temapat ibadah. Dua kakak-beradik, satunya Muslim, dan lainnya Kristen Protestan (saya lupa nama mereka), juga melihat kebutuhan tersebut. Kebetulan, ayah mereka "mewariskan" sebidang tanah di luar area pelabuhan. Kedua kakak beradik tersebut, dengan wakil umat Islam dan Kristen, menghadap Kepala Perum Pelabuhan, untuk membangun Gereja dan Mesjid, berdampingan; izn pun diberikan.

Menurut tuturan Kepala Perum Pelabuhan waktu itu, Alm Pieter Naraheda, kepadaku, dirinya memberi izin pembangunan bebera Mesjid di Jalan Dusun, Jepara, Jampea, dan Enggano. [Mesji dan Gereja di area pelabuha, kini sudah tak ada; dibongkar karena perluasan pelabuhan]. Yang tersisa adalah Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Petra di Jalan Jampea, dan Mesjid Al Fudola (yang kini telah direlokasi ke samping GPIB Petra) di Jalan Jampea. Juga, yang masih tertinggal dan menjadi "Gedung Bersejarah" adalah  Masjid Al-Muqarrabien dan Gedung Gereja Masehi Injili Sangir Talaud (GMIST) Jemaat Mahanaim.

Keduanya, Masjid Al-Muqarrabien dan Gedung Gereja Masehi Injili Sangir Talaud (GMIST) Jemaat Mahanaim, yang hanya dipisahkan satu dinding, sering menjadi contoh tanda toleransi umat beragama, bukan saja bagi masyarakat sekiyar, namun seluruh Indonesia dan Dunia Internasonal.

Sejak berdirinya, umat Masjid Al-Muqarrabien dan GMIST Mahanaim, dengan setia menjaga kerukunan dengan saling membantu jika hari besar keagamaan masing-masing dirayakan. Mereka saling membantu dalam banyak hal, sambil menjaga iman masing-masing.  Bahkan, pernah terjadi, pada 1998, ada kelompok yang mau merusak GMIST Mahanaim, justru umat Islam yang menghadapi mereka.

Satu gedung dengan dua tempat ibadah, yang melambangkan kedamaian, keteraturan, dan cermin toleransi umat beragama tersebut, rencananya akan dibongkar (dan direlokasi), sebab lokasinya terkena pelebaran jalan menuju area pelabuhan.

Rencana, sejak tahun 2012,  tersebut, tentu saja ditolak oleh Pengurus Mesjdd, Majelis Gereja, dan masyarakat sekitar. Bagi mereka, Masjid dan Gereja yang berdampingan itu, adalah ini contoh kerukunan umat beragama, sangat langka antara tempat ibadah hanya dipisahkan satu tembok.

Di samping itu, kosentrasi jemaat atau umat Masjid Al-Muqarrabien dan Gedung Gereja Masehi Injili Sangir Talaud (GMIST) Jemaat Mahanaim, menjadikan kedua tempat ibadah tersebut selalu penuh pada jam-jam ibadah atau pun hari-hari raya; dan itu juga merupakan salah satu alasan penolakan relokasi.

Menurut warga sekitar dan umat Masjid Al-Muqarrabien dan GMIST Mahanaim, telah menjadi dua titik sentral uman Islam dan Kristen pada wilayah tersebut, sehingga mereka (jamaah) menolak jika dipaksa untuk relokasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun