[caption id="attachment_301341" align="aligncenter" width="500" caption="kompasiana.com/"][/caption] [caption id="attachment_301342" align="alignright" width="240" caption="kompasiana.com"][/caption] Tulisan Jilbab Hitam, yang baru muncul kemarin di Kompasiana, dengan judul "TEMPO dan KataData ‘Memeras’ Bank Mandiri dalam Kasus SKK Migas,? memang terasa benar jika tak membaca bantahan dari Tempo. Kemarin, diriku sempat membaca sebentar, tapi karena lihat bahwa penulisnya baru muncul kemarin, maka kumenahan diri untuk komentar. Bersamaan dengan itu, kuberpikir bahwa apakah tulisan tersebut benar atau hanya pelampiasan kekesalan terhadap Tempo. Apalagi info profile Jilbab Hitam menyatakan bahwa ia adalah mantan wartawan Tempo.13842585251039914761[Tulisan Jilbab Hitam pada intinya menyatakan bahwa BHM merupakan godfather mafia permainan uang dan transaksi jual-beli pencitraan di grup Tempo. BHM juga dituding mengancam Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin terkait proposal dari KataData; tempo.co].
Kini tulisan Jilbab Hitam "TEMPO dan KataData ‘Memeras’ Bank Mandiri dalam Kasus SKK Migas? telah lenyap.Dan, hari ini Tempo menurunkan dua tulisan yang berisi bantahan Bos Besar Tempo terhadap tulisan di Kompasiana.
Pada tulisan (di Tempo) tersebut, menurut Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk Bambang Harymurti menyatakan bahwa,
"... penulis yang menjelek-jelekkan Tempo di Kompasiana bukanlah mantan wartawan media massa tersebut; ... bukan karyawan kami, karena gaji wartawan Tempo tidak segitu.
Banyak pihak yang tidak suka dengan hasil investigasi Tempo.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin, merupakan kawan lama; dia adik kelas saya di ITB.
Baru mengetahui tentang proposal KataData ketika membaca tulisan di Kompasiana; sebelumnya, saya tidak tahu.
Tempo jauh dari tindakan pemerasan. Bahkan, pemasangan iklan yang bermasalah pun ditolak oleh Tempo. Jadi, tidak mungkinlah Tempo memeras, karena yang menawarkan iklan saja kita tolak.
Cara untuk melawan tulisan itu yaitu dengan membiarkan lebih banyak suara yang bebas berkomentar guna menangkis beritanya. Itu fitnah, tidak usah dipikirkan. Itu cuma selebaran gelap.
Mengapresiasi Kompasiana yang menarik tulisan tersebut dari peredaran. Saya juga mengapresiasi masyarakat karena masyarakat tidak bodoh, ... [sumber: tempo.co]"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!