Mohon tunggu...
Kopral Jabrik
Kopral Jabrik Mohon Tunggu... Dosen - diisi apa?

Menjadi wartawan sejak pertengahan dekade 1970an. Mulai dari reporter Harian Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta, di bawah bimbingan Hadjid Hamzah (almarhum). Sempat aktif di Gelora Mahasiswa (UGM), menulis di Majalah Q (Bandung), Majalah Psikologi Anda (Jakarta), menjadi wartawan Kompas (tahun 1980an, dibimbing oleh AM Dewabrata), redaktur pelaksana Harian Jayakarta, kepala biro Harian Suara Pembaruan (dekade 1990an), produser pemberitaan di SCTV, dosen jurnalistik dan manajemen di Universitas Sahid, Universitas Pelita Harapan dan Universitas Bhayangkara.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Kudeta di Kampus Unjadul

20 Januari 2017   09:27 Diperbarui: 20 Januari 2017   13:43 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada kampus swasta di suatu tempat di Republik Kepulauan, dikenal sebagai Universitas Jayadulu dan disingkat Unjadul. Didirikan pada tahun kuda oleh Gurubesar bersama teman-temannya, dengan visi Jayadwipa yang artinya mirip-mirip menjayakan bangsa dan negara kepulauan. Kelompok itu mendirikan Unjadul hanya bermodal semangat dan cita-cita, dengan uang yang sangat terbatas. “Kita mendirikan Unjadul agar mahasiswa di republik ini tidak perlu lagi belajar ke luar negeri. Perkuliahan di Unjadul disusun berbasis penelitian,” ujar Gurubesar.

Dengan semangat dan cita-cita menjayakan bangsanya, Gurubesar menerima mahasiswa dengan berbagai skema beasiswa. Ada beasiswa Kancil, yang mengharuskan mahasiswa bertindak dan bersikap cerdik agar prestasi studinya selalu unggul. Ada beasiswa Matahari, yang mengharuskan prestasi mahasiswa dalam studi selalu terjaga seperti rutinitas terbitnya matahari di ufuk timur. Ada beasiswa Ombak, yang mengharuskan prestasi studi mahasiswa meningkat terus, ibarat ombak yang selalu memukul gelombang yang sebelumnya. Hanya sedikit mahasiswa di Unjadul yang berkuliah secara berbayar.  

Sementara mahasiswa banyak yang digratiskan, Gurubesar menghimpun para doktor buat jadi dosen di Unjadul. Para doktor diajak bervisi Jayadwipa dan diiming-imingi gaji tinggi. Ternyata semangat dan cita-cita saja tidaklah cukup. Gurubesar tidak pernah menyangka bahwa pendidikan yang bermutu sangat haus biaya. Pendidikan bermutu tidak bisa hanya berdasarkan visi dan tidak pula bisa diselenggarakan dengan slogan. Baru beberapa semester dilalui, rekening Unjadul mulai batuk-batuk. Pendapatan nyaris tidak ada, sedang pengeluaran buat membayar gaji ratusan doktor serta biaya operasional serta biaya sewa gedung dan lain-lain sangat besar.

Perlahan tapi pasti, Gurubesar mulai menunggak utang. Lalu ia mencari pinjaman ke sana-sini buat membayar gaji para dosen, karena ia tidak ingin mengecewakan mitranya. Langkah itu ditempuhnya berbulan-bulan, sampai akhirnya gaji para dosen pun tidak terbayarkan secara lancar. Akhirnya satu per satu para dosen mengundurkan diri dari Unjadul, tinggal sejumlah dosen yang bersetia pada visi Jayadwipa tetap bertahan di universitas itu.

Bertahun terombang-ambing oleh badai kesulitan keuangan, Gurubesar tetap berjuang mencari peluang finansial dan tetap mempertahankan visi Jayadwipa. Suatu ketika ia berjumpa dengan Pengusaha, yang kabarnya pernah ‘membantu’ kampus lain. Pengusaha bidang properti itu diajak Gurubesar ke suatu acara pelatihan dan melihat Gurubesar ditawari lahan buat pembangunan kampus.

Ketika Gurubesar minta bantuan, langsung Pengusaha menangkap kesempatan. Ia buru-buru meminjamkan sebagian tabungan guna ‘membantu’ Gurubesar dan Unjadul. Pengusaha melihat, peluang bisnis properti terbuka karena Unjadul masih punya rencana membangun kampus. Tidak berhenti di situ, Pengusaha pun ikut dalam pengelolaan internal Unjadul. Guna mendampingi dalam tugas sehari-hari, Pengusaha kemudian mengajak teman lamanya yang bernama Pelatih ikut membantu Unjadul. Pelatih juga berminat, karena melihat potensi Gurubesar punya banyak proyek-proyek pelatihan.

Pengusaha dan Pelatih tidak ingin bertindak sendiri, mereka kemudian membentuk Kompeng (Komidi Pengarah). Setelah berunding, supaya bisa berkuasa penuh secara afdol, Pengusaha dan Pelatih kemudian minta surat kuasa dan surat pernyataan dari Gurubesar. Surat kuasa menyebutkan bahwa Gurubesar memberi wewenang kepada Kompeng yang dipimpin oleh Pengusaha dan Pelatih guna menata manajemen kampus. Sedang surat pernyataan menyebutkan bahwa seluruh akibat yang muncul dari semua tindakan Kompeng, menjadi tanggungjawab Gurubesar. Selain itu, Pengusaha dan Pelatih menekankan bahwa semua utang lama Unjadul menjadi tanggungan Gurubesar, meski utang itu dilakukan guna mempertahankan kampus.

Pengusaha dan Pelatih seakan penguasa baru di Unjadul yang datang dari wilayah antah-berantah. Dalam waktu tiga bulan sudah banyak perubahan yang mereka buat. Tindakan pertama penguasa baru adalah menyingkirkan Gurubesar sebagai pemegang kekuasaan yang sah, dengan berbagai alasan. Peristiwanya mirip dengan kejadian di suatu negara dalam dekade 1960an, sewaktu seorang petinggi beroleh surat perintah dan kemudian menyingkirkan kepala negara yang sah dan mengenakan tahanan rumah kepada kepala negara tersebut!

Di kampus Unjadul, dalam waktu beberapa bulan Pengusaha dan Pelatih menyingkirkan sejumlah dosen yang bertahun-tahun berkorban akibat setia pada visi Jayadwipa. Berdasarkan perhitungan bisnis, Pengusaha dan Pelatih jgua menghabisi semua dosen tetap Unjadul dan mengubahnya menjadi dosen yang hanya dibayar berdasarkan jam mengajar. Mirip dengan sistem yang diberlakukan bagi pekerja seks yang dibayar berdasarkan jam pelayanan pelanggan. Para dosen Unjadul diperlakukan seperti buruh harian pabrik panci, atau buruh panggul, yang dibayar sesuai jam kerja dan kekuatan fisik.

Banyak staf dan dosen yang bertahun-tahun setia dan berpeluh memeras keringat serta air mata, pelan-pelan tersingkir akibat ulah penguasa. Ada staf yang mengundurkan diri akibat terteror karena terus-terusan ditanyai Pelatih tentang jadwal pelatihan Gurubesar. Kelihatan sekali Pelatih ingin ikut kegiatan Gurubesar agar ia bisa ikut memasarkan modul-modul pelatihannya. Ada juga staf Unjadul yang terpaksa mengundurkan diri karena gajinya diturunkan semena-mena oleh penguasa baru di kampus. Sejumlah dosen Unjadul mengundurkan diri karena melihat harapan yang mereka pertahankan bertahun-tahun, pupus begitu saja akibat kehadiran penguasa baru yang hanya menghitung berazaskan untung-rugi. Dan mereka melihat Gurubesar melakukan pembiaran terhadap semua perusakan itu.

Kampus Unjadul betul-betul seperti kehilangan nyawa. Pengusaha juga minta agar dibuat yayasan yang baru guna menaungi Unjadul. Ia ingin duduk sebagai pengurus yayasan yang baru. Pengusaha melihat, hanya dengan cara seperti itu niatnya berbisnis properti di sekitar kampus baru Unjadul bisa terlaksana dengan mulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun