Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Keabadian Masa Kecil

27 Februari 2020   11:25 Diperbarui: 27 Februari 2020   11:30 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://4.bp.blogspot.com/

Di sebuah lembar sajak, anak-anak bermain petak umpet, di sebuah tanah lapang berumput lebat. Daun-daun bersorak saat menemukan persembunyian. Buah-buah dijatuhkan oleh pohon tua sebagai hadiah. Anak-anak semakin girang memunguti buah, seperti memunguti kisah kanak-kanak yang gelak semarak. Mereka kunyah buah itu untuk bekal kehidupan mendatang.

Di sebuah lembar sajak, anak-anak memainkan seruling, di sebuah tanah lapang menggembala domba. Langit menarik lengan awan untuk melihat bulu domba yang mirip dengannya. Sehingga cuaca menjadi teduh. Sebab itulah anak-anak juga menaikkan layang-layang, untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada langit. 

Maka, sebelum senja menutup lembaran hari ini, anak-anak berlarian ke sungai. Mereka bergegas mandi membersihkan kesalahan. Tak lupa belajar menyelami kehidupan dan mengapungkan khayalan.

Senja segera menurunkan tirai jingga. Ikan-ikan kembali menata siripnya. Sebentar lagi kunang-kunang juga berhias diri. Semua menyambut malam. Kecuali seorang penyair yang tersesat keabadian masa kecil. Ia tak mampu berteriak, meski di sebuah lembar sajaknya sendiri.


MALANG, 27 Februari 2020   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun