Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Anak-anak Mengendarai Waktu

25 Februari 2020   02:06 Diperbarui: 25 Februari 2020   02:35 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.saatchiart.com

Hari terus bergelora seperti api unggun yang dirayakan anak-anak. Minggu terus mengalun seperti seruling yang ditiup oleh anak-anak gembala. Bulan terus melompat seperti anak-anak yang terjun ke sungai. 

Mereka terlahir, merangkak dan terus mengejar matahari. Menempelkan sinarnya di kening menyerupai kunang-kunang. Bumi mengajari anak-anak untuk mengunyah kehidupan. Menenggak air kejujuran. Menyelami keikhlasan. 

Suatu hari nanti, jika bibirnya tumbuh mawar. Ucapnya berduri menggores hati. Tawanya melepas angin. Saat itu, gelegar petir berkilatan dari amarahnya. Jika demikian kau pahami, maka hujan telah mendewasakan kemarau. Silih waktu ada masa berkehendak. Jangan paksa jika tak mau luka. Jangan melukai jika akhirnya kita semua menyimpan persediaan sakit.

Maka, anak-anak akan cukup bekal mencapai bulan, walau memanggang tahun sampai matang. Abad akan mengenangnya sebagai warisan yang dibawa angin, dan dibagikannya kepada orang tua yang duduk-duduk menikmati secangkir teh hangat bersama cucu-cucu mereka. Begitulah kira-kira anak-anak diajak jalan-jalan mengendarai waktu.


SINGOSARI, 25 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun