Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Selembar Kertas Berhias Kupu-Kupu

23 Februari 2020   13:05 Diperbarui: 23 Februari 2020   17:51 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat rindu menggumpal di hatimu yang berawan, mungkin kau tak bisa menahan gerimis di kelopak matamu. Aku telah mendengar cerita dari setangkup pagi, dimana kupu-kupu telah meninggalkan kepompong saat mentari masih hangat. Kata kupu-kupu, cinta saling memberi kehangatan. 

"Bukankah kita pernah singgah di kutub es yang membeku? Lalu kupeluk segenap rindumu penuh kehangatan? Tentu kau takkan lupakan itu bukan?"

Jadi, jika nanti langit sedang menggelar hujan, maka tengadahkan telapak tanganmu, rasakan ketukan irama yang digubah oleh sang Agung. Sejak masa purba muara selalu menunggu segenap limpahan cinta, dari langit untuk bumi. Mereka saling mencurahkan air mata kerinduan untuk bertemu, berpelukan hangat sampai pancaroba. Tentu kau mengerti mengapa aku juga merindukanmu bukan?

Demikianlah rindu disusun menjadi puisi, ia selalu membutuhkan kehangatan jemarimu sampai tertulis titi mangsa yang membekas dari kecupan bibirmu. Disitu aku ingin selalu menjadi puisimu, dari selembar kertas yang berhias kupu-kupu.


SINGOSARI, 23 Februari 2020
Titi Mangsa: Kecupan Bibirmu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun