Belajarlah menulis bersama gurumu, banyak kata-kata bisa jadi di sana. Misalnya, bisa jadi kau dipercaya penguasa negeri. Bisa jadi mulutmu dipenuhi aksara. Memutuskan tali yang tak putus-putus, atau menyambung keputusan yang tak pernah diputuskan.Â
Semua bisa jadi seperti itu, bahkan tanganmu bisa menulis berbagai kata. Bagaimana nasib-nasib pedagang kaki lima, juga tentang buruh-buruh bergelimang sengsara. Dan yang perlu diingat karena kalimat bisa jadi itu, maka bisa jadi kantongmu dipenuhi angka.Â
Ada satu hal dari gurumu yang terlupa, saat beliau tak pernah mengajakmu menulis, karena sejatinya ia memberi tulisan. Kau bisa menulis ulang tulisan-tulisan gurumu. Kau juga bisa membacanya setiap saat. Sehingga saat gurumu tiada, matamu akan mendongak do'a disamping batu kubur. Barulah kau merasa membaca tulisan tentang gurumu. Bahwa Tuhan itu bukan tulisan, kata-kata dan angka. Tuhan berkehendak atas gurumu. Namanya tertulis jelas dan menancap dalam pikiran yang kau kubur.
Malang, 22 Juli 2019