Mohon tunggu...
Novita Sari
Novita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktif di dunia literasi, pergerakan dan pemberdayaan perempuan

@nys.novitasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kisah Tutu dan Mangga Warga

3 Desember 2019   13:10 Diperbarui: 3 Desember 2019   16:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau sudah musim mangga begini, sepanjang jalan di desa kami dihiasi oleh pemandangan yang  berbeda. Buah bulat hijau itu bergelayutan di ujung-ujung pohon yang terletak persis di halaman rumah-rumah warga. Ada harum khas buah mangga yang tercium saat melewati setapak jalan. Berbagai jenis mangga seperti macang, ampelam, mangga apel, mangga kampung, mangga madu, kuini, hingga arumanis ada disini. Siapa pula yang bisa tahan dengan daging buah kuning tebal dengan rasa manis itu?

Barangkali hanya Tutu, satu-satunya  yang tak suka mangga di desa ini. Orang-orang mengetahui ini dari cerita yang sepotong-sepotong. Ada yang bilang Tutu tidak menyukai mangga karena pernah terlalu banyak memakannya, ada juga yang bilang bahwa kebiasaannya 

Mengocek mangga dengan mulut menyebabkan koreng di mulutnya hingga ia enggan menyentuh buah tersebut.

Tak penting sebenarnya mencari tahu apa sebab Tutu tak menyukai buah mangga, yang paling penting ialah perbuatan tak terpuji Tutu terhadap mangga-mangga warga disini. Hanya karena tidak menyukai mangga, bukan berarti Tutu bisa bebas merusak tanaman mangga milik warga. Hal ini lantas membuat warga geram, tak satupun warga membiarkan sebuah manggga molek miliknya dirusak oleh Tutu. 

Tak ada yang memberi aba-aba tentang ini. semua berjalan begitu saja, pak RT bahkan sengaja membuatkan pengumuman di tiap pos ronda. Dibuatkannya aturan wajib jaga malam untuk beberapa orang kepala keluarga, tujuannya tak lain dan tak bukan agar Tutu tak merusak mangga-mangga milik warga!

Aku masih ingat kejadian beberapa hari lalu, malam itu terang bulan. Jika kita mendongak keatas, tampak jelas bayangan seorang ibu yang menggendong anaknya berada dalam bulan itu. sepanjang jalan kampung sepi, hanya beberapa pemuda terlihat bermain kartu di toko mang Kasim. Pemuda-pemuda itu memang sering berkumpul disana. Sambil menghisap sigaret di mulut, mereka memegangi kartu-kartu dengan tampang berpikir. 

"Joker" ucap pemuda yang mengenakan topi.

"aduh, cantik nian kartu kau jok" ucap pemuda tambun disampingnya.

"Jangan bangga dulu, liat kartu ku ini" balas pemuda yang tak mengenakan baju.

Sedang beberapa pemuda yang lain terlihat menggaruk-garuk kepala. Entah apa yang mereka pikirkan. Tak lama setelah mereka larut dalam persaingan di dunia perkartuan, terdengar suara pak Barjo yang meringis tak jauh dari tempat mereka. Segera rombongan pemuda tadi mendatangi kediaman rumah pak Barjo. Dilihatnya pak Barjo sedang memegangi beberapa buah mangga ditangannya.

Sudah diduga,  ini semua ulah Tutu! Tak ada habis-habisnya ia merusak mangga-mangga milik warga. Sebelum pak Barjo, mangga Pak Slamet, Pak Risdam hingga mangga milik bu Inem sudah lebih dahulu dirusaknya. Anehnya, orang-orang tak bisa menangkapnya saat sedang merusak mangga. Selalu saja, setelah Tutu berhasil merusak mangga milik warga baru kejadian itu diketahui. Seperti ada waktu-waktu tertentu yang telah direncanakan, atau memang Tutu sudah profesional melakukan hal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun