Mohon tunggu...
Novita Sari
Novita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktif di dunia literasi, pergerakan dan pemberdayaan perempuan

@nys.novitasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuah Sup untuk Ayah

13 November 2019   11:05 Diperbarui: 13 November 2019   13:19 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap hari, saat jam makan siang selalu saja semangkuk kuah sup yang sedikit keruh dengan beberapa potong wortel dan kentang tersaji di atas meja makan. Padahal, tak semua orang di rumah nya menyukai sup. Apalagi tak ada potongan daging ayam sebagai unsur utamanya. Kira-kira sejak setahun yang lalu, setelah istri pertama sekaligus ibu dari Sutini menghadap sang pencipta karena sakit yang tak biasa. Ayah Sutini, Parjo tak lagi heran dengan kebiasaan aneh anak perempuannya itu. Kadang-kadang ia menyantap sedikit kuah sup yang tersaji diatas meja, kadang pula ia membuang semua kuah sup itu tanpa diketahui Sutini.

Para tetangga yang berada didekat rumah mereka lambat laun mengetahui soal ini. awalnya mereka biasa saja, mereka mengira Sutini memang sangat menyukai sup sehingga setiap hari memasak dan menyajikannya diatas meja. Namun ternyata Sutini tak pernah mencuil barang sedikitpun kuah sup yang ia buat. Keanehan itu semakin terlihat jelas dari sikap Sutini sehari-hari. Ia tak pernah berbicara barang sedikitpun pada ayah dan orang-orang yang ada dirumahnya. Rutinitasnya setiap hari hanya bangun tidur, mandi, memasak sup dan kembali ke kamar tidurnya. Begitu terus.

Sebagai salah satu teman lamanya yang kini bekerja di luar kota, aku cukup heran. Sutini yang ku kenal adalah seorang gadis periang, suka membantu dan juga cukup jail. Aku masih ingat, bagaimana dia membantuku untuk lepas dari cengkraman bang Badil. Kakak kelas laki-laki yang kekar dan hitam dan sering mengejar-ngejar aku. Kontan saja aku ketakutan, kukatakan pada Sutini bahwa aku tak sudi dijadikan pacar bang Badil yang menakutkan. Dengan tatapan ramah, Sutini menenangkanku.

"Tenang saja, biar bang Badil aku yang bereskan"

"Kau yakin Sut? Ta-tapi kan"

"Aku tahu caranya menghadapi laki-laki tak berotak macam dia"

Aku mengangguk. Rasanya lautan di matanya langsung mengubah perasaan ku menjadi tenang seakan mengajakku berenang di samudera paling dalam hingga aku tak sadar sedang berada di kerajaan duyung dibawah lautan. Dilayani bak putri Ariel dengan fasilitas termewah untuk kalangan duyung ningrat. Ah aku agaknya berlebihan.

Keesokan harinya, tak seperti biasa. Badil tak menungguku didepan gapura sekolah. Entah apa yang dilakukan Sutini padanya. Aku menarik napas panjang, berharap memang ia takkan pernah menampakkan wajahnya padaku hingga masa SMA ini selesai.

"Hei " ucap Sutini mengejutkan.

"Ah, kau Sut mengejutkan saja. Aku senang Badil si brengsek tak menungguiku didepan sekolah macam biasanya" jawabku. Sutini hanya tersenyum kecil.

Sejak saat itu, aku dan Sutini sering menghabiskan waktu bersama. Meskipun kami berbeda jurusan, tapi kami acap kali berangkat dan pulang bahkan bermain berdua hingga sekolah menengah atas itu berhasil kami selesaikan. "Ah, Sutini bagaimana keadaanmu kini" batinku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun