Mohon tunggu...
NUZULA SYIFAUL KHUJUN
NUZULA SYIFAUL KHUJUN Mohon Tunggu... -

I'm a moslem and i'm proud.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Khazanah Perjuangan Pemuda Kebumen

22 Agustus 2012   04:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:28 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keciiillll, itulah gambaran Kebumen. Sebuah kabupaten terpencil yang ada di wilayah pesisir provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini memiliki sebuah jargon yaitu Kebumen BERIMAN yang berarti bersih indah aman dan nyaman. Kabupaten ini terdiri dari 33 kecamatan dengan 187 desa. Kabupaten ini memiliki berbagai tempat wisata seperti benteng Van Der Wijck, pantai Logending, goa Jatijajar, dan lain-lain. Namun, disini saya akan menceritakan sejarah pemuda Kebumen yang berhubungan pula tentang sejarah benteng Van Der Wijck.

Dahulu kala saat Kabupaten Kebumen masih dalam masa penjajahan Belanda, kabupaten Kebumen terpecah menjadi dua bagian yaitu bagian barat yang meliputi wilayah sebelah barat sungai Kemit dan bagian timur yang meliputi wilayah timur dari sungai Kemit. Kekuatan tenmpur pasukan Belanda kala itu terpusat pada benteng Van Der Wijck yang digunakan juga untuk tempat singgah para tentara Belanda. Memang awalnya sebagai tempat singgah para tentara Belanda. Namun pada kenyataannya, tempat ini lama-kelamaan digunakan sebagai tempat pengurungan bagi penduduk Kebumen yang melawan kebijakan Belanda. Tempat ini dijadikan pula sebagai tempat perlindungan atau persembunyian dalam sebuah peperangan antara Belanda yang kala itu memonopoli Kebumen baik dalam bidang perdagangan, konsumsi dan lain sebagainya. Karena sikap Belanda yang semena-mena itu terhadap penduduk inilah yang membuat rakyat Kebumen marah. Para pemuda pun tak dapat terbendung kekuatannya ketika mengetahuinya, dan perang pun terjadi antara pemuda melawan penjajah Belanda. Saat itu kekuatan pemuda muncul dari sebuah desa kecil di wilayah utara Gombong (sebuah kota di bagian barat dari kabupaten Kebumen) yang bernama desa Brangkal. Kekuatan pemuda saat itu dimotori oleh pahlawan yang dikenal dengan nama pangeran Diponegoro. Beliau berhasil mengorganisir pemuda yang ada sehingga timbul gejolak di Gombong, wilayah barat dari kabupaten Kebumen. Taktik yang diusung pangeran Diponegoro kala itu adalah taktik perang gerilya yaitu menyerang sewaktu-waktu dan kemudian pergi. Sikap berani, rela berkorban, dan semangat mereka lah yang harus diteladani oleh kita, para remaja dan pemuda di zaman sekarang.

Karena semangat mereka lah Kebumen dapat bangkit dan terlepas dari imperialisme Belanda. Dari sedikit sekali sejarah yang saya ceritakan tadi, kita dapat memetik banyak hikmah dan contoh positif yang patut untuk kita tiru sebagai pemuda di era globalisasi sekarang yang semakin terkikis nasionalisme dan keteguhan jiwanya. Hal yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan harapan negeri ini adalah menanamkan rasa seperti pahlawan zaman dulu. Walaupun sekarang kita sudah merdeka dan tanpa ada gangguan militer dari luar negeri, kita harus tetap menanamkan sikap rendah hati, optimis, berani, bertanggung jawab, bijaksana dalam mengambil keputusan dan banyak sikap positif lain yang harus kita miliki. Saya mengerti bahwa tak mungkin kita memiliki semua sikap ini. Setidaknya, kita dapat menanamkan sikap berani, bertanggung jawab dan optimis dalam setiap hal. Karena sikap tersebut dapat menjadi modal untuk membentuk keteguhan hati yang kuat untuk senantiasa berbuat hal yang baik.

Dalam zaman globalisasi seperti sekarang ini, banyak pemuda yang menyia-nyiakan waktunya hanya untuk bermain handphone serta alat elektronik lainnya. Banyak kenakalan remaja yang terjadi seperti tawuran, ugal-ugalan dalam berkendara, seks bebas dan perbuatan lain yang sangat mengancam serta mengikis rasa nasionalisme bangsa ini terutama kebanyakan remaja sekarang ini lupa akan jasa para pahlawan yang dulu berjuang dengan segala kekuatan mereka. Indonesia sekarang ini mengalami krisis moral, hal itu tercermin dari sosok penerusnya yang lebih banyak bermegah-megahan. Akan tetapi hal itu masih dapat diperbaiki melalui restorasi diberbagai sektor seperti pendidikan, sosial budaya dan lain-lain. Kita dapat mewujudkan seperti apa yang ada di zaman dahulu dengan cara yang dasar dan ringan. Seperti giat belajar, rajin bersosialisasi, dan jangan menyerah untuk mencari ilmu di bumi kita ini. Yang terpenting dari kita adalah menanamkannya dalam diri sendiri. Kita memang sering mendengarkan ceramah - ceramah atau pidato - pidato dari banyak mulut. Namun, itu semua sama saja sia - sia apabila kita hanya mendengarkan dari telinga kanan keluar telinga kiri alias kita tak memasukkan sedikitpun kedalam otak maupun batin kita dan tak sekalipun memiliki keinginan untuk mencoba menerapkannya dalam kehidupan kita.

Semua orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing - masing. Jadi, marilah kita saling berlomba-lomba dalam kebaikan dan kembangkan selalu kelebihan kalian serta tutupilah kekurangan kalian dengan selalu berusaha secara maksimal untuk memperbaikinya. Inilah salah satu dasar kita dapat menjadi agen perubahan dimanapun kita dan dalam lingkup apapun. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa keyakinan dari diri sendiri lebih baik dari pada motivasi dari orang lain yang tidak diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan kita.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun