Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Semangat Berpacu Bersama Kurikulum Baru

23 September 2017   14:33 Diperbarui: 23 September 2017   16:34 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah menjadi ritual tahunan di setiap tahun ajaran baru dosen menyiapkan instrumen pengajarannya. Mulai angkatan 2016 keatas diberlakukan SN Dikti (Standar Nasional Pendidikan Tinggi) sebagai dasar penyusunan kurikulum baru. Instrumennya tak lagi SAP dan GBPP seperti angkatan sebelumnya, tetapi RPS, Kontrak Belajar dan Materi Ajar, lengkap dengan form perkuliahan pertama.

Hal ini bersesuaian dengan tuntutan yang harus dipenuhi agar mencapai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Kemenristekdikti ingin ada penyetaraan capaian pembelajaran. Kurikulum baru pun dilaksanakan bagi peserta didik Perguruan Tinggi yaitu SN Dikti, yang mensyaratkan banyak sekali tugas.

Kalau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) lalu, komponen penilaian bagi mahasiswa masih standar saja. Kehadiran, tugas, kuis, UTS dan UAS saja. Dengan komposisi demikian memang dirasa belum cukup untuk mencetak seorang sarjana yang mumpuni di bidangnya.

Tugas-tugas tersebut antara lain, tugas terstruktur dan tugas mandiri. Tugas terstruktur dikerjakan oleh kelompok mahasiswa dengan anggota minimal tiga orang mahasiswa. Tugas terstruktur meliputi Materi Report (MR), Tugas Report (TR), Journal Report (JR) dan Mini Research (MnR). Semua itu tidak hanya ditugaskan sekali saja dalam satu semester tetapi minimal lima kali!

Jangan harap tidak ada yang tahu jika dosen urung atau alpa menginstruksikan seabrek tugas itu ke mahasiswanya. Secara berkala ada Tim Monitoring internal yang akan memastikan dan mengevaluasi pelaksanaan dan meminta bukti fisik dari tugas-tugas yang disetorkan mahasiswa ke dosennya. Bisa dikumpulkan dalam bentuk hardcopy maupun softcopy melalui surel dosen.

Adapun tugas mandiri terdiri dari MR dan TR yang dikerjakan secara individual. Kesemuanya ditugaskan sebanyak lima kali dalam satu semester. Sepertinya mahasiswa baru mulai angkatan 2016 lalu harus bekerja ekstra keras memenuhi semua tugas yang penilaiannya sudah dikomputerisasi.

Di kelas ada saja mahasiswa yang protes mengenai deretan tugas yang mesti mereka selesaikan. Belum kelar yang materi report, tugas report telah menanti. Belum selesai tugas kelompok, tugas mandiri sudah ada tenggat waktunya.

Selesai UTS dan UAS, giliran dosen yang 'kliyengan' mengerjakan aplikasi form penilaian yang sangat banyak kolomnya. Form kehadiran atau tatap muka (TTM), kolom tugas-tugas MR, TR, JR, MnR dan tugas-tugas individual. Belum lagi form UTS dan UAS itu sendiri.

Khusus penilaian attitude ada 10 aspek yang dinilai. Kedisiplinan, penampilan, kesantunan, kemampuan bekerjasama, kemampuan berkomunikasi, komitmen, keteladanan, semangat, empati dan tanggung jawab. Skor penilaian 1-5, semuanya computerized dan sudah berlaku di kampus tempat saya mengajar sejak tahun lalu.

Rekan saya yang seorang psikolog mengatakan tidak mudah mengukur attitude peserta didik apalagi dengan seabrek aspek seperti di atas. Namun suka atau tidak suka, akhirnya dosen memiliki tanggung jawab moral seperti guru. Kalau dahulu, dosen kesannya hanya mengutamakan transfer materi kuliah semata kepada mahasiswanya.

Perkara bahwa si mahasiswa berpenampilan dianggap tidak sopan maka kini hal itu menjadi urusan dosen mengingatkannya. Hal yang amat jarang ditemui di dalam perkuliahan zaman dahulu. Meskipun bisa saja timbul sekian argumentasi terkait standar sopan dan tidak sopannya penampilan seorang mahasiswa/i.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun