Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gara-gara Tangan Jahil, SUTT di Kerinci Roboh dan Listrik Padam Berhari-hari

19 Juni 2018   23:43 Diperbarui: 20 Juni 2018   09:48 2578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di rumah warga akibat padamnya listrik di wilayah Kabupaten Kerinci. TRIBUNJAMBI/HERU PITRA

Dua tahun terakhir listrik di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh nyaris tak pernah padam. Paling 5 sampai 10 menit, kemudian menyala kembali, kecuali sedang ada perbaikan. Kamis malam 14 Juni kemarin tiba-tiba Sang Raja Malam tersebut mati mendadak. Saya berpikir, paling hanya mati satu atau dua menit. Kemudian hidup kembali.

Rupanya, kondisi ini bertahan sampai besok pagi. Dan berlanjut pada malam berikutnya. Masih lebih baik nasib masyarakat kota Sungai Penuh karena PLN Wilayah Sumbar telah melakukan upaya penormalan listrik dengan menggunakan suplai dari sistem Solok Selatan. Dampaknya, 12 trafo berhasil dinyalakan khusus untuk objek vital (Bisnis.com, 17/6/2018). Dengan demikian, penduduk yang tinggal di sekitar Sungai Penuh ketularan terangnya.

Sumber ilustrasi: industri.bisnis.com
Sumber ilustrasi: industri.bisnis.com
Tetapi kami yang berdomisili di desa, hanya pasrah pada keadaan. Tower telekomunikasi pun ikutan mati. Otomatis tak bisa berkomunikasi dan mengakses berita. Berkembang isu, bahwa tiga buah SUTT roboh, lokasinya jauh di hutan belantara. Untuk sampai ke lokasi, butuh waktu 8 jam berjalan kaki. Jika diperbaiki, mugkin perlu waktu berbulan-bulan.

Sontak, rakyat kelabakan. Apa lagi ketika kemarin malam takbiran. Masih banyak pekerjaan rumah yang belum tuntas.

Lilin di toko/warung di kota Sungai Penuh dan desa-desa dalam Kabupaten Kerinci menjadi rebutan. Toko genset diserbu pembeli. Dalam beberapa saat mesin tersebut ludes terjual. Bagi yang tidak kebagian atau memang tak berniat untuk membeli baru, alternatifnya bongkar gudang. Genset lama menjadi sasaran. Pemiliknya harus rela pula antre menunggu giliran memperoleh jasa tukang servis. Karena langkanya tenaga spesialis genset, tukang bengkel motor pun panen rezeki.

Antri menunggu jasa tukang servis genset. Dokumen pribadi
Antri menunggu jasa tukang servis genset. Dokumen pribadi
Mulai tanggal 15-18 Juni, sekali sehari petugas mengisi ulang daya listrik (menge-charge) tower Telkomsel menggunakan mesin khusus. Sayangnya, ketika sinyal menyala, HP-nya yang terkendala baterai.

Hari Senin tanggal 18 Juni sekira pukul 13.00 listrik kembali menyala. Masyarakat Kerinci dan kota Sungai Penuh menyambutnya dengan suka cita. Alhamdulillah, sampai saat ini lampu masih hidup seperti hari-hari normal. Semoga tak pudar lagi dalam waktu yang lama.

Terakhir diperoleh informasi, padamnya listrik karena salah satu SUTT di wilayah Birun, Kecamatan Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin, roboh. Ada beberapa baut dan besi penyangganya yang hilang. Karena tak kuat menahan beban, tower tersebut ambruk, menyebabkan kabelnya putus. (sumber: jambi.tribunnews.com 18/6/2018).

Disinyalir, baut dan besi tersebut dicuri orang yang tidak bertanggung jawab. Sebab, di lokasi terlihat jejak, seperti bekas roda mobil.

Mungkin pemilik tangan jahil tersebut termehek-mehek melihat orang banyak menderita karena ulahnya. Semoga pihak berwajib segera menangkap dan menyeretnya ke meja hijau.

Selama 5 hari listrik padam, yang paling menderita adalah ibu-ibu rumah tangga. Sekadar penerang, masih ada lilin atau lampu minyak sebagai alternatif pengganti. Anggap saja wujud solidaritas dan keprihatinan atas kehidupan orang desa zaman dahulu.

Demikian juga dengan urusan memasak, bisa pakai gas atau kompor minyak. Jika tak ada keduanya, kayu bakar pun jadi. 

Yang membuat stres, saat Lebaran begini kedatangan rombongan tamu nginap dari jauh. Momen yang diharapkan sebagai ajang bersilaturrahmi, terpaksa dilewatkan dengan bergelap-gelapan di bawah kedipan sebatang lilin. Mana mereka datang saat magrib, sementara di dapur tak punya stok nasi pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun